What's new

Indonesia Defence Forum

The Medium Tank price per unit is around Rp 50 billion. (Rp 50 Milyar).

November 2016 article:

Rabu 02 Nov 2016, 13:17 WIB

Bakal Dibanderol Rp 50 M/Unit, Ini Kehebatan Medium Tank Made In Bandung

Ardan Adhi Chandra - detikFinance

79441e87-5001-47f8-b20b-dbc18a7cdd71_169.jpg
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jakarta - PT Pindad (Persero) ikut ambil bagian dalam pameran alat pertahanan Indodefence di JIExpo Kemayoran. Dalam perhelatan Indodefence yang ke-7, Pindad memamerkanmedium tank yang dibuat dengan menggandeng perusahaan asal Turki FNSS.

Medium tank bermesin diesel memiliki dimensi panjang 7 meter, lebar 3,2 meter, dan tinggi 2,7 meter. Tank ini mampu mengangkut 3 personil terdiri dari juru kemudi, juru tembak, hingga pemberi komando.

Tank berukuran sedang ini mampu menembus kecepatan 70 kilometer (km) dengan daya jelajah hingga 600 km.

"Kecepatan 70 km per jam di jalan raya, kalau daya jelajah bisa sampai 600 km," kata Kepala Program Pengembangan Medium Tank Pindad Windhu Paramarta dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Rabu (2/11/2016).

Tank berukuran sedang ini mampu melesatkan amunisinya secara langsung hingga 6 kilometer (km), sedangkan untuk tembakan melalui udara atau tidak langsung bisa mencapai 16 km.

"Jarak efektif tembak langsung 2,5-6 km.Indirect fire bisa gunakan amunisi roket folarik yang paling baru sehingga jangkauannya 16 km pakai peluru kendali," jelas Windhu.

ef532600-8311-4326-ae05-2bd24ab24b5a_169.jpg
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jika sudah diproduksi massal, medium tank buatan Pindad dan FNSS akan dijual seharga Rp 50 miliar sampai Rp 60 miliar. Harga tersebut lebih murah dibandingkan tank Leopard yang dibeli bekas dari luar negeri.

"Penjualan sekitar Rp 50-60 miliar, tapi masih tahap pengembangan, lihat spesifikasi nantinya bagaimana. Target kami tidak akan lebih mahal dari Leopard yang sekarang dibeli, karena Leopard kan second (bekas)," tutup Windhu.(dna/dna)

https://m.detik.com/finance/berita-...nit-ini-kehebatan-medium-tank-made-in-bandung
 
My guess there is typo in the article. It should be Rp 50 billion. (Rp 50 Milyar).

November 2016 article:

Rabu 02 Nov 2016, 13:17 WIB

Bakal Dibanderol Rp 50 M/Unit, Ini Kehebatan Medium Tank Made In Bandung

Ardan Adhi Chandra - detikFinance

79441e87-5001-47f8-b20b-dbc18a7cdd71_169.jpg
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jakarta - PT Pindad (Persero) ikut ambil bagian dalam pameran alat pertahanan Indodefence di JIExpo Kemayoran. Dalam perhelatan Indodefence yang ke-7, Pindad memamerkanmedium tank yang dibuat dengan menggandeng perusahaan asal Turki FNSS.

Medium tank bermesin diesel memiliki dimensi panjang 7 meter, lebar 3,2 meter, dan tinggi 2,7 meter. Tank ini mampu mengangkut 3 personil terdiri dari juru kemudi, juru tembak, hingga pemberi komando.

Tank berukuran sedang ini mampu menembus kecepatan 70 kilometer (km) dengan daya jelajah hingga 600 km.

"Kecepatan 70 km per jam di jalan raya, kalau daya jelajah bisa sampai 600 km," kata Kepala Program Pengembangan Medium Tank Pindad Windhu Paramarta dalam pameran Indodefence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, Rabu (2/11/2016).

Tank berukuran sedang ini mampu melesatkan amunisinya secara langsung hingga 6 kilometer (km), sedangkan untuk tembakan melalui udara atau tidak langsung bisa mencapai 16 km.

