What's new

Indonesia Defence Forum

Marine Corps' Amphibious Reconnaisance Unit

Credits to original uploader
14334248_234140910322041_1329863153495834624_n.jpg
 
TNI AU Jatuhkan Pilihan Pada C-130J Super Hercules untuk MEF Tahap 2

C-130J_Super_Hercules_India-formation.jpg


Sementara pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan sudah mengungkapkan rencana untuk melakukan pembelian pesawat angkut kelas berat Airbus A400M yang pengoperasiannya akan dilakukan oleh TNI, TNI AU sendiri ternyata lebih menginginkan untuk meneruskan program pengadaan C-130 Hercules dengan pengadaan baru C-130J Super Hercules untuk kebutuhan pemenuhan Kekuatan Esensial Minimum Tahap 2.

Pilihan akan C-130J tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto di hadapan para wartawan dalam peringatan hari ulang tahun Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU yang ke-70, yang untuk pertama kalinya dilaksanakan di Bandara Adisucipto Yogyakarta.

Pilihan TNI AU ini sangat wajar, mengingat dinasti Hercules telah dioperasikan selama lima dekade lebih oleh TNI AU, dan telah terbukti andal untuk segala penugasan yang dibebankan ke Skadron Angkut Berat 31 dan 32. Selain Super Hercules, Oerlikon Skyshield rencananya juga akan ditambah dengan jumlah di atas sepuluh unit.

Jika rencana akuisisi C-130J lancar, Indonesia akan bergabung dengan 15 negara lain yang sudah mengoperasikan C-130J, dengan Angkatan Udara India sebagai yang terkini mengoperasikan C-130J. Model J, walaupun dari segi bentuk tidak banyak berubah dibandingkan dengan model H yang paling banyak populasinya, sesungguhnya adalah pesawat yang sama sekali baru dari segi kemampuan dan avionik.

C-130J didesain untuk mudah dioperasikan, dengan hanya tiga orang awak yaitu pilot, kopilot, dan load master. Fungsi F/E atau Flight Engineer-Navigator dihilangkan untuk varian J karena peranannya sudah bisa digantikan oleh sistem avionik dan panel kokpit yang kini lebih sederhana karena sudah menggunakan konsep Multi Function Display (MFD). Bahkan C-130J pun sudah menggunakan sistem Head Up Display untuk menampilkan fungsi dan informasi vital penerbangan.

C-130J sendiri terbang lebih jauh, membawa muatan lebih banyak, dan tentu saja lebih cepat dibandingkan varian Hercules pendahulunya. Ini semua berkat mesin Rolls Royce AE2100D3 turboprop dan baling-baling enam bilah Dowty R391 yang mampu menyemburkan daya 4.637 shp sebuahnya, naik 300hp dibandingkan mesin Allison T56 yang mentenagai Hercules versi lama.

Daya angkut C-130J juga mencapai 19 ton dan bahkan 19,9 ton untuk C-130-J-30 yang merupakan varian C-130J panjang. Jika diterjemahkan, C-130J bisa mengangkut 92 penumpang, 64 prajurit lintas udara siap terjun, 74 tandu, atau 3 kendaraan taktis sekelas SSE P2 Commando atau Komodo, atau 1 unit panser kanon Badak milik TNI AD beserta perlengkapan dan amunisinya dengan leluasa dan terbang sejauh 3.500 kilometer.

KSAU sendiri belum menyebutkan mengenai berapa jumlah C-130J yang akan diajukan pengadaannya, tetapi masih ada sejumlah C-130B Hercules di jajaran TNI AU yang membutuhkan penggantian dengan segera, pembelian bisa dilakukan untuk empat sampai enam unit. Menilik dari harganya yang sekitar 60 juta Dolar AS, C-130J juga merupakan pilihan yang lebih ekonomis dibandingkan dengan A400M yang banderol harganya nyaris tiga kali lipatnya.

