Follow along with the video below to see how to install our site as a web app on your home screen.
Note: This feature may not be available in some browsers.
Back in 60s was the height of AURI & ALRI era at that time however at the cost of economic issues at ordinary people living and even we reached hyperinflation back then. Pres.Soekarno was ambitious however that came with a cost in returnGood ol'days for our Navy and Air Force, not so much for our "rakyat". And who said we have to look from other country to project our own force? Those 1960's defense purchased clearly showed where we should put our priority on. Well excluding those bombers
View attachment 571506
Procurement of single engine trainer aircrafts & flight simulator for naval aviation service
Back in 60s was the height of AURI & ALRI era at that time however at the cost of economic issues at ordinary people living and even we reached hyperinflation back then. Pres.Soekarno was ambitious however that came with a cost in return
It's trainer single engine aircrafts, i think they will be Bonanza G36does it means we're going to get more MPA aircraft ?
View attachment 571414 View attachment 571415
Liquid propellant rocket engine development
Credit to Fb page Lembaga Keris
View attachment 571506
Procurement of single engine trainer aircrafts & flight simulator for naval aviation service
Back in 60s was the height of AURI & ALRI era at that time however at the cost of economic issues at ordinary people living and even we reached hyperinflation back then. Pres.Soekarno was ambitious however that came with a cost in return
Reverse engineer systems in C-705, so we are reverse engineering from something which actually gained from more or less a reverse engineered ?https://www.kemhan.go.id/pothan/201...ipasi-dalam-latihan-angkasa-yudha-tni-au.html
ACMI SUKHOI, PRODUK ANAK BANGSA YANG SUKSES BERPARTISIPASI DALAM LATIHAN ANGKASA YUDHA TNI AU
Rabu, 24 Juli 2019
Oleh : Letkol Kal Nanto Nurhuda, S.M.
Kasi Bangraptekinfokomhan Subdit Tekinfokomhan Dit Tekindhan Ditjen Pothan Kemhan
Sesuai amanat Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) mempunyai kewajiban mendorong pengembangan kemampuan Industri Pertahanan (Indhan) melalui pengembangan sumber daya manusia, sarana teknologi, informasi teknologi, organisasi dan manajemen melalui penetapan kebijakan, regulasi dan pengawasan. Dalam pelaksanannya, Kemhan memberi tugas kepada Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kemhan untuk merencanakan program Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan (Bangtekindhan). Tujuan dari pengembangan kemampuan Industri Pertahanan adalah untuk mewujudkan kemandirian dan daya saing Industri Pertahanan.
Kegiatan Program Bangtekindhan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan, yang merupakan kegiatan pengembangan yang dilakukan industri pertahanan dalam negeri dengan didukung sumber anggaran Rupiah murni.
Penyusunan Program Bangtekindhan dilakukan dan dikoordinasikan secara terpadu oleh Kemhan melalui Ditjen Pothan Kemhan bekerjasama dengan Mabes TNI dan Angkatan. Program tersebut diarahkan kepada penguasaan teknologi guna menjamin kelangsungan penyediaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) serta kemajuan dan kemandirian industri pertahanan.
ACMI adalah sistem instrumentasi yang mampu memonitor, menampilkan (2 dimensi maupun 3 dimensi), merekam pergerakan, dan posisi pesawat secara real time yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi serta mampu mensimulasikan pertempuran air to air dan air to ground. ACMI Sukhoi ini merupakan program Bangtekindkan hasil kerjasama Ditjen Pothan Kemhan dengan PT. TRESS (Teknologi Rekatama Solusi Indonesia). Keunggulan dari ACMI ini adalah murni karya anak bangsa, terjamin kerahasiaannya, mampu mendukung latihan penerbang Sukhoi dengan tepat sasaran, upgrade lebih mudah karena hasil penelitian bersama dengan Dislitbang TNI AU, sehingga mudah dalam perawatan dan troubleshooting.
Secara umum, spesifikasi teknis yan diterapkan pada ACMI Sukhoi ini dapat digunakan untuk semua jenis latihan pilot pesawat tempur, antara lain:
Dan dari hail uji dinamis, ACMI Sukhoi ini telah melampaui spesifikasi teknis yang tertuang dalam kontrak, antara lain mampu digunakan bermanuver melebihi 6,5 G, mencapai ketinggian di atas 30.000 ft, dan suhu antara -30⁰C hingga 70⁰C.
- Latihan terbang perorangan dan element,
- Latihan terbang satu skadron atau lebih,
- Latihan gabungan antar skadron,
- Latihan gabungan dengan negara lain, dan
- Latihan composite strike.