"Jarak efektif tembak langsung 2,5-6 km.Indirect fire bisa gunakan amunisi roket folarik yang paling baru sehingga jangkauannya 16 km pakai peluru kendali," jelas Windhu.

ef532600-8311-4326-ae05-2bd24ab24b5a_169.jpg
Foto: Ardan Adhi Chandra

Jika sudah diproduksi massal, medium tank buatan Pindad dan FNSS akan dijual seharga Rp 50 miliar sampai Rp 60 miliar. Harga tersebut lebih murah dibandingkan tank Leopard yang dibeli bekas dari luar negeri.

"Penjualan sekitar Rp 50-60 miliar, tapi masih tahap pengembangan, lihat spesifikasi nantinya bagaimana. Target kami tidak akan lebih mahal dari Leopard yang sekarang dibeli, karena Leopard kan second (bekas)," tutup Windhu.(dna/dna)

https://m.detik.com/finance/berita-...nit-ini-kehebatan-medium-tank-made-in-bandung


That's better. Rp 50 milyar = USD 3,8 million. From another article I saw before this put the price at Rp 30 M, = USD 2,25 million.

ITB CIPTAKAN PROTOTYPE GIROSKOP MILITER INDONESIA
giroskop-itb-e1501578854451.png

Bandung – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan prototype Giroskop Militer pertama di Indonesia yaitu perangkat sensor orientasi untuk mengukur atau mempertahankan orientasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut, khususnya pada sistem navigasi inersial alutsista.

Dilansir dari laman itb.ac.id, di Bandung, Selasa 1 Agustus 2017, prototype Giroskop Militer serat optik pertama di Indonesia ini diciptakan oleh Ardinda Kartikaningtyas (Teknik Fisika 2013) beserta tim.

Ardinda dan timnya menciptakan G-FORTAR (Gyroscope for Military), sebuah Giroskop serat optik yang diharapkan mampu menjadi Giroskop pertama buatan putra-putri Indonesia. Prototype giroskop serat optik ini nantinya diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi dunia militer Indonesia.

Full article here : https://jakartagreater.com/itb-ciptakan-prototype-giroskop-militer-indonesia/#comment-1411234


English :Bandung Technological Institute Produced the First Prototype of Indonesian Military Gyroscope.

Reader's comment : We can use this Gyroscope in our rocket to create a guided ballistic missile
 
Last edited:
That's better. Rp 50 milyar = USD 3,8 million. From another article I saw before this put the price at Rp 30 M, = USD 2,25 million.

ITB CIPTAKAN PROTOTYPE GIROSKOP MILITER INDONESIA
giroskop-itb-e1501578854451.png

Bandung – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan prototype Giroskop Militer pertama di Indonesia yaitu perangkat sensor orientasi untuk mengukur atau mempertahankan orientasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut, khususnya pada sistem navigasi inersial alutsista.

Dilansir dari laman itb.ac.id, di Bandung, Selasa 1 Agustus 2017, prototype Giroskop Militer serat optik pertama di Indonesia ini diciptakan oleh Ardinda Kartikaningtyas (Teknik Fisika 2013) beserta tim.

Ardinda dan timnya menciptakan G-FORTAR (Gyroscope for Military), sebuah Giroskop serat optik yang diharapkan mampu menjadi Giroskop pertama buatan putra-putri Indonesia. Prototype giroskop serat optik ini nantinya diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi dunia militer Indonesia.

Full article here : https://jakartagreater.com/itb-ciptakan-prototype-giroskop-militer-indonesia/#comment-1411234


English :Bandung Technological Institute Produced the First Prototype of Indonesian Military Gyroscope.

Reader's comment : We can use this Gyroscope in our rocket to create a guided ballistic missile
Can also be implemented to a fighting vehicle's turret. Creating Gyro-stabilized guns..
 
dislitbangal-uji-coba-gun-fire-lokator-di-yogyakarta-tni-al.jpg

FROM INDONESIA
DISLITBANGAL UJI COBA GUN FIRE LOKATOR DI YOGYAKARTA
31 JULY 2017 DIANEKO_LC 1 COMMENT
Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Yogyakarta Lantamal V Letkol Laut (P) Arya Delano, S.E., M. Pd., menyaksikan uji coba Gun Fire Lokator yang dilaksanakan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Dislibangal) bekerja sama dengan PT. Aurora, di Lapangan Tembak Batalyon Infanteri (Yonif) 403/Wirasada Pratista, Condong Catur, Sleman, D.I. Yogyakarta, kemarin.

