What's new

Indonesia Defence Forum

Wait aren't those in Austrian service are the problematic Tranche-1 ?

Yes those are the only ones they have in service, even they are planning to replace them with more cost-effective and capable JAS-39's or F-16V's
 
What the **** oh boy

Indonesia is said to be interested in Austrian Eurofighters
3 hours ago
0 Less than a minute
1595118685_Indonesia-is-said-to-be-interested-in-Austrian-Eurofighters-780x470.jpg





Indonesia wants to buy the Austrian Eurofighter. Defense Minister Prabowo Subianto offers his counterpart Klaudia Tanner (ÖVP) in a letter to buy all 15 interceptors, reports The press in their Sunday edition. The defense department confirmed receipt of the letter but did not want to comment further on the letter.

“Please allow me to contact you directly on a very important matter for the Republic of Indonesia,” the minister wrote in English. A German consultant informed Prabowo that Austria bought the Eurofighter in 2002. “In order to modernize the Indonesian Air Force, I would like to enter into official negotiations with you to buy all 15 Eurofighters for the Republic of Indonesia,” quotes The press from the letter dated July 10th and received at the ministry late last week.

Prabowo apparently knows the clashes over the Eurofighter in Austria and the efforts to get rid of these planes: “I am aware of the sensitivity of the matter,” writes the Indonesian minister. He knows the circumstances of the Eurofighter purchase in Austria and its effects to the present day. “Nevertheless, I am sure that my offer offers opportunities for both sides,” he believes.

Wait aren't those in Austrian service are the problematic Tranche-1 ?

Seems Prabowo had consulted with ratu Kanjeng

Up
Sri Mulyani Bela Prabowo Belanja Alutsista Triliunan, Why?
Monica Wareza & , CNBC Indonesia
NEWS

19 July 2020 08:50

482ee179-1b37-4da2-8e43-c748d635fd67_169.jpeg

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara besar-besaran yang dilakukan oleh Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto sebagai sesuatu yang krusial.

Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam bincang-bincang yang dilakukannya pada Sabtu (18/7/2020) sore di akun instagramnya @smindrawati.

Menurut Sri Mulyani, pembelian alutsista yang menghabiskan dana besar ini merupakan salah satu hal penting yang dilakukan dan telah diperhitungkan secara matang.

"Bagaimana dengan Pak Prabowo Menteri Pertahanan, apakah penting untuk membuat alutsista kita kuat? Iya, penting," kata Sri Mulyani.

Dia mengatakan seluruh pembelanjaan yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga pemerintahan terus diperhatikan agar tidak ada penyelewengan dalam penggunaan. Perhatian ini jadi prioritas agar tidak bocor, tidak dikorupsi, tepat sasaran, dan tepat kualitas.

Dia mengungkapkan, dana belanja pemerintah ini besar sekali dan dialokasikan ke banyak pos seperti pendidikan dan investasi di bidang sumber daya manusia yang mendapatkan prioritas. Kemudian untuk kesehatan dan untuk mengurangi angka kemiskinan hingga pembangunan infrastruktur.

Dana belanja yang besar ini bersumber dari penerimaan pajak yang dibayarkan oleh pengusaha, korporasi, pekerja baik aparatur sipil negara (ASN) maupun swasta. Selain itu juga bersumber dari bea dan cukai dan dari penerimaan negara bukan pajak, juga hibah.

Jika penerimaan negara tersebut tak cukup untuk membiayai belanja, maka pemerintah akan mencari sumber pendanaan lain dengan berutang.

"Ada yang menganggap utang itu sebagai suatu yang haram, riba, ada yang benci saja sama utang. Ada yang dia tidak bisa menerima, seolah-olah utang itu sesuatu yang mengkhawatirkan," kata Sri Mulyani.

"Nah dalam hal ini saya ingin menyampaikan bahwa pertama, kalau sebagai menteri keuangan, kita semuanya mencoba untuk mengelola keuangan negara, keuangan negara itu ada penerimaan, ada belanja dan ada pembiayaan termasuk investasi," lanjutnya.

Untuk diketahui, untuk memenuhi kebutuhan strategisnya dalam menjaga keamanan NKRI, di dalam APBN 2020, Kementerian Pertahanan mendapatkan alokasi anggaran APBN terbesar di tahun 2020, yakni sebesar Rp 131 triliun, angka ini meningkat dari anggaran tahun lalu yang sebesar Rp 110 triliun.

