What's new

Indonesia Defence Forum

Wah motuba semua itu, dari dulu emg udh macet :D

Kapal Bakamla 110m

@imf

View attachment 431496
WOW :yahoo: ,Bakamla pesan 2 ya om kapal kelas ini?
even longer than PKR

ADEX: KF-X advances, as detailed design beckons

  • 15 OCTOBER, 2017
  • SOURCE: FLIGHTGLOBAL.COM
  • BY: GREG WALDRON
  • SINGAPORE

The final design of the Korea Aerospace Industries KF-X fighter is expected in June 2018, at which point detailed design will commence.

The detailed design phase for the twin-engined type will run until late 2019, at which point the production of prototypes will commence, says an official familiar with the programme.

A first flight is planned in the middle part of 2022, with testing and evaluation to run until 2026.


The KF-X will have both single and two-seat versions, and be powered by two General Electric F414 engines.

At present, the design is undergoing wind tunnel tests and computational fluid dynamic analysis.

The official adds that Indonesia, which is undertaking 20% of development costs, obtained export licences from the US government in April 2017. Indonesian Aerospace has over 80 staff working on the programme, along with staff from Lockheed Martin and KAI. Jakarta's variant, of which it will obtain about 80 examples, is referred to as the IF-X.

"At this point, there is almost now difference between KF-X and IF-X shapes," says the official.

Still, the South Korean and Indonesian examples are likely to be different. Previously, officials have said that a Block I configuration without stealth coatings and the ability to carry weapons internally will go to Indonesia. South Korea will have a Block II aircraft, with stealth coatings and weapons bays.

Seoul will also develop indigenous capabilities in key areas where it failed to obtain export licences from the US, an early stumbling block for the programme. These include the jet's active electronically scanned array (AESA), which will be developed with Israeli assistance, infrared search & track (IRST), electro-optical targeting, and the aircraft's electronic warfare suite.

Jakarta plans to obtain 80 IF-X fighters, while Seoul plans to obtain 120 examples of KF-X.
https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/
Indonesian article about this


Waduh, Indonesia Terancam Dapat Pesawat Tempur IFX Versi Downgrade!

Original 16 Okt. 2017


Aryo_nugroho

Pengikut 6508

Ikuti
a757c5c871e04cd12140b00b709b9d5f.jpg
http://www.forum.keypublishing.com
Ada kabar kemajuan mengenai proyek pesawat tempur generasi kelima KFX/IFX yang merupakan proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia, tetapi sebagian di antaranya agak tidak mengenakkan, berdasarkan wawancara media Flight Global terhadap seorang ofisial dari Korea Aerospace Industries.

Ofisial dari perusahaan KAI buka-bukaan dalam pameran Seoul ADEX 2017, dimana desain final dari KFX sendiri diberitakan akan selesai pada bulan Juni 2018, kemudian dilanjutkan dengan fase EMD (Engineering and Manufacturing Design) yang mendetail.

0c58ff9ee91a63ad8d023ff307611d67.jpg
http://www.f-16.net
Setelah fase EMD, diharapkan uji terbang perdana bisa dilakukan pada 2022, kemudian dilanjutkan dengan pengujian, integrasi sistem, dan evaluasi yang diperkirakan butuh waktu empat tahun sendiri. KFX sendiri juga akan disiapkan dalam konfigurasi tempat duduk ganda, sesuatu yang tidak pernah muncul sebelumnya dalam maket-maket pemasaran Korean Aerospace Industries.

Indonesia sendiri, yang membayar 20% biaya pengembangan, sudah berhasil memperoleh ijin ekspor untuk komponen-komponen buatan Amerika Serikat yang nantinya akan terpasang pada versi IFX, dimana saat ini IFX Design Center di Bandung tengah berkutat dengan model IFX yang akan dikembangkan, dan rencananya akan dibeli sebanyak 80 unit tersebut.

36918ee630364061f2512486fe27f463.jpg
http://www.radarmiliter.com
Namun, akan ada perbedaan antara KFX dan IFX. IFX sendiri akan mengambil desain KFX Block I, yang akan dikirimkan tanpa lapisan peredam gelombang radar. Belum diketahui apakah Indonesia akan mengembangkan sendiri lapisan RAM (Radar Absorbment Material), yang jelas Korea Selatan tidak akan memberikannya. Pun untuk sistem senjata internal (weapon bay) tidak akan dimasukkan dalam pengembangan Block I.