Hadir juga ikut menyaksikan tim Dislibangal, para perwira staf dan para prajurit Lanal Yogyakarta, sedangkan pelaksana uji coba dari Satkopaska Koarmabar.

dislitbangal-uji-coba-gun-fire-lokator-di-yogyakarta-tni-al-1.jpeg


Untuk peralatan Gun Fire Lokator yang diujicobakan Dislitbangal tersebut masih dalam tahap riset oleh Himpunan Mahasiswa Elektronik (HME) yang dipimpin oleh Sdr. Liyarto yang bekerja sama dengan PT. Aurora yang dipimpin oleh Ibu Maya, dimana alat tersebut digunakan untuk mendeteksi lokasi penembak, sudut penembakan, ketinggian dan jarak penembakan.

Cara kerja alat tersebut dapat menerima suara tembakan dengan menggunakan Pizau Elektrik yang sangat sensitif, dengan membagi beberapa sektor delapan Mikrofon, maka akan diperoleh beberapa data elevasi dan baringan dari penembakan tersebut. Data jarak diperoleh dari selisih waktu desingan ultrasonic yang ditimbulkan oleh desingan peluru dan suara tembakan.

All photos Uji Coba Gun Fire Lokator by TNI AL.

Sumber : Pen TNI AL
 
Capture.PNG

"Inilah prajurit Hasanuddin di Korem Kendari dengan segala daya upaya membantu anak-anak sekolah menyebrangi sungai yang deras demi masa depan generasi pelanjut cita-cita bangsa. @kodam.hasanuddin," tulis @puspentni, Selasa (1/8/2017).

"This is Hasanuddin a soldier from Korem Kendari with all the effort to help the school children cross the rushing river for the future of the Indonesia's next generation (1/8/2017).


http://jogja.tribunnews.com/2017/08...t-tni-ini-bantu-anak-anak-menyeberangi-sungai

5 changes in the new maritime map of Indonesia
kri spica.PNG
kri spica2.PNG

a.PNG
b.PNG
c.PNG
d.PNG
e.PNG

 
Radar made Indonesia

Radar Karya Anak Bangsa

Dibanderol Rp 3 Miliarhttp://cdn0-a.production.images.sta...48818/original/028163800_1500030179-radar.jpg
2peJtLt1zAcIH33RGVPaeh0suDUx6Yi3Q1eYUOn273VnUTobLRM9McS_Zpc5-at2qb8C11wU-hVQb3XoXTa60VQBd_vTM8jA5gpF3sGt9mNwWnpVyGkJ2cSL7ufVjfjnve-_rR3lGx024tfWq7YB_Ju7TycsBf8r7jPLZy1Yke_T_MfmlLCal-skR3pKp33TbW6QGOod5kbBc6Kk8mZ_8LLtZPC8NSmK2dk9ilYe5bFQ6Z6YEQimSoInW6OjH1AiHy8zNFUa8DdqTYGm0DxRXiHOg-g0ZSJXWLoVhj5KaMYHjQkziuBasBF0=s0-d


Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mampu menciptakan radar maritim generasi ke 4. Generasi ini menjadi generasi tercanggih dari radar-radar yang telah diproduksi dalam negeri.

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Muhammad Dimyati mengungkapkan pengembangan radar ini dilakukan sejak 2015 dengan memakan biaya Rp 2,4 miliar.

"Radar karya anak bangsa ini memiliki beberapa keunggulan, salah satunya tidak mudah terdeteksi alat pendeteksi radar yang biasanya terpasang di kapal-kapal," kata Dimyati di di Kantor Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok Jakarta, Senin(31/7/2017).

Tidak hanya itu, kelebihan lain dari radar ini juga memiliki harga yang lebih murah. Hal ini karena setidaknya mengandung komponen dalam negeri mencapai 70 persen.

Jika dibandingkan dengan radar jenis yang sama yang diproduksi oleh berbagai negara di dunia, kualitas yang dihasilkan ilmuan dalam negeri ini tidak jauh berbeda.