Perhatian yang sangat luar biasa diberikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara dan Dirjen Pothan yang telah mendukung penuh Tim Waspro dan PPHP serta Puslaik Baranahan Kemhan dalam kegiatan uji statis maupun uji dinamis yang dilaksanakan di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Hasanuddin Makassar. Atas dukungan dan kerjasama semua pihak, kini ACMI Sukhoi Program Bangtekindhan Ditjen Pothan Kemhan telah mengantongi Sertifikat Tipe Produk Aeronautika Klas II Militer dan siap untuk diproduksi massal guna mendukung kegiatan TNI AU, compatible dengan pesawat-pesawat TNI AU lainnya (sebelumnya TNI AU telah memiliki ACMI KITS buatan Cubic dan P5 buatan Cubic & DRS Tecnologies untuk pesawat F-5, F-16 dan Hawk 100/200).
Selain sukses mebangun ACMI Sukhoi, pada tahun ini Ditjen Pothan Kemhan berhasil pula meluncurkan Roket R-Han 122B Tahap II yang merupakan hasil kerjasama dengan Konsorsium Reverse Engineering R-Han 122B yang terdiri dari PT. Pindad (Persero) selaku Lead Integrator, didukung oleh anggota konsorsium yaitu PT. Dahana (Persero), PT. Dirgantara Indonesia (Persero), dan LAPAN. Selain itu, Dtjen Pothan juga telah mendapatkan sertifikat tipe untuk berbagai program Bangtekindhan lainnya, yaitu:
Sedangkan untuk program Pembinaan Potensi Teknologi Industri Pertahanan (Binpottekindhan), Puslaik Baranahan juga telah menerbitkan type certificate untuk program Reverse Enginering Inertial Navigation System (INS) Rudal dan Program Penyusunan Tabel Tembak Roket R-Han 122B.
- First Article Senjata Serbu Bawah Air 5,66 mm,
- First Article Mekatronik Mortir 81 mm, dan
- First Article Remote Control Weapon System (RCWS),
Saat ini Ditjen Pothan Kemhan tengah melaksanakan program Bangtekindhan TA. 2019 yang teridiri dari:
Selain itu, melalui Binpottekindhan, Ditjen Pothan Kemhan juga tengah bekerjasama dengan Industri Pertahanan (BUMN dan BUMS), antara lain:
- First Article Alat Kendali Tembak Senjata FFAR Heli Serang Mi 35-P,
- First Article Sistem Penembakan Mortir Berbasis Komputer,
- First Article Senjata Otomatis Kal. 5,56 mm
- First Article Data Distribution Unit,
- First Article Depth Personal Vehicle, dan
- First Article Card Module Radar Thomson.
Dengan bantuan semua pihak, semoga Program Bangtekindhan dan Binpottekindhan Ditjen Pothan Kemhan mampu membina Industri Pertahanan dalam negeri, baik BUMN maupun BUMS, untuk menjadi industri yang mandiri, handal, dan berdaya saing baik di lingkup nasional maupun internasional.
- Program Tank Boat Tahap II,
- Program Joint Production PTTA Kelas MALE Tahun I, dan
- Program Reverse Engineering Sistem Rudal C-705.
View attachment 571625
Pod ACMI terpasang di Pesawat Sukhoi TS-3011
View attachment 571626
Tim IMAA Puslaik Baranahan Kemhan tengah mengecek kesiapan Pod ACMI Sukhoi sebelum pelaksanaan uji dinamis di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Hasanuddin Makassar
^^^^ And we're going to reverse engineer the C-705 that's kinda a good news (even though still kinda skeptical after the failed test on KCR-60) ....
^^^^ Joint production MALE ? puna elongated version ? or wing loong / anka ?
that's what i thought , it failed two times during our naval drill (first failed to launched at time , the second one failed in flight) that's why im very skeptical (i rather think we should focused on AV-TM 300 from avibras)Reverse engineer systems in C-705, so we are reverse engineering from something which actually gained from more or less a reverse engineered ?
Must be the airframe from the one that crashed back in 2017The First Falcon Monument
Must be the airframe from the one that crashed back in 2017
Maphilindo exercise is routine between 3 countries considering Sulu Sea ( 3 countries common border ) is dangerous waters with kidnapping, piracy, smuggling and Mindanao separatists & ISIS related organisations.https://lancerdefense.com/2019/07/2...na-gelar-latihan-perang-di-tarakan/#more-8580
@Cromwell
What is this say politically? I know Phillipine and Indonesia had settled their border dispute. With Malaysia last time I know it only need approval from thier house representative (regarding border dispute). With all border dispute aside does this mean these 3 countries trying to balance the regional power that has been shifted by the presence of China in SCS?