Hanya KFX yang merupakan desain KFX Block II yang akan dilengkapi dengan weapon bay dan dilapisi lapisan anti radar. Dengan perbedaan spek ini, ada kemungkinan bahwa varian KFX akan memiliki MTOW (Maximal Take Off Weight) yang lebih besar dari IFX karena harus membawa persenjataan yang lebih banyak. Akankah dimensinya juga lebih besar?
5958812_20170730085540.jpg

84ac5793abcd9f76cb0b74b2848b1f5a.jpg
http://www.janes.com
Yang jelas, baik KFX maupun IFX sama-sama akan ditenagai oleh mesin General Electric F414. Sebagian besar avionik mulai dari radar AESA, sistem IRST (Infra Red Scan and Track), panel di kokpit, dan sebagian besar LRU (Line Replaceable Unit) akan dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan-perusahaan Korea Selatan.

Problem utama adalah masalah senjata, akan tetapi KAI berusaha mengurangi ketergantungan terhadap senjata lansiran AS dengan membuat KFX/IFX kompatibel dengan senjata buatan Eropa seperti MBDA Meteor untuk rudal jarak menengah dan rudal jelajah Taurus KEPD 350. Mengingat kedekatan Indonesia dengan Negara-negara Eropa, seharusnya tidak ada masalah dalam akuisisi senjata untuk IFX nantinya.

Yang jelas, saat ini memang masih terlalu dini untuk berspekulasi bahwa IFX benar-benar akan dibangun dengan spesifikasi yang lebih rendah dari KFX, apalagi wawancara Flightglobal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pengumuman resmi. Tetapi ini merupakan suatu peringatan dini, dimana Indonesia harus menjaga betul proses pengembangan IFX dengan lebih ketat lagi.

Referensi:

https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/
 
WOW :yahoo: ,Bakamla pesan 2 ya om kapal kelas ini?
even longer than PKR


Indonesian article about this


Waduh, Indonesia Terancam Dapat Pesawat Tempur IFX Versi Downgrade!

Original 16 Okt. 2017


Aryo_nugroho

Pengikut 6508

Ikuti
a757c5c871e04cd12140b00b709b9d5f.jpg
http://www.forum.keypublishing.com
Ada kabar kemajuan mengenai proyek pesawat tempur generasi kelima KFX/IFX yang merupakan proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia, tetapi sebagian di antaranya agak tidak mengenakkan, berdasarkan wawancara media Flight Global terhadap seorang ofisial dari Korea Aerospace Industries.

Ofisial dari perusahaan KAI buka-bukaan dalam pameran Seoul ADEX 2017, dimana desain final dari KFX sendiri diberitakan akan selesai pada bulan Juni 2018, kemudian dilanjutkan dengan fase EMD (Engineering and Manufacturing Design) yang mendetail.

0c58ff9ee91a63ad8d023ff307611d67.jpg
http://www.f-16.net
Setelah fase EMD, diharapkan uji terbang perdana bisa dilakukan pada 2022, kemudian dilanjutkan dengan pengujian, integrasi sistem, dan evaluasi yang diperkirakan butuh waktu empat tahun sendiri. KFX sendiri juga akan disiapkan dalam konfigurasi tempat duduk ganda, sesuatu yang tidak pernah muncul sebelumnya dalam maket-maket pemasaran Korean Aerospace Industries.

Indonesia sendiri, yang membayar 20% biaya pengembangan, sudah berhasil memperoleh ijin ekspor untuk komponen-komponen buatan Amerika Serikat yang nantinya akan terpasang pada versi IFX, dimana saat ini IFX Design Center di Bandung tengah berkutat dengan model IFX yang akan dikembangkan, dan rencananya akan dibeli sebanyak 80 unit tersebut.

36918ee630364061f2512486fe27f463.jpg
http://www.radarmiliter.com
Namun, akan ada perbedaan antara KFX dan IFX. IFX sendiri akan mengambil desain KFX Block I, yang akan dikirimkan tanpa lapisan peredam gelombang radar. Belum diketahui apakah Indonesia akan mengembangkan sendiri lapisan RAM (Radar Absorbment Material), yang jelas Korea Selatan tidak akan memberikannya. Pun untuk sistem senjata internal (weapon bay) tidak akan dimasukkan dalam pengembangan Block I.