Namun seperti kita tahu, apa yang diajukan oleh TNI AU masih akan melewati pertimbangan dari Departemen Pertahanan. Jalan masih panjang, dan segalanya bisa terjadi di republik ini. Seperti kata pepatah, janganlah UCers terlalu berharap akan keputusan pengadaan alutsista sampai barangnya sendiri tiba di tanah air. Selain membeli baru, ada opsi untuk membeli dari negara seperti Inggris yang menjual C-130J C5 dengan umur yang relatif masih muda. (Aryo Nugroho)

Posted : RC/https://c.uctalks.ucweb.com/detail/0e44a470288049c1ae58f51bf6425403
 
Although Indonesia is not one of the countries in the region which have been locked with China in maritime territorial disputes over the South China Sea, its oil rich island of Natuna made the country as one of those at the forefront of this conflict which has been going one for several years now.

Indonesia has been strengthening the Natuna island through deployment of various military assets, equipment and personnel. Over the years, Natuna has been the main location for the Indonesian military to conduct joint training and exercise, possibly to tell other countries not to test its determination to protect its interests and territories in the South China Sea.

Indonesia has been known to guard its airspace jealously as have been demonstrated time over time throughout its airspace where it has intercepted various foreign military and civilian aircraft allegedly entering its airspace without prior permission.

Coupled with the seemingly increasing presence and deployment of China’s long range aviation assets namely the Xian H-6K (NATO Reporting Name: Badger) strategic bomber and Shenyang J-11B (NATO Reporting Name: Flanker) fighter aircraft throughout the South China Sea, it is obvious that eventually, one of these flights will be intercepted by the Indonesians. Indeed this has happened.
sukhoiau.jpg


Picture in sina.cn portal clearly shows a Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) KNAAPO-built Sukhoi Su-30MK2 Flanker shadowing the solid nose H-6K bomber and the accompanying J-11BS.

https://malaysiaflyingherald.wordpress.c
om/2017/10/16/shadowing-the-solid-nose-badger/
 
21687926_10155637887722980_3981950197032367650_n.jpg

1. Sarjono Kartosuwiryo (Anak Kartosuwiryo, pemimpin DI/TII)
2. Amelia Ahmad Yani (Anak Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi)
3. Ilham Aidit (Anak DN. Aidit, pemimpin PKI)

Mereka melupakan masa kelam itu, dan lebih memilih meraih masa depan yang lebih baik
 
Never heard we were considering De Zeven Provincien class, since it's built by Damen too.

Any reason ?
 
Last edited:
Although Indonesia is not one of the countries in the region which have been locked with China in maritime territorial disputes over the South China Sea, its oil rich island of Natuna made the country as one of those at the forefront of this conflict which has been going one for several years now.

Indonesia has been strengthening the Natuna island through deployment of various military assets, equipment and personnel. Over the years, Natuna has been the main location for the Indonesian military to conduct joint training and exercise, possibly to tell other countries not to test its determination to protect its interests and territories in the South China Sea.

Indonesia has been known to guard its airspace jealously as have been demonstrated time over time throughout its airspace where it has intercepted various foreign military and civilian aircraft allegedly entering its airspace without prior permission.

Coupled with the seemingly increasing presence and deployment of China’s long range aviation assets namely the Xian H-6K (NATO Reporting Name: Badger) strategic bomber and Shenyang J-11B (NATO Reporting Name: Flanker) fighter aircraft throughout the South China Sea, it is obvious that eventually, one of these flights will be intercepted by the Indonesians. Indeed this has happened.
sukhoiau.jpg


Picture in sina.cn portal clearly shows a Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) KNAAPO-built Sukhoi Su-30MK2 Flanker shadowing the solid nose H-6K bomber and the accompanying J-11BS.

https://malaysiaflyingherald.wordpress.c
om/2017/10/16/shadowing-the-solid-nose-badger/

This has been debunked...it's a PLAAF Su-30MKK with aggressor camo
 
Danrem 083/BDJ Menyaksikan Uji Coba Meriam GS M109A4-BE 155 MM

Screenshot_2017-10-17-18-54-50.png


Danrem 083/Bdj Kolonel Inf Bangun Nawoko, menyambut langsung kedatangan tim dari Pussenarmed yang dipimpin langsung oleh Danpusssenarmed Brigjen Tni Dwi jati Utomo di Kabupaten Lumajang. Kedatangan tim Pussenarmed untuk mengadakan uji fungsi Meriam GS M109A4-BE 155 mm, Selasa (17/10/2017).