Kemudian dalam kebijakan pemerintah refocusing anggaran, anggaran Menhan Prabowo, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020, Anggaran Kemenhan kini menjadi Rp 117 triliun.

Selain untuk alutsista, mayoritas anggaran digunakan untuk gaji dan tunjangan prajurit di tiga matra TNI, yaitu TNI AU, TNI AD, dan TNI AL.

Adapun untuk tahun anggaran 2021, Prabowo untuk Kemenhan telah mengajukan alokasi anggaran sebesar Rp 129,3 trilliun. Nilai pagu anggaran Menteri Prabowo tersebut terungkap dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) Tahun 2021 yang bertajuk Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi.

Tertulis di dalam dokumen tersebut, pagu indikatif Kementerian Pertahanan TA 2021 adalah sebesar Rp 129,3 triliun.

Secara rinci, dokumen tersebut menjelaskan bahwa alokasi anggaran tersebut antara lain bersumber dari rupiah murni Rp113,1 triliun (87,5%), pagu penggunaan PNBP Rp2,1 triliun (1,6%), pagu penggunaan BLU Rp3,1 triliun (2,4%), dan SBSN Rp900 miliar (0,7%).

https://www.cnbcindonesia.com/news/...fikasi&utm_campaign=browser&utm_medium=mobile
 
In July 2017, the Austria Defense Ministry announced that it would be replacing all of its Typhoon aircraft by 2020. The ministry said that continued use of its Typhoons over their 30-year life–span would cost about €5 billion with the bulk being for maintenance. It estimated that buying a new fleet of 15 single–seat and 3 twin–seat fighters would save €2 billion over that period. Austria plans to explore a government-to-government sale or lease agreement to avoid a lengthy and costly tender process with a manufacturer. Possible replacements include the Saab Gripen and the F-16.

https://www.reuters.com/article/us-austria-eurofighter-idUSKBN19S0ZN

100 million Euros for lobby alone, and estimation for maintenance cost is a whoopping shocking

The cost is not justified at all to me, either you go into F 15 or F 18 for the new whole line of double engine fighter
 
I really hope its not to replace the F-5's since it won't actually give us any additional capabilities either. But I can see it being used for a dedicated Kohanudnas squadron considering its speed and range
 
I really hope its not to replace the F-5's since it won't actually give us any additional capabilities either. But I can see it being used for a dedicated Kohanudnas squadron considering its speed and range

Not worth it IMHO, as it is will strech our logistic and money we already lacking in first place.

The only advantage they had is they are still within NATO standard bus mil for network
 
For you KFX/IFX diehard fans, something to consider:

Treat AH tweets with a big grain of salt bro. Perviously i have posted photos of the engineers working at KAI from Naver. The KF-X engineers were sent home early this year and they are in Indonesia for several months until their redeployment. How come it would jeopardize current project in PTDI? Those project have been running even before those engineers were sent home to Indonesia. As you know AH is not a typical South Korean fan.

https://m.blog.naver.com/koreaaerospace2030/221460667870

현장 줌인②]Selamat Datang! KAI, PTDI와 두 손을 맞잡다

스크린샷_2019-02-08_오전_10.12.10.png


%25EC%258A%25A4%25ED%2581%25AC%25EB%25A6%25B0%25EC%2583%25B7_2019-02-08_%25EC%2598%25A4%25EC%25A0%2584_10.12.03.png


%25EC%258A%25A4%25ED%2581%25AC%25EB%25A6%25B0%25EC%2583%25B7_2019-02-08_%25EC%2598%25A4%25EC%25A0%2584_10.11.45.png


%25EC%258A%25A4%25ED%2581%25AC%25EB%25A6%25B0%25EC%2583%25B7_2019-02-08_%25EC%2598%25A4%25EC%25A0%2584_10.11.20.png
 
Last edited:
Yes those are the only ones they have in service, even they are planning to replace them with more cost-effective and capable JAS-39's or F-16V's
Hmmm European fighter jets are known for its rigidity, EF Tranche 1 can't simply be upgraded to Tranche 2 without tremendous lots of money even Gripen C/D MS20 is a deadlock, it's different with Gripen E/F.

What the **** oh boy

Indonesia is said to be interested in Austrian Eurofighters
3 hours ago
0 Less than a minute
1595118685_Indonesia-is-said-to-be-interested-in-Austrian-Eurofighters-780x470.jpg





Indonesia wants to buy the Austrian Eurofighter. Defense Minister Prabowo Subianto offers his counterpart Klaudia Tanner (ÖVP) in a letter to buy all 15 interceptors, reports The press in their Sunday edition. The defense department confirmed receipt of the letter but did not want to comment further on the letter.