"Kalau diproduksi secara komersial nanti harganya sekitar Rp 3 miliar. Tapi kalau fungsinya untuk kepentingan militer, lebih kompleks lagi, ini harganya bisa lebih mahal 2-3 kali lipat. Tapi jika dibandingkan yang diproduksi negara lain harganya ini hanya sepertiganya," ujar dia.

Hanya saja, jika dibandingkan produksi luar negeri tersebut, kelemahan produk ini adalah dalam hal pengemasan. "Kalau dari luar negeri kan kabelnya sudah rapi, kalau kami belum. Nanti kami bisa rapikan sambil berjalan," tegas Dimyati.

Ia menuturkan, radar ini akan sangat berpengaruh dalam menjaga kedaulatan maritim di Indonesia. Dari kajian yang dimilikinya, untuk pertahanan dan militer, setidaknya TNI masih membutuhkan radar ini dengan jumlah mencapai ribuan. (Yas)

Prototipe Radar LPI Dari Kemenristekdikti

Kementerian Perhubungan menerima hibah Prototipe Radar LPI (Low Probability of Intercept) untuk Maritim dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Acara serah terima secara simbolis diserahkan oleh Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati kepada Sesditjen Perhubungan Laut Kemenhub Dwi Budi Sutrisno yang disaksikan oleh Sekretaris Jenderal Perhubungan Sugihardjo di Kantor Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok pada Senin (31/7).

Hari ini kita menyaksikan penyerahan radar maritim yang diproduksi dan dikembangkan oleh Riset Dikti. Pada prinsipnya kami dari Kemenhub sangat menyambut baik karya anak bangsa didalam bidang teknologi dalam hal riset dan pengembangan khususnya penggunaan lokal konten. Ini tentu membanggakan lebih dari 70% lokal kontennya,” jelas Sugihardjo yang biasa dipanggil Jojo.

Jojo juga menjelaskan Radar LPI ini sudah digunakan pada periode arus mudik lebaran 2017 yang lalu.

Radar LPI ini telah diujicoba dan digunakan oleh Kemenhub pada saat angkutan lebaran kemarin dengan penempatan di Pelabuhan Merak Banten dan sangat membantu operasional Vessel Traffic Services Merak untuk memantau lalu lintas kapal.” ujar Jojo.

Sedangkan Muhammad Dimyati menambahkan, radar prototipe LPI ini merupakan hasil karya anak bangsa yang dapat dipergunakan untuk mendukung kemajuan dunia maritim Indonesia.

Ini salah satu hasil yang dipersembahkan oleh teman-teman peneliti kepada bangsa. Radar ini merupakan adalah alat generasi keempat yang dikembangkan mulai tahun 2015 dengan total biaya riset sebesar 2,4 milyar. Kelebihan radar ini antara lain tidak mudah dideteksi oleh alat pendeteksi radar, menggunakan bandwith yang lebih hebat, murah dan pemeliharaannya juga gampang. Alat ini dapat digunakan untuk mendukung keamanan wilayah laut kita yang begitu luas sekaligus menopang kelancaran arus barang dan jasa," jelas Dimyati.

Lebih lanjut Jojo meminta Radar LPI ini dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan maritim terutama untuk menunjang keselamatan pelayaran.

Khususnya untuk teman-teman Perhubungan Laut di bagian navigasi semoga keberadaan radar ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam menunjang keselamatan pelayaran di Selat Sunda karena sebelumnya kita sudah mendeklarasikan bahwa Indonesia mampu melakukan pemanduan di Selat Malaka yang didukung dengan teknologi,” terang Jojo.

Kedepan Jojo berharap pengembangan radar di Indonesia dapat mengikuti perkembangan teknologi.

Kami berharap agar ke depan pengembangan radar di Indonesia dapat mengikuti perkembangan teknologi, sesuai dengan International Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA) Recommendation V.128,” tutup Jojo. (LFH/TH/BS/JAB)

Liputan 6 | Dephub
 
Hello everyone... A silent reader rises from the shadows here...:wave::wave::wave:

So many news about radar... I think I will add another...