Hanya KFX yang merupakan desain KFX Block II yang akan dilengkapi dengan weapon bay dan dilapisi lapisan anti radar. Dengan perbedaan spek ini, ada kemungkinan bahwa varian KFX akan memiliki MTOW (Maximal Take Off Weight) yang lebih besar dari IFX karena harus membawa persenjataan yang lebih banyak. Akankah dimensinya juga lebih besar?
5958812_20170730085540.jpg

84ac5793abcd9f76cb0b74b2848b1f5a.jpg
http://www.janes.com
Yang jelas, baik KFX maupun IFX sama-sama akan ditenagai oleh mesin General Electric F414. Sebagian besar avionik mulai dari radar AESA, sistem IRST (Infra Red Scan and Track), panel di kokpit, dan sebagian besar LRU (Line Replaceable Unit) akan dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan-perusahaan Korea Selatan.

Problem utama adalah masalah senjata, akan tetapi KAI berusaha mengurangi ketergantungan terhadap senjata lansiran AS dengan membuat KFX/IFX kompatibel dengan senjata buatan Eropa seperti MBDA Meteor untuk rudal jarak menengah dan rudal jelajah Taurus KEPD 350. Mengingat kedekatan Indonesia dengan Negara-negara Eropa, seharusnya tidak ada masalah dalam akuisisi senjata untuk IFX nantinya.

Yang jelas, saat ini memang masih terlalu dini untuk berspekulasi bahwa IFX benar-benar akan dibangun dengan spesifikasi yang lebih rendah dari KFX, apalagi wawancara Flightglobal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pengumuman resmi. Tetapi ini merupakan suatu peringatan dini, dimana Indonesia harus menjaga betul proses pengembangan IFX dengan lebih ketat lagi.

Referensi:

https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/
IMHO, just a matter of perspective,
it is ours that is downgraded?
or theirs that is upgraded? :D
i tend to believe, the latter that is true :p
 
IMHO, just a matter of perspective,
it is ours that is downgraded?
or theirs that is upgraded? :D
i tend to believe, the latter that is true :p
Agreed,
you get what you pay for!

He added that there would be minor differences between the KFX and IFX.

'€œThe IFX will have a greater range as required by the Indonesian Air Force ,'€ he said.

'€œFor air refueling, the IFX will use a probe system while the KFX will use a boom system.

'€œThe third difference will be the data link. South Korea will use the US-made Link 16 and probably develop their own while we will also develop our own.'€

quoted from this
http://www.thejakartapost.com/news/...erospace-firms-sign-kfx-cooperation-deal.html
 
Agreed,
you get what you pay for!

He added that there would be minor differences between the KFX and IFX.

'€œThe IFX will have a greater range as required by the Indonesian Air Force ,'€ he said.

'€œFor air refueling, the IFX will use a probe system while the KFX will use a boom system.

'€œThe third difference will be the data link. South Korea will use the US-made Link 16 and probably develop their own while we will also develop our own.'€

quoted from this
http://www.thejakartapost.com/news/...erospace-firms-sign-kfx-cooperation-deal.html
That Aryo Nugroho article title is quite bombastic. Without IWB is what the Indonesian Air Force wants in its requirement for greater range in the 2015 Jakarta Post article.

>> '€œThe IFX will have a greater range as required by the Indonesian Air Force ,'€ he said.

So there is no downgrade.

The IWB space in the KF-X will be replaced with extra fuel tank for extended range in the IF-X.
 
Progres Pembangunan Pangkalan Armada Terpadu di Teluk Ratai Mulai Nampak

16 Oktober 2017



Wakasal Tinjau Pembangunan Dermaga Armada Terpadu Teluk Ratai. (photo : TNI AL)

Wakasal Tinjau Pembangunan Dermaga Armada Terpadu Teluk Ratai

Wakil Kepala Staf TNI AL (Wakasal) Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman M., S.E. beserta rombongan melaksanakan kunjungan kerja dalam rangka meninjau lokasi pembangunan kawasan Armada Terpadu di Pantai Caligi, Teluk Ratai, Lampung, Rabu (11/10/2017)

Dalam kunjungan kesekian kalinya ke Lampung, Wakasal beserta rombongan yang terdiri dari Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Tri Wahyudi, S.E., M.M., Dankormar Mayjen TNI Mar Bambang Suswantono, Kadisfaslanal Laksamana Pertama TNI M. Simbolon, S.Pi., dan Paban V Faslan Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, dalam kesempatan ini mereka menggunakan pesawat Helly TNI AL langsung dari Jakarta ke Piabung dengan disambut dan didampingi oleh Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Lampung, Kolonel Laut (P) Kelik Haryadi, S.H., M.Si beserta Danbrigif-3 Marinir Kolonel Marinir Umar Farouq serta pejabat lainnya.