“Please allow me to contact you directly on a very important matter for the Republic of Indonesia,” the minister wrote in English. A German consultant informed Prabowo that Austria bought the Eurofighter in 2002. “In order to modernize the Indonesian Air Force, I would like to enter into official negotiations with you to buy all 15 Eurofighters for the Republic of Indonesia,” quotes The press from the letter dated July 10th and received at the ministry late last week.

Prabowo apparently knows the clashes over the Eurofighter in Austria and the efforts to get rid of these planes: “I am aware of the sensitivity of the matter,” writes the Indonesian minister. He knows the circumstances of the Eurofighter purchase in Austria and its effects to the present day. “Nevertheless, I am sure that my offer offers opportunities for both sides,” he believes.



Seems Prabowo had consulted with ratu Kanjeng

Up
Sri Mulyani Bela Prabowo Belanja Alutsista Triliunan, Why?
Monica Wareza & , CNBC Indonesia
NEWS

19 July 2020 08:50

482ee179-1b37-4da2-8e43-c748d635fd67_169.jpeg

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara besar-besaran yang dilakukan oleh Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto sebagai sesuatu yang krusial.

Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam bincang-bincang yang dilakukannya pada Sabtu (18/7/2020) sore di akun instagramnya @smindrawati.

Menurut Sri Mulyani, pembelian alutsista yang menghabiskan dana besar ini merupakan salah satu hal penting yang dilakukan dan telah diperhitungkan secara matang.

"Bagaimana dengan Pak Prabowo Menteri Pertahanan, apakah penting untuk membuat alutsista kita kuat? Iya, penting," kata Sri Mulyani.

Dia mengatakan seluruh pembelanjaan yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga pemerintahan terus diperhatikan agar tidak ada penyelewengan dalam penggunaan. Perhatian ini jadi prioritas agar tidak bocor, tidak dikorupsi, tepat sasaran, dan tepat kualitas.

Dia mengungkapkan, dana belanja pemerintah ini besar sekali dan dialokasikan ke banyak pos seperti pendidikan dan investasi di bidang sumber daya manusia yang mendapatkan prioritas. Kemudian untuk kesehatan dan untuk mengurangi angka kemiskinan hingga pembangunan infrastruktur.

Dana belanja yang besar ini bersumber dari penerimaan pajak yang dibayarkan oleh pengusaha, korporasi, pekerja baik aparatur sipil negara (ASN) maupun swasta. Selain itu juga bersumber dari bea dan cukai dan dari penerimaan negara bukan pajak, juga hibah.

Jika penerimaan negara tersebut tak cukup untuk membiayai belanja, maka pemerintah akan mencari sumber pendanaan lain dengan berutang.

"Ada yang menganggap utang itu sebagai suatu yang haram, riba, ada yang benci saja sama utang. Ada yang dia tidak bisa menerima, seolah-olah utang itu sesuatu yang mengkhawatirkan," kata Sri Mulyani.

"Nah dalam hal ini saya ingin menyampaikan bahwa pertama, kalau sebagai menteri keuangan, kita semuanya mencoba untuk mengelola keuangan negara, keuangan negara itu ada penerimaan, ada belanja dan ada pembiayaan termasuk investasi," lanjutnya.

Untuk diketahui, untuk memenuhi kebutuhan strategisnya dalam menjaga keamanan NKRI, di dalam APBN 2020, Kementerian Pertahanan mendapatkan alokasi anggaran APBN terbesar di tahun 2020, yakni sebesar Rp 131 triliun, angka ini meningkat dari anggaran tahun lalu yang sebesar Rp 110 triliun.

Kemudian dalam kebijakan pemerintah refocusing anggaran, anggaran Menhan Prabowo, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020, Anggaran Kemenhan kini menjadi Rp 117 triliun.

Selain untuk alutsista, mayoritas anggaran digunakan untuk gaji dan tunjangan prajurit di tiga matra TNI, yaitu TNI AU, TNI AD, dan TNI AL.

Adapun untuk tahun anggaran 2021, Prabowo untuk Kemenhan telah mengajukan alokasi anggaran sebesar Rp 129,3 trilliun. Nilai pagu anggaran Menteri Prabowo tersebut terungkap dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) Tahun 2021 yang bertajuk Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi.

Tertulis di dalam dokumen tersebut, pagu indikatif Kementerian Pertahanan TA 2021 adalah sebesar Rp 129,3 triliun.