RADAR SURVEILLANCE MARITIM INDERA MX-4 KEMENRISTEKDIKTI

Radar-Surveillance-Maritim-Indera-MX-4.jpg

Radar Surveillance Maritim Indera MX-4 (Youtube : Bogaganteng)
Jakarta – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui skema Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) yang dikelola Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, telah membiayai beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi untuk kebutuhan nasional. Radar LPI (Low Probability of Intercept) menjadi salah satunya.

Kegiatan tersebut telah berhasil menyelesaikan sebuah prototipe radar surveillance maritim yang diberi nama “Indera MX-4” dan sudah diserahterimakan dari Kemenristekdikti melalui Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati, kepada Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui Sekretaris Jenderal, Sugihardjo, di Kantor Distrik Navigasi Kelas I, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (31/7/2017).

Dirjen Dimyati mengatakan, Radar maritim “Indera MX-4” buatan dalam negeri ini mempunyai kelebihan dibandingkan teknologi radar maritim konvensional yang pada umumnya banyak digunakan, seperti penerapan teknologi FMCW (Frequency Modulated Continuous Wave) yang memungkinkan digunakannya daya pancar yang sangat rendah dengan resolusi jarak yang lebih tinggi.

“Radar generasi keempat ini juga dapat diterapkan teknologi solid state yang akan memberikan lebih banyak keuntungan dalam hal biaya pemeliharaan yang relatif lebih rendah, dan usia pakai yang jauh lebih panjang,” tutur Dimyati.
Radar “Indera MX-4” karya anak bangsa ini juga telah diuji coba dan dioperasikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut secara non-stop di stasiun VTS (Vessel Traffic Services) di Merak untuk pengawasan lalu lintas kapal di perairan selat Sunda pada saat padatnya lalu lintas arus mudik lebaran yang lalu.

“Prototipe radar ini berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan, semoga dengan radar yang sudah Kami serahkan kepada Kementerian Perhubungan, dapat dimanfaatkan guna mendukung sistem navigasi di Indonesia sekaligus meningkatkan daya saing di sektor maritim Indonesia,” ujar Dimyati.

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia sangat menyambut baik karya anak bangsa dalam bidang teknologi, riset, dan pengembangan, termasuk penggunaan lokal konten serta kandungan dalam negeri yang cukup tinggi seperti radar “Indera MX-4” ini. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemenhub RI, Sugihardjo.

“Saya berterima kasih kepada Kemenristekdikti atas hibah radar karya anak bangsa yang sangat membanggakan ini. Radar ini juga memiliki penggunaan lokal konten mencapai lebih dari 70 persen, tentunya Kami akan dorong demi kemajuan perkembangan teknologi untuk transportasi di Indonesia,” tutur Sesjen Kemenhub.

Pembuat radar “Indera MX-4” Andrian Andaya Lestari menjelaskan, radar ini memiliki spesifikasi teknis antara lain; Memiliki aplikasi Radar Surveillance Maritim dengan frekuesi X-band, menggunakan teknologi FMCW, Solid State dengan daya pancar 5 Watt, jarak jangkau maksimum 30 NM (55 km) dan resolusi jarak maksimum 3 meter. Radar ini juga memiliki panjang antena sekitar 2.2 meter dan berat unit antena 300 kilogram.

“Para peneliti di Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia luar bahwa Indonesia mampu dan mandiri untuk membuat teknologi yang dapat berdaya saing asal dapat diberikan kesempatan, karena kesediaan dan kesiapaan SDM Indonesia dapat menentukan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia,” ujar Dirjen Dimyati, dilansir Dikti.go.id, 31/7/2017.

Source: JakartaGreater
 
S. Korea to deepen defense industry ties with Indonesia
2017/08/01 20:07
Article View Option
SNS Share
(ATTN: UPDATES with results of talks; ADDS photo)


SEOUL, Aug. 1 (Yonhap) -- South Korea said Tuesday it's seeking closer ties with Indonesia on defense goods as part of efforts to expand its overall arms trade.

Defense Minister Song Young-moo discussed the issue when he met with his Indonesian counterpart Ryamizard Ryacudu in Seoul later in the day, according to his office.

He's on a trip to South Korea to attend a delivery ceremony for a submarine built by the local defense contractor Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co.

Indonesia has ordered three diesel-electric attack submarines from South Korea.

It has signed a separate deal to buy South Korea's T-50 supersonic trainer jets in addition to a bilateral partnership on Seoul's KF-X program to develop its own advanced fighters.