Sebelum meninjau ke lokasi terlebih dahulu dilaksanakan paparan master plan dari kawasan Armada Terpadu dan progres pembangunan Dermaga serta Sarana prasarananya dari tim Direksi dan Pengembang dilanjutkan dengan meninjau langsung dari kemajuan pembangunan Dermaga, selain itu juga dilaksanakan pengecekan lokasi rencana dari Denah pembangunan sarana prasarana seperti lokasi Gedung Mako dan perkantoran, Pembuatan Kanal dan Irigasi serta normalisasi muara sungai Sabu, Pembuatan Jalan penghubung, Penampungan Air bersih serta rencana pembangunan Fasilitas lainnya.

Turut hadir juga dalam peninjauan tersebut para Perwira dari Staf Kormar, Lanal Lampung dan Brigif-3 Marinir yang diahiri foto bersama dengan rombongan Wakasal. (TNI AL)



Pangkalan Armabar Mulai Dibangun, Danlanal: Lampung Akan Menyaingi Jakarta
17 Agustus 2017



Suasana pembangunan pangkalan Armabar di Pantai Caligi, Pesawaran, Lampung di bulan Agustus lalu (photo : Kupas Tuntas)

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Pangkalan Armada Barat (Armabar) TNI AL di Lampung mulai dibangun di Pantai Caligi, Pesawaran.

Komandan Lanal Lampung, Kolonel (P) Kelik Haryadi, mengatakan pembangunan sudah dilakukan sejak 3 minggu lalu, dimulai dengan pembuatan dermaga, yang ditargetkan selesai 2017.

Setelah itu, pembangunan dilanjutkan 2018 dengan penambahan fasilitas, seperti gedung dan fasilitas pendukung lainnya.

“Targetnya 2019 sudah bisa digunakan, dan akan diresmikan oleh Presiden. Karena, salah satu nawacita Presiden adalah membangun pertahanan maritim,” ujar Kelik di ruang kerjanya, Selasa (15/08/2017).

Danlanal menjelaskan, nantinya di Teluk Ratai akan dibangun armada terpadu berbasis SSAT (Sistem Senjata Armada Terpadu), yang terdiri dari Pangkalan, KRI, Penerbangan, dan pasukan Marinir. Personel TNI AL di Lampung juga akan bertambah hingga di atas 10 ribu prajurit.

“Jika suatu saat dibutuhkan dalam perang, kita bisa cepat mengumpulkan kekuatan di satu wilayah. Kalau saat ini kan terpisah, Pasukan Marinir 2 di Cilandak, KRI di Tanjung Priok, memerlukan waktu dan kurang efektif dalam pertempuran,” jelasnya.

Di Teluk Ratai Lampung, nantinya akan dipadukan berbagai unsur, Armabar, Kolinlamil, Pusidros, Pusperbal, dan Marinir. Maka dipastikan di 2019 akan ada pergeseran personel dari daerah lain menuju Lampung.

“Jumlahnya di atas 10 ribu personel. Karena untuk KRI saja kita hitung personelnya untuk kapal kecil diawaki 50 orang, kapal besar bisa di atas 200 orang. Nanti di Lampung akan banyak KRI,” kata Kelik lagi.

Menurutnya, pembangunan Armabar akan berdampak positif bagi Provinsi Lampung. Ekonomi juga akan membaik dan stabilitas keamanan juga demikian. Selain itu, pembangunan rumah untuk para personel TNI AL di Armabar ini juga akan mendukung property di Lampung.

“Yang jelas keamanan akan terjamin, investor tidak akan ragu berinvestasi di sini. Pokoknya Lampung bisa jadi saingannya Jakarta,” tuntasnya.



Teluk Ratai, Lampung (image : GoogleMaps)

Sementara, Komandan Brigade Infanteri-3 Marinir, Kolonel (Mar) Umar Farouq, mengatakan dengan pembangunan Armada terpadu ini Brigif-3 Marinir akan bertransformasi menjadi Pasukan Marinir (Pasmar). Ia mengatakan saat ini baru ada dua Pasmar, yakni Pasmar 1 di Surabaya dan Pasmar 2 di Jakarta.