Secara rinci, dokumen tersebut menjelaskan bahwa alokasi anggaran tersebut antara lain bersumber dari rupiah murni Rp113,1 triliun (87,5%), pagu penggunaan PNBP Rp2,1 triliun (1,6%), pagu penggunaan BLU Rp3,1 triliun (2,4%), dan SBSN Rp900 miliar (0,7%).

https://www.cnbcindonesia.com/news/...fikasi&utm_campaign=browser&utm_medium=mobile
Something fishy on this EF plan

I'm prefer Dassault Rafale rather than Eurofighter Typhoon if 08 wants EU Fighters
It's fine actually getting them considering PT.DI & Airbus partnership however we should've at least get the latest version Tranche 3 with CFT not this one but frankly speaking i'm among those who believe Indonesia would ideally better if we standardise all fighters to single platform single engine fighter
 
Hmmm European fighter jets are known for its rigidity, EF Tranche 1 can't simply be upgraded to Tranche 2 without tremendous lots of money even Gripen C/D MS20 is a deadlock, it's different with Gripen E/F.


Something fishy on this EF plan

Seems so, there is not much we can do. The ball is in Prabowo actually. Just let the scenario unfolded, one by one. If Eurofighter and MV 22 Osprey can suddenly appear here, there is chance for F 15 actually as those Eurofighter is second hand units actually
 
Menristek Tergetkan 49 Produk Riset Prioritas Sampai 2024

18 Juli 2020



Pesawat N219 amfibi (all images : BPPT)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024 menargetkan 49 produk riset dan inovasi yang meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia. Sebanyak 12 di antaranya masuk katagori barang 'urgent' (mendesak).

"Karena memang harus bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat hari ini maupun sampai lima tahun ke depan," kata Menristek Bambang dalam acara penyerahan simbolis dana prioritas riset nasional kepada Lembaga Penerima Insentif yang ditayangkan secara virtual di Jakarta, Jumat (17/7).

Dari 49 produk target tersebut, 12 produk target yang mendesak untuk diperoleh antara lain bahan bakar nabati (green fuel), drone atau Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) kombatan. Selanjutnya, garam industri, pangan termasuk padi dan jagung, obat modern asli Indonesia (OMAI) dan stem cell, baterai lithium untuk kendaraan listrik, satelit, kapal datar, serta pesawat N219 amfibi.

Bambang menuturkan bahan bakar nabati atau green fuel diharapkan bisa menggantikan bahan bakar minyak (BBM) impor yang harganya fluktuatif.

"Kita ingin mengurangi ketergantungan kita terhadap impor BBM yang harganya naik turun. Hari ini mungkin harganya sangat rendah tetapi kita tidak tahu nantinya pandemi sudah berakhir kondisi ekonomi global sudah kembali normal maka harga minyak bisa melonjak tinggi dan akhirnya menimbulkan tekanan pada neraca perdagangan maupun pada neraca transaksi berjalan kita," ujar Bambang.




Menristek Bambang menuturkan PUNA MALE kombatan merupakan produk drone pertama Indonesia untuk keperluan militer. "Tentunya ini penting tidak hanya mengurangi ketergantungan impor alutsista (alat utama sistem pertahanan) kita tetapi juga penting untuk menjaga tentunya wilayah Nusantara dan ketahanan nasional," ujarnya.

Demikian juga, keberadaan garam industri nantinya diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor terhadap garam yang digunakan untuk keperluan industri. Saat ini, kebutuhan garam untuk industri dipenuhi dari impor.

"Dalam skema ini kita mengutamakan penggunaan garam rakyat untuk menggantikan peran garam impor tersebut," tutur Bambang.

Selain itu, Indonesia juga mengembangkan baterai lithium untuk kendaraan listrik. "Karena tentunya kita harus mulai mengarahkan Indonesia menjadi salah satu pemain penting dalam produksi mobil listrik," tuturnya.

Dalam memproduksi mobil listrik, Menristek Bambang menuturkan tentu tidak cukup hanya dengan menjadi integrator atau perakit terakhir tapi penting juga untuk menyuplai lebih banyak suku cadang dari kendaraan listrik, dan salah satu suku cadang yang paling penting adalah baterai.

Dalam bidang kesehatan, selain OMAI, stem cell juga dikembangkan dalam upaya untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada pasien yang sedang menderita sakit.

Kapal datar diharapkan bisa menjadi solusi baik untuk perikanan maupun untuk