Rombongan tim Pussenarmed yang hadir dalam uji fungsi Meriam GS M109A4-BE 155 mm, Danpussenarmed Brigjen Tni Dwi jati Utomo, Brigjen TNI Eko Erwanto, Kolonel Cpl Saiful Rochima, Kolonel Inf Sugeng Priyanto, Kolonel Cpl Kokom, Kolonel Cpl Suwoto, Kolonel Kav Dwi Haryoko, Kolonel Cpl Bambang Pursetiadi, Kolonel Cpl Dwi Angga Suwono, Kolonel Arm Saripudin, Kolonel Arm Dwi Wahyudi, Kolonel Arm Saiful Rizal, Letkol Cpl Wahyu Widodo, Letkol Cpl Andi Edwin, Letkol Cpl Sugiharto, Letkol Cpl Dwi Cahyadi, Letkol Chb Sihono, Mayor Cpl Krisna, Mayor Cpl Agus Priyanto, Mayor Cpl Untung Sutopo, Mayor Cpl Sutarman, Mayor Cpl Budiyanto dan Mayor Cpl Putu Ngurah.

Brigjen TNI Dwi Jati Utomo menyampaiakan, Artileri Medan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai kekuatan yang menjalankan fungsi serangan Artileri dan Bantuan Tembakan terhadap sasaran di darat maupun permukaan secara tepat dan kontinyu. Untuk itu, Danpussenarmed Brigjen TNI Dwi Jati Utomo mengadakan uji fungsi meriam GS M109A4-BE155 mm.

“Baru-baru ini Pussenarmed telah memesan 18 unit meriam M109A4 155 mm. Meriam Arbeba GS M109A4BE 155 mm Howitzer merupakan upgrade dari meriam M109A2 buatan Amerika Serikat yang dibeli pada tahun 1984-1985. Peremajaan dilakukan oleh Belgia pada tahun 2007-2008. Secara teknis kemampuannya telah diperbaharui dengan tekhnologi terbaru dan mempunyai daya tempur sangat dahsyat dan mobile yang tinggi,” papar Danpussenarmed

“Senjata andalan korps baret coklat yang terakhir ini sekarang berada di Ditpalad untuk dilakukan pemeliharaan secara efektif dan efisien, sehingga seluruh materiil peralatan tersebut selalu dalam kondisi siap pakai guna menunjang kesiapan satuan jajaran TNI Angkatan Darat dalam melaksanakan tugas pokoknya,” imbuhnya.

Materi yang dilaksanakan dalam uji fungsi Meriam GS M109A4-BE 155 mm tersebut adalah Yonarmed roket melaksanakan bantuan tembakan dalam operasi serangan dan Yonarmed roket melaksanakan operasi serangan Artileri (Artileri Strike).

Artilleri Strike yang merupakan suatu bentuk operasi tersendiri, lanjut Dwi Jati Utomo, sangat menentukan dalam pertempuran. Dimana terjadi pengerahan kekuatan Armed roket untuk menghancurkan musuh/instalasi (sasaran strategis) dari jarak yang sangat jauh dengan tembakan penghancuran, ketika pasukan sendiri masih berada dalam jarak yang aman atau belum terlibat dalam operasi secara keseluruhan yang dapat menimbulkan keuntungan bagi pasukan sendiri dan operasi selanjutnya.

“Mengingat persenjataan Armed saat ini semakin canggih dan modern, maka perlu diadakan revisi pembinaan fungsi Armed ke depan,” tandas Dwi Jati Utomo.
 
18 Oktober 2017

KF-X fighter (image : Military Factory)

GWACHEON, South Korea (Yonhap) -- South Korea and Indonesia are maintaining a close partnership over a fighter jet development project, code-named KF-X, despite concerns about agreed cost sharing, Seoul's arms agency said Friday.

Last year, the two countries signed a deal that calls for Jakarta to pay 20 percent of the total cost, estimated at 8.1 trillion won (US$7.1 billion). The program, led by South Korea, aims to develop 4.5th-generation fighter jets by the mid-2020s.

But Indonesia recently changed its stance to a more tepid position and discontinued the allocation of related budgets, according to news reports.

"(We) are in close consultations with the Indonesian government on the issue," Jeon Je-guk, head of the Defense Acquisition Program Administration (DAPA), told lawmakers during an annual audit of the agency's affairs. "(We) are trying to resolve the problem."

Indonesia has informed South Korea that it is also taking internal measures to address the matter, he added.

(YonhapNews)
 

Country Latest Posts

Back
Top Bottom