“Brigif 3 jadi cikal bakal Pasmar. Nanti Indonesia akan memiliki 3 Pasmar. Konsepnya, Pasmar 1 di Lampung membawahi ujung Sumatera sampai Kalimantan bagian barat dan Jakarta. Pasmar 2 di Surabaya membawahi Kaltim dan Sulawesi, dan Pasmar 3 di Sorong membawahi wilayah timur Indonesia,” bebernya, kemarin.

Disversi kekutan ini, sambung dia, untuk mendukung komando armada TNI AL yang juga akan dibangun jadi 3, yakni Armada Timur, Armada Tengah dan Armada Barat.

Tak hanya AL, penambahan serupa juga dilakukan TNI AD dan AU. Dimana nantinya Divisi Kostrad juga akan menjadi tiga (saat ini masih 2) dan AU juga demikian.

“Dalam menghadapi ancaman dari luar. Kita mempersiapkan diri dengan tindakan preventif untuk menjaga kedaulatan negara. Secara otomatis personel Marinir di Lampung juga akan bertambah untuk mengembangkan kekuatan material,” jelas Danbrigif.

Terkait tahapan yang sudah berjalan, ia mengatakan saat ini sudah dibangun dermaga untuk digunakan tempat memasok logistik menuju Lampung. di Teluk Ratai akan dibangun Pangkalan TNI AL, sehingga status Lanal nantinya akan bertransformasi jadi Lantamal.

“Pemilihan Lampung tidak serta-merta, banyak pertimbangan seperti kondisi alam maupun jalur taktisnya. Itu semua sudah dikaji oleh dewan strategis para petinggi TNI AL,” pungkasnya.

(KupasTuntas)

Indonesian Navy is building a large complex Naval base to replacing one in Jakarta. Western Command Naval Base Headquarter will be based here
 
ADEX: KF-X advances, as detailed design beckons

  • 15 OCTOBER, 2017
  • SOURCE: FLIGHTGLOBAL.COM
  • BY: GREG WALDRON
  • SINGAPORE
The final design of the Korea Aerospace Industries KF-X fighter is expected in June 2018, at which point detailed design will commence.

The detailed design phase for the twin-engined type will run until late 2019, at which point the production of prototypes will commence, says an official familiar with the programme.

A first flight is planned in the middle part of 2022, with testing and evaluation to run until 2026.


The KF-X will have both single and two-seat versions, and be powered by two General Electric F414 engines.

At present, the design is undergoing wind tunnel tests and computational fluid dynamic analysis.

The official adds that Indonesia, which is undertaking 20% of development costs, obtained export licences from the US government in April 2017. Indonesian Aerospace has over 80 staff working on the programme, along with staff from Lockheed Martin and KAI. Jakarta's variant, of which it will obtain about 80 examples, is referred to as the IF-X.

"At this point, there is almost now difference between KF-X and IF-X shapes," says the official.

Still, the South Korean and Indonesian examples are likely to be different. Previously, officials have said that a Block I configuration without stealth coatings and the ability to carry weapons internally will go to Indonesia. South Korea will have a Block II aircraft, with stealth coatings and weapons bays.

Seoul will also develop indigenous capabilities in key areas where it failed to obtain export licences from the US, an early stumbling block for the programme. These include the jet's active electronically scanned array (AESA), which will be developed with Israeli assistance, infrared search & track (IRST), electro-optical targeting, and the aircraft's electronic warfare suite.

Jakarta plans to obtain 80 IF-X fighters, while Seoul plans to obtain 120 examples of KF-X.
https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/

So in conclusion we will 'produce' the one without stealth and weapon bay.
But I think we still can buy the 'full package fighter' at the very special price.
Certainly our air force will calculate all of the possibilities will happened. Everything could be happened then, still long way to go.
So just relax.
 
chosun.jpg


Surely, can't fit all those drop tanks and missiles inside the internal weapon bay
Using Internal Weapon Bay will limited the missiles it can carry in stealth mode.

"The Block 3 will be full-stealth. The KFX already has a space for an internal weapons bay. Indonesians are using this space for extra fuel tank to extend range and are sticking with wing pylon only for munitions, while Koreans are wasting this space with internal fixed pylons to hang four AMRAAMs recessively to belly panels which aren't stressed members.

Supposedly the Indonesian version will have a 4.5 hour mission endurance without refueling. Korean version won't."

Source: SNAFU
 
Using Internal Weapon Bay will limited the missiles it can carry in stealth mode.

