BDforever
ELITE MEMBER
- Joined
- Feb 12, 2013
- Messages
- 14,387
- Reaction score
- 8
- Country
- Location
@anas_nurhafidz @MarveL i also want to understand
Follow along with the video below to see how to install our site as a web app on your home screen.
Note: This feature may not be available in some browsers.
WOW ,Bakamla pesan 2 ya om kapal kelas ini?
Indonesian article about thisADEX: KF-X advances, as detailed design beckons
- 15 OCTOBER, 2017
- SOURCE: FLIGHTGLOBAL.COM
- BY: GREG WALDRON
- SINGAPORE
The final design of the Korea Aerospace Industries KF-X fighter is expected in June 2018, at which point detailed design will commence.
The detailed design phase for the twin-engined type will run until late 2019, at which point the production of prototypes will commence, says an official familiar with the programme.
A first flight is planned in the middle part of 2022, with testing and evaluation to run until 2026.
The KF-X will have both single and two-seat versions, and be powered by two General Electric F414 engines.
At present, the design is undergoing wind tunnel tests and computational fluid dynamic analysis.
The official adds that Indonesia, which is undertaking 20% of development costs, obtained export licences from the US government in April 2017. Indonesian Aerospace has over 80 staff working on the programme, along with staff from Lockheed Martin and KAI. Jakarta's variant, of which it will obtain about 80 examples, is referred to as the IF-X.
"At this point, there is almost now difference between KF-X and IF-X shapes," says the official.
Still, the South Korean and Indonesian examples are likely to be different. Previously, officials have said that a Block I configuration without stealth coatings and the ability to carry weapons internally will go to Indonesia. South Korea will have a Block II aircraft, with stealth coatings and weapons bays.
Seoul will also develop indigenous capabilities in key areas where it failed to obtain export licences from the US, an early stumbling block for the programme. These include the jet's active electronically scanned array (AESA), which will be developed with Israeli assistance, infrared search & track (IRST), electro-optical targeting, and the aircraft's electronic warfare suite.
Jakarta plans to obtain 80 IF-X fighters, while Seoul plans to obtain 120 examples of KF-X.
https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/
IMHO, just a matter of perspective,WOW ,Bakamla pesan 2 ya om kapal kelas ini?
even longer than PKR
Indonesian article about this
Waduh, Indonesia Terancam Dapat Pesawat Tempur IFX Versi Downgrade!
Original 16 Okt. 2017
Aryo_nugroho
Pengikut 6508
Ikuti
http://www.forum.keypublishing.com
Ada kabar kemajuan mengenai proyek pesawat tempur generasi kelima KFX/IFX yang merupakan proyek bersama antara Korea Selatan dan Indonesia, tetapi sebagian di antaranya agak tidak mengenakkan, berdasarkan wawancara media Flight Global terhadap seorang ofisial dari Korea Aerospace Industries.
Ofisial dari perusahaan KAI buka-bukaan dalam pameran Seoul ADEX 2017, dimana desain final dari KFX sendiri diberitakan akan selesai pada bulan Juni 2018, kemudian dilanjutkan dengan fase EMD (Engineering and Manufacturing Design) yang mendetail.
http://www.f-16.net
Setelah fase EMD, diharapkan uji terbang perdana bisa dilakukan pada 2022, kemudian dilanjutkan dengan pengujian, integrasi sistem, dan evaluasi yang diperkirakan butuh waktu empat tahun sendiri. KFX sendiri juga akan disiapkan dalam konfigurasi tempat duduk ganda, sesuatu yang tidak pernah muncul sebelumnya dalam maket-maket pemasaran Korean Aerospace Industries.
Indonesia sendiri, yang membayar 20% biaya pengembangan, sudah berhasil memperoleh ijin ekspor untuk komponen-komponen buatan Amerika Serikat yang nantinya akan terpasang pada versi IFX, dimana saat ini IFX Design Center di Bandung tengah berkutat dengan model IFX yang akan dikembangkan, dan rencananya akan dibeli sebanyak 80 unit tersebut.
http://www.radarmiliter.com
Namun, akan ada perbedaan antara KFX dan IFX. IFX sendiri akan mengambil desain KFX Block I, yang akan dikirimkan tanpa lapisan peredam gelombang radar. Belum diketahui apakah Indonesia akan mengembangkan sendiri lapisan RAM (Radar Absorbment Material), yang jelas Korea Selatan tidak akan memberikannya. Pun untuk sistem senjata internal (weapon bay) tidak akan dimasukkan dalam pengembangan Block I.