The ministers had discussions on "ways for expanding South Korea's superb weapons system, including the additional export of three submarines Indonesia needs," said Song's ministry.

AEN20170801008051315_03_i.jpg

South Korean Defense Minister Song Young-moo (R) talks with his Indonesian counterpart Ryamizard Ryacudu in Seoul on Aug. 1, 2017. (Yonhap)

Also on the agenda was North Korea, it added.

"The ministers expressed deep concerns about North Korea's nuclear and missile threats that are increasing recently and discussed ways for close coordination," it said.

Meanwhile, the ministry stated that it would step up efforts to develop the defense industry as one of the nation's next growth engines in tandem with the fourth industrial revolution.

The reform-minded Song, a former naval chief, believes the local defense industry is too dependent on domestic demand.

It has called for an export-oriented strategy.

AEN20170801008051315_02_i.jpg

This file photo, provided by Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering on Oct. 24, 2016, shows Daewoo and Indonesian officials posing in a launching ceremony of a submarine bound for Indonesia. (Yonhap)

lcd@yna.co.kr

(END)
 
16123434_271082379977191_5895166888085815296_n.jpg

Airbus C-295 TNI AU (photo : Jeff Prananda)

Indonesia Service Hub Perkuat Daya Saing Industri Dirgantara

TANGERANG- Kerjasama Operasional (KSO) bidang pengembangan bisnis, maintenance, repair and overhaul (MRO) pesawat, Indonesia Service Hub, akan menggarap perawatan pesawat militer Airbus.

Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF), Iwan Juniarto, mengatakan, Indonesia Service Hub sekarang sudah ada perjanjian dengan GMF sebagai leader-nya, yaitu yang terdekat dengan Airbus Defence and Space.

“GMF merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam KSO Indonesia Service Hub tersebut”, jelas Iwan, usai penandatanganan perjanjian kerja bersama antara Manajemen GMF dengan Serikat Pekerja GMF (GMF Employee Club) di Hangar 4 GMF, Tangerang, Selasa (1/8/2017).

Menurut Iwan, nantinya kerjasama tersebut akan mengerjakan proyek-proyek perawatan pesawat militer produksi Airbus yang digunakan di dalam negeri. Kerjasama tersebut akan dimulai di Surabaya untuk kolaborasi dengan beberapa perusahaan perawatan pesawat yang tergabung.

Indonesia Service Hub diinisiasi oleh Kementerian BUMN, guna memperkuat daya saing industri dirgantara nasional. Kerjasama ditujukkan untuk menggabungkan kapabilitas dan kapasitas dari masing-masing BUMN dirgantara, sehingga selain akan memperkuat industri dirgantara nasional, meningkatkan efisiensi belanja suku cadang, kerja sama ini pun akan memudahkan pelanggan.

“Ini adalah salah satu bentuk komitmen BUMN terhadap pembangunan bangsa, melalui penguatan daya saing dan kompetensi Indonesia di bidang dirgantara, khususnya maintenance and repair,” ujar Menteri BUMN, Rini Soemarno, beberapa waktu lalu.

Melibatkan 6 BUMN industri dirgantara, yaitu GMF AeroAsia, PT Dirgantara Indonesia, PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP), Indopelita, dan Merpati Maintenance Facility (MMF), kerjasama strategis ini diproyeksikan menjadi service hub terdepan di regional, baik dalam hal komersial dan pertahanan.

“Target saya, Indonesia Service Hub tak hanya menjadi penyedia jasa maintenance and service terdepan di Indonesia, tapi juga di Asean dan bahkan Asia. Saya yakin, dengan keunggulan kapabilitas dari masing-masing BUMN yang terlibat dan letak geografis Indonesia, kita bisa menjadi service hub bagi negara-negara di sekitar kita, dan tidak mustahil, kita dapat merebut sebagian pangsa pasar maskapai di Tiongkok,” tutur Rini.