"The Block 3 will be full-stealth. The KFX already has a space for an internal weapons bay. Indonesians are using this space for extra fuel tank to extend range and are sticking with wing pylon only for munitions, while Koreans are wasting this space with internal fixed pylons to hang four AMRAAMs recessively to belly panels which aren't stressed members.

Supposedly the Indonesian version will have a 4.5 hour mission endurance without refueling. Korean version won't."

Source: SNAFU

This i would call it our necessity based on our own requirement. For radar absorbing coating material, thats not a big issue actually as our had been long investing on this field too
 
Progres Pembangunan Pangkalan Armada Terpadu di Teluk Ratai Mulai Nampak

16 Oktober 2017



Wakasal Tinjau Pembangunan Dermaga Armada Terpadu Teluk Ratai. (photo : TNI AL)

Wakasal Tinjau Pembangunan Dermaga Armada Terpadu Teluk Ratai

Wakil Kepala Staf TNI AL (Wakasal) Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman M., S.E. beserta rombongan melaksanakan kunjungan kerja dalam rangka meninjau lokasi pembangunan kawasan Armada Terpadu di Pantai Caligi, Teluk Ratai, Lampung, Rabu (11/10/2017)

Dalam kunjungan kesekian kalinya ke Lampung, Wakasal beserta rombongan yang terdiri dari Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Tri Wahyudi, S.E., M.M., Dankormar Mayjen TNI Mar Bambang Suswantono, Kadisfaslanal Laksamana Pertama TNI M. Simbolon, S.Pi., dan Paban V Faslan Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, dalam kesempatan ini mereka menggunakan pesawat Helly TNI AL langsung dari Jakarta ke Piabung dengan disambut dan didampingi oleh Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Lampung, Kolonel Laut (P) Kelik Haryadi, S.H., M.Si beserta Danbrigif-3 Marinir Kolonel Marinir Umar Farouq serta pejabat lainnya.

Sebelum meninjau ke lokasi terlebih dahulu dilaksanakan paparan master plan dari kawasan Armada Terpadu dan progres pembangunan Dermaga serta Sarana prasarananya dari tim Direksi dan Pengembang dilanjutkan dengan meninjau langsung dari kemajuan pembangunan Dermaga, selain itu juga dilaksanakan pengecekan lokasi rencana dari Denah pembangunan sarana prasarana seperti lokasi Gedung Mako dan perkantoran, Pembuatan Kanal dan Irigasi serta normalisasi muara sungai Sabu, Pembuatan Jalan penghubung, Penampungan Air bersih serta rencana pembangunan Fasilitas lainnya.

Turut hadir juga dalam peninjauan tersebut para Perwira dari Staf Kormar, Lanal Lampung dan Brigif-3 Marinir yang diahiri foto bersama dengan rombongan Wakasal. (TNI AL)



Pangkalan Armabar Mulai Dibangun, Danlanal: Lampung Akan Menyaingi Jakarta
17 Agustus 2017



Suasana pembangunan pangkalan Armabar di Pantai Caligi, Pesawaran, Lampung di bulan Agustus lalu (photo : Kupas Tuntas)

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Pangkalan Armada Barat (Armabar) TNI AL di Lampung mulai dibangun di Pantai Caligi, Pesawaran.

Komandan Lanal Lampung, Kolonel (P) Kelik Haryadi, mengatakan pembangunan sudah dilakukan sejak 3 minggu lalu, dimulai dengan pembuatan dermaga, yang ditargetkan selesai 2017.

Setelah itu, pembangunan dilanjutkan 2018 dengan penambahan fasilitas, seperti gedung dan fasilitas pendukung lainnya.

“Targetnya 2019 sudah bisa digunakan, dan akan diresmikan oleh Presiden. Karena, salah satu nawacita Presiden adalah membangun pertahanan maritim,” ujar Kelik di ruang kerjanya, Selasa (15/08/2017).

Danlanal menjelaskan, nantinya di Teluk Ratai akan dibangun armada terpadu berbasis SSAT (Sistem Senjata Armada Terpadu), yang terdiri dari Pangkalan, KRI, Penerbangan, dan pasukan Marinir. Personel TNI AL di Lampung juga akan bertambah hingga di atas 10 ribu prajurit.

“Jika suatu saat dibutuhkan dalam perang, kita bisa cepat mengumpulkan kekuatan di satu wilayah. Kalau saat ini kan terpisah, Pasukan Marinir 2 di Cilandak, KRI di Tanjung Priok, memerlukan waktu dan kurang efektif dalam pertempuran,” jelasnya.