Hanya KFX yang merupakan desain KFX Block II yang akan dilengkapi dengan weapon bay dan dilapisi lapisan anti radar. Dengan perbedaan spek ini, ada kemungkinan bahwa varian KFX akan memiliki MTOW (Maximal Take Off Weight) yang lebih besar dari IFX karena harus membawa persenjataan yang lebih banyak. Akankah dimensinya juga lebih besar?
http://www.janes.com
Yang jelas, baik KFX maupun IFX sama-sama akan ditenagai oleh mesin General Electric F414. Sebagian besar avionik mulai dari radar AESA, sistem IRST (Infra Red Scan and Track), panel di kokpit, dan sebagian besar LRU (Line Replaceable Unit) akan dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan-perusahaan Korea Selatan.
Problem utama adalah masalah senjata, akan tetapi KAI berusaha mengurangi ketergantungan terhadap senjata lansiran AS dengan membuat KFX/IFX kompatibel dengan senjata buatan Eropa seperti MBDA Meteor untuk rudal jarak menengah dan rudal jelajah Taurus KEPD 350. Mengingat kedekatan Indonesia dengan Negara-negara Eropa, seharusnya tidak ada masalah dalam akuisisi senjata untuk IFX nantinya.
Yang jelas, saat ini memang masih terlalu dini untuk berspekulasi bahwa IFX benar-benar akan dibangun dengan spesifikasi yang lebih rendah dari KFX, apalagi wawancara Flightglobal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pengumuman resmi. Tetapi ini merupakan suatu peringatan dini, dimana Indonesia harus menjaga betul proses pengembangan IFX dengan lebih ketat lagi.
Referensi:
https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/
Agreed,IMHO, just a matter of perspective,
it is ours that is downgraded?
or theirs that is upgraded?
i tend to believe, the latter that is true :p
That Aryo Nugroho article title is quite bombastic. Without IWB is what the Indonesian Air Force wants in its requirement for greater range in the 2015 Jakarta Post article.Agreed,
you get what you pay for!
He added that there would be minor differences between the KFX and IFX.
'The IFX will have a greater range as required by the Indonesian Air Force ,' he said.
'For air refueling, the IFX will use a probe system while the KFX will use a boom system.
'The third difference will be the data link. South Korea will use the US-made Link 16 and probably develop their own while we will also develop our own.'
quoted from this
http://www.thejakartapost.com/news/...erospace-firms-sign-kfx-cooperation-deal.html
@anas_nurhafidz @MarveL i also want to understand
ADEX: KF-X advances, as detailed design beckons
The final design of the Korea Aerospace Industries KF-X fighter is expected in June 2018, at which point detailed design will commence.
- 15 OCTOBER, 2017
- SOURCE: FLIGHTGLOBAL.COM
- BY: GREG WALDRON
- SINGAPORE
The detailed design phase for the twin-engined type will run until late 2019, at which point the production of prototypes will commence, says an official familiar with the programme.
A first flight is planned in the middle part of 2022, with testing and evaluation to run until 2026.
The KF-X will have both single and two-seat versions, and be powered by two General Electric F414 engines.
At present, the design is undergoing wind tunnel tests and computational fluid dynamic analysis.
The official adds that Indonesia, which is undertaking 20% of development costs, obtained export licences from the US government in April 2017. Indonesian Aerospace has over 80 staff working on the programme, along with staff from Lockheed Martin and KAI. Jakarta's variant, of which it will obtain about 80 examples, is referred to as the IF-X.
"At this point, there is almost now difference between KF-X and IF-X shapes," says the official.
Still, the South Korean and Indonesian examples are likely to be different. Previously, officials have said that a Block I configuration without stealth coatings and the ability to carry weapons internally will go to Indonesia. South Korea will have a Block II aircraft, with stealth coatings and weapons bays.
Seoul will also develop indigenous capabilities in key areas where it failed to obtain export licences from the US, an early stumbling block for the programme. These include the jet's active electronically scanned array (AESA), which will be developed with Israeli assistance, infrared search & track (IRST), electro-optical targeting, and the aircraft's electronic warfare suite.