(Cendana)
 
Tryout Weibel MR2 Radar detected Singapore Aircrafthttp://defense-studies.blogspot.co.id/2017/08/ujicoba-radar-baru-satradar-congot.html
http://defense-studies.blogspot.co.id/2017/08/ujicoba-radar-baru-satradar-congot.html
Ujicoba Radar Baru Satradar Congot, Pesawat Singapura Terpantau

03 Agustus 2017

berita_415086_800x600_Radar_212.jpg

Radar Weibel MR2 - primary radar Satradar 215 TNI AU (photo : RRI)

KULONPROGO, suaramerdeka.com – Radar baru Weibel MR2 di Satradar TNI AU 215 Congot di Jangkaran, Temon, Kulonprogo dilakukan ujicoba, Selasa (1/8). Dalam ujicoba yang disaksikan oleh Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas), Marsda TNI Yuyu Sutisna tersebut, radar berfungsi baik. Bahkan berhasil memantau pesawat Singapura yang lewat.

Marsda TNI Yuyu Sutisna mengatakan, ujicoba sudah mulai dilakukan sejak seminggu lalu. Ada pun ujicoba Selasa (1/8), dilakukan dengan menuntun atau meng-guide pesawat tempur yang diterbangkan dari Lanud Iswahyudi, Magetan. Pesawat tersebut terbang sampai sejauh 150 naute mil ke selatan dan ternyata penangkapan radar baru tersebut masih bagus.

“Dua kali kami lakukan, pagi tadi dan siang ini. Hasilnya cukup memuaskan,” kata Marsda TNI Yuyu Sutisna.

Bahkan dalam ujicoba itu, juga berhasil memantau pesawat Singapura yang lewat.

“Tadi waktu ujicoba, di selatan ada tiga tadi pesawat Singapore lewat menuju Australia, semua bisa terpantau dengan baik,” ungkapnya.

Marsda TNI Yuyu Sutisna memaparkan, sejalan dengan pembangunan bandara internasional di Kulonprogo, Kepala Staf Angkatan Udara atas izin Panglima TNI memberikan kebijakan untuk mengganti radar lama yang ada di Satradar Congot. Radar yang lama merupakan buatan tahun 1960-an, sehingga sudah tidak begitu efektif.

“Pada intinya TNI Angkatan Udara siap memback-up dengan pembangunan bandara di Kulonprogo ini untuk mengawasi ruang udaranya,” tuturnya.

berita_418988_800x600_Radar_KP1.jpg

Radar MSSR 2000 - secondary radar Satradar 215 TNI AU (photo : RRI)

Radar baru juga digunakan untuk pemantauan sekolah penerbang, sekolah instruktur penerbang, serta sekolah navigator yang ada di Lanud Adisutjipto Yogyakarta, untuk melihat situasi ruang udara latihan mereka. Radar baru bahkan juga bisa mengcover tiga per empat daerah latihan Lanud Iswahyudi dan 50 persen daerah latihan Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang.

“Kota-kota jelas, Semarang, Jogja, Bandung wilayah selatan, Cirebon ke selatan semua bisa tercover dari sini. Sejauh dari sini 240 nautical mill atau kurang lebih 450 km dari titik ini kami bisa memantau,” paparnya.

Terkait kerawanan infiltrasi di wilayah selatan Jawa, Yuyu Sutisna menambahkan, pihaknya melakukan antisipasi. Karena wilayah selatan merupakan perairan terbuka dan sering juga kapal induk lewat, serta kapal-kapal dagang yang membawa helicopter.

“Kami melakukan pengawasan seperti itu di wilayah selatan ini. Tapi kita tahu, wilayah selatan ini terbuka, kita harus betul-betul antisipasi adanya infiltrasi dan sebagainya, sejauh ini belum ada,” imbuhnya.

Di wilayah Jawa sendiri ada tiga radar, yakni di Pelabuhan Ratu, di Satradar Congot, serta di Ngliyep di selatan Malang.

Sebelumnya, Komandan Satradar TNI AU 215 Congot, Mayor Lek Joko Dwi Maryanto mengatakan, keberadaan radar baru tersebut sangat penting untuk pertahanan udara dan mengamankan perbatasan laut mau pun udara. Apalagi Indonesia di sisi selatan berbatasan dengan Australia. Radar tersebut bisa mendeteksi infiltrasi atau pesawat yang dengan sengaja terbang melewati batas wilayah udara NKRI dengan mematikan transponder.

(Suara Merdeka)
 
Back
Top Bottom