Di Teluk Ratai Lampung, nantinya akan dipadukan berbagai unsur, Armabar, Kolinlamil, Pusidros, Pusperbal, dan Marinir. Maka dipastikan di 2019 akan ada pergeseran personel dari daerah lain menuju Lampung.

“Jumlahnya di atas 10 ribu personel. Karena untuk KRI saja kita hitung personelnya untuk kapal kecil diawaki 50 orang, kapal besar bisa di atas 200 orang. Nanti di Lampung akan banyak KRI,” kata Kelik lagi.

Menurutnya, pembangunan Armabar akan berdampak positif bagi Provinsi Lampung. Ekonomi juga akan membaik dan stabilitas keamanan juga demikian. Selain itu, pembangunan rumah untuk para personel TNI AL di Armabar ini juga akan mendukung property di Lampung.

“Yang jelas keamanan akan terjamin, investor tidak akan ragu berinvestasi di sini. Pokoknya Lampung bisa jadi saingannya Jakarta,” tuntasnya.



Teluk Ratai, Lampung (image : GoogleMaps)

Sementara, Komandan Brigade Infanteri-3 Marinir, Kolonel (Mar) Umar Farouq, mengatakan dengan pembangunan Armada terpadu ini Brigif-3 Marinir akan bertransformasi menjadi Pasukan Marinir (Pasmar). Ia mengatakan saat ini baru ada dua Pasmar, yakni Pasmar 1 di Surabaya dan Pasmar 2 di Jakarta.

“Brigif 3 jadi cikal bakal Pasmar. Nanti Indonesia akan memiliki 3 Pasmar. Konsepnya, Pasmar 1 di Lampung membawahi ujung Sumatera sampai Kalimantan bagian barat dan Jakarta. Pasmar 2 di Surabaya membawahi Kaltim dan Sulawesi, dan Pasmar 3 di Sorong membawahi wilayah timur Indonesia,” bebernya, kemarin.

Disversi kekutan ini, sambung dia, untuk mendukung komando armada TNI AL yang juga akan dibangun jadi 3, yakni Armada Timur, Armada Tengah dan Armada Barat.

Tak hanya AL, penambahan serupa juga dilakukan TNI AD dan AU. Dimana nantinya Divisi Kostrad juga akan menjadi tiga (saat ini masih 2) dan AU juga demikian.

“Dalam menghadapi ancaman dari luar. Kita mempersiapkan diri dengan tindakan preventif untuk menjaga kedaulatan negara. Secara otomatis personel Marinir di Lampung juga akan bertambah untuk mengembangkan kekuatan material,” jelas Danbrigif.

Terkait tahapan yang sudah berjalan, ia mengatakan saat ini sudah dibangun dermaga untuk digunakan tempat memasok logistik menuju Lampung. di Teluk Ratai akan dibangun Pangkalan TNI AL, sehingga status Lanal nantinya akan bertransformasi jadi Lantamal.

“Pemilihan Lampung tidak serta-merta, banyak pertimbangan seperti kondisi alam maupun jalur taktisnya. Itu semua sudah dikaji oleh dewan strategis para petinggi TNI AL,” pungkasnya.

(KupasTuntas)

Indonesian Navy is building a large complex Naval base to replacing one in Jakarta. Western Command Naval Base Headquarter will be based here
Markas armabar pindah ke sumatra, ibukota pindah ke kalimantan, mengurangi beban jakarta biar tidak multi-role.
 
UAVOS UVH-29E Drone Copter: Ditawarkan Untuk Instansi Sipil Dan Militer Indonesia
indomiliter | 16/10/2017 | Berita Matra Darat, Berita Matra Laut, Berita Update Alutsista, Dari Ruang Tempur,Drone, Helikopter | 2 Comments
FacebookTwitterWhatsAppLineCopy LinkEmail

uvh-29e.jpg


Adopsi drone copter (rotary wing) masih terbilang baru di Indonesia, dimana unit dan kesatuan pengguna masih terbatas, sementara memang terlihat ada kebutuhan penggelaran drone copter, khususnya dalam misi SAR dan surveillance. Berangkat dari peluang tersebut, belum lama ini UAVOS Inc dari Mountain View, California, Amerika Serikat, memperkenalkan produk drone copter berukuran mini, UVH-29E, kepada pihak Badan SAR Nasional (BASARNAS), Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT), Badan Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) dan perwakilan dari pasukan khusus TNI.

Baca juga: Avenger II – Sensor Canggih Berbasis Thermal di Drone Saab Skeldar V-200

Meski masih terasa baru, sampai saat ini di angkasa Tanah Air setidaknya telah mengudara drone copter Saab Skeldar V-200 yang didatangkan Kementerian Pertahanan RI dan SDO 50V2 produksi Swiss Drones Operating AG yang kini telah dioperasikan BASARNAS. Meski belum pasti diakuisisi, pada bulan Juli lalu Schiebel (Rajawali) S-100 telah mekakukan demonstrasi penerbangan di hadapan Panglima Komando Armada Barat (Pangarmabar), dan disebut-sebut pihak TNI AL tertarik dengan Schiebel Camcopter S-100 buatan Austria yang dapat dipersenjatai rudal LMM ini.

Nah, dibanding ketiga drone yang disebutkan di atas, UVH-29E punya bodi (fuselage) yang paling kecil. Meski begitu, toh pihak UAVOS menganggap drone copter lansirannya punya keunggulan komparatif, seperti punya karakter yang cocok dioperasikan di iklim tropis, payload yang dinamis dan perangkat navigasi yang punya kemampuan menghadapi peperangan elektronik. Drone copter yang diberi label “Surveyor-H” ini dapat mengudara selama 3 jam dengan radius terbang 150 km. Kapasitas bahan bakar maksimum adalah 3,6 liter.

Baca juga: SDO 50V2 – Ini Dia! Drone Copter Andalan BASARNAS

malays.jpg


0876849ff8ff2b41dc0065c071b5c1395e8ce409.jpg


Dapur pacu UVH-29E disokong mesin Modified Zenoah G29 2 stroke yang punya kekuatan 7.2 hp. Dari mesin tersebut, drone copter dengan dua bilah baling-baling pada rotor utama tersebut dapat melesat dengan kecepatan maksimum 120 km per jam. Secara resmi, pihak UAVOS merancang drone copter ini untuk misi Video surveillance and monitoring, Delivery and autonomous transporting, Signal jamming, Signal range extension and retransmission, Target marking and designation, R&D flying laboratory (meteorology, hydrology etc.) dan Monitoring the Earth’s surface. Untuk keamanan pengoperasian, drone ini dapat diterbangkan dalam kondisi kecepatan angin maksimum 14 meter per detk (27 knots).

Dari beragam misi yang dapat dibebankan ke UVH-29E, maka peran drone dengan bobot 25 kg ini memang ideal untuk tugas sipil dan militer. Untuk landng dan take off, hanya dibutuhkan area dengan bentang kurang dari 5 x 5 meter. Payload yang dapat dibawa UVH-29E mencapai 5 kg, dari payload yang dibawa terdiri dari beragam jenis kamera, B/W Spotter, Optical Sensors, Designators, Lidars, Transmitters, Retransmitters dan Signal Jammers.

2246057_original.jpg


2245813_original.jpg

Gyro stabilised micro gimbal (OTUS-U135 HIGH-DEF)
Baca juga: Bullray UAS – Drone Copter Amfibi dengan Kemampuan Tembak Sasaran

Spesifikasi UAVOS UVH-29E:
– Operating temperature range: -20°C to +50°C
– Max cruising speed: 100 km/h
– Max speed: 120 km/h
– Cruise fuel consumption: 1,2 l/h
– Main rotor diameter: 1,8 m
– Overall length: 1,6 m
– Overall height: 0,55 m
– Engine type: 2-stroke
– Powerplant: modified Zenoah G29E Engine power: 7.2 hp
– Fuel tank volume: 3.6 l
– Max takeoff weight: 16,2 kg
– Rate of climb: 6 m/s
– Mission radius: 150 km
– Service ceiling: 2.100 m
– Endurance: 3 hr
– Parachute: ballistic
– Onboard power supply: 7.4 V
– Altimeter: radio TBO: 100 hr

pgcs-front.jpg


Portabke Ground Control Station (PGCS)
Sebagai unit kendali, PGCS dirancang kompak berikut antena Omnidirectional untuk kendali, telemetri, serta transmisi data dan video. Bila mengandalkan baterai penuh, PGCS dengan bobot 13 kg ini dapat beroperasi melayani drone selama kurang lebih 5 jam. (Gilang Perdana)
 
Back
Top Bottom