Jakarta plans to obtain 80 IF-X fighters, while Seoul plans to obtain 120 examples of KF-X.
https://www.flightglobal.com/news/articles/adex-kf-x-advances-as-detailed-design-beckons-442176/
Using Internal Weapon Bay will limited the missiles it can carry in stealth mode.
Surely, can't fit all those drop tanks and missiles inside the internal weapon bay
Using Internal Weapon Bay will limited the missiles it can carry in stealth mode.
"The Block 3 will be full-stealth. The KFX already has a space for an internal weapons bay. Indonesians are using this space for extra fuel tank to extend range and are sticking with wing pylon only for munitions, while Koreans are wasting this space with internal fixed pylons to hang four AMRAAMs recessively to belly panels which aren't stressed members.
Supposedly the Indonesian version will have a 4.5 hour mission endurance without refueling. Korean version won't."
Source: SNAFU
Markas armabar pindah ke sumatra, ibukota pindah ke kalimantan, mengurangi beban jakarta biar tidak multi-role.Progres Pembangunan Pangkalan Armada Terpadu di Teluk Ratai Mulai Nampak
16 Oktober 2017
Wakasal Tinjau Pembangunan Dermaga Armada Terpadu Teluk Ratai. (photo : TNI AL)
Wakasal Tinjau Pembangunan Dermaga Armada Terpadu Teluk Ratai
Wakil Kepala Staf TNI AL (Wakasal) Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman M., S.E. beserta rombongan melaksanakan kunjungan kerja dalam rangka meninjau lokasi pembangunan kawasan Armada Terpadu di Pantai Caligi, Teluk Ratai, Lampung, Rabu (11/10/2017)
Dalam kunjungan kesekian kalinya ke Lampung, Wakasal beserta rombongan yang terdiri dari Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Tri Wahyudi, S.E., M.M., Dankormar Mayjen TNI Mar Bambang Suswantono, Kadisfaslanal Laksamana Pertama TNI M. Simbolon, S.Pi., dan Paban V Faslan Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, dalam kesempatan ini mereka menggunakan pesawat Helly TNI AL langsung dari Jakarta ke Piabung dengan disambut dan didampingi oleh Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Lampung, Kolonel Laut (P) Kelik Haryadi, S.H., M.Si beserta Danbrigif-3 Marinir Kolonel Marinir Umar Farouq serta pejabat lainnya.
Sebelum meninjau ke lokasi terlebih dahulu dilaksanakan paparan master plan dari kawasan Armada Terpadu dan progres pembangunan Dermaga serta Sarana prasarananya dari tim Direksi dan Pengembang dilanjutkan dengan meninjau langsung dari kemajuan pembangunan Dermaga, selain itu juga dilaksanakan pengecekan lokasi rencana dari Denah pembangunan sarana prasarana seperti lokasi Gedung Mako dan perkantoran, Pembuatan Kanal dan Irigasi serta normalisasi muara sungai Sabu, Pembuatan Jalan penghubung, Penampungan Air bersih serta rencana pembangunan Fasilitas lainnya.
Turut hadir juga dalam peninjauan tersebut para Perwira dari Staf Kormar, Lanal Lampung dan Brigif-3 Marinir yang diahiri foto bersama dengan rombongan Wakasal. (TNI AL)
Pangkalan Armabar Mulai Dibangun, Danlanal: Lampung Akan Menyaingi Jakarta
17 Agustus 2017
Suasana pembangunan pangkalan Armabar di Pantai Caligi, Pesawaran, Lampung di bulan Agustus lalu (photo : Kupas Tuntas)
Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Pangkalan Armada Barat (Armabar) TNI AL di Lampung mulai dibangun di Pantai Caligi, Pesawaran.
Komandan Lanal Lampung, Kolonel (P) Kelik Haryadi, mengatakan pembangunan sudah dilakukan sejak 3 minggu lalu, dimulai dengan pembuatan dermaga, yang ditargetkan selesai 2017.
Setelah itu, pembangunan dilanjutkan 2018 dengan penambahan fasilitas, seperti gedung dan fasilitas pendukung lainnya.
“Targetnya 2019 sudah bisa digunakan, dan akan diresmikan oleh Presiden. Karena, salah satu nawacita Presiden adalah membangun pertahanan maritim,” ujar Kelik di ruang kerjanya, Selasa (15/08/2017).
Danlanal menjelaskan, nantinya di Teluk Ratai akan dibangun armada terpadu berbasis SSAT (Sistem Senjata Armada Terpadu), yang terdiri dari Pangkalan, KRI, Penerbangan, dan pasukan Marinir. Personel TNI AL di Lampung juga akan bertambah hingga di atas 10 ribu prajurit.
“Jika suatu saat dibutuhkan dalam perang, kita bisa cepat mengumpulkan kekuatan di satu wilayah. Kalau saat ini kan terpisah, Pasukan Marinir 2 di Cilandak, KRI di Tanjung Priok, memerlukan waktu dan kurang efektif dalam pertempuran,” jelasnya.
Di Teluk Ratai Lampung, nantinya akan dipadukan berbagai unsur, Armabar, Kolinlamil, Pusidros, Pusperbal, dan Marinir. Maka dipastikan di 2019 akan ada pergeseran personel dari daerah lain menuju Lampung.
“Jumlahnya di atas 10 ribu personel. Karena untuk KRI saja kita hitung personelnya untuk kapal kecil diawaki 50 orang, kapal besar bisa di atas 200 orang. Nanti di Lampung akan banyak KRI,” kata Kelik lagi.
Menurutnya, pembangunan Armabar akan berdampak positif bagi Provinsi Lampung. Ekonomi juga akan membaik dan stabilitas keamanan juga demikian. Selain itu, pembangunan rumah untuk para personel TNI AL di Armabar ini juga akan mendukung property di Lampung.
“Yang jelas keamanan akan terjamin, investor tidak akan ragu berinvestasi di sini. Pokoknya Lampung bisa jadi saingannya Jakarta,” tuntasnya.
Teluk Ratai, Lampung (image : GoogleMaps)
Sementara, Komandan Brigade Infanteri-3 Marinir, Kolonel (Mar) Umar Farouq, mengatakan dengan pembangunan Armada terpadu ini Brigif-3 Marinir akan bertransformasi menjadi Pasukan Marinir (Pasmar). Ia mengatakan saat ini baru ada dua Pasmar, yakni Pasmar 1 di Surabaya dan Pasmar 2 di Jakarta.
“Brigif 3 jadi cikal bakal Pasmar. Nanti Indonesia akan memiliki 3 Pasmar. Konsepnya, Pasmar 1 di Lampung membawahi ujung Sumatera sampai Kalimantan bagian barat dan Jakarta. Pasmar 2 di Surabaya membawahi Kaltim dan Sulawesi, dan Pasmar 3 di Sorong membawahi wilayah timur Indonesia,” bebernya, kemarin.
Disversi kekutan ini, sambung dia, untuk mendukung komando armada TNI AL yang juga akan dibangun jadi 3, yakni Armada Timur, Armada Tengah dan Armada Barat.
Tak hanya AL, penambahan serupa juga dilakukan TNI AD dan AU. Dimana nantinya Divisi Kostrad juga akan menjadi tiga (saat ini masih 2) dan AU juga demikian.
“Dalam menghadapi ancaman dari luar. Kita mempersiapkan diri dengan tindakan preventif untuk menjaga kedaulatan negara. Secara otomatis personel Marinir di Lampung juga akan bertambah untuk mengembangkan kekuatan material,” jelas Danbrigif.
Terkait tahapan yang sudah berjalan, ia mengatakan saat ini sudah dibangun dermaga untuk digunakan tempat memasok logistik menuju Lampung. di Teluk Ratai akan dibangun Pangkalan TNI AL, sehingga status Lanal nantinya akan bertransformasi jadi Lantamal.
“Pemilihan Lampung tidak serta-merta, banyak pertimbangan seperti kondisi alam maupun jalur taktisnya. Itu semua sudah dikaji oleh dewan strategis para petinggi TNI AL,” pungkasnya.
(KupasTuntas)
Indonesian Navy is building a large complex Naval base to replacing one in Jakarta. Western Command Naval Base Headquarter will be based here
yipppiii palangkaraya oum....Markas armabar pindah ke sumatra, ibukota pindah ke kalimantan, mengurangi beban jakarta biar tidak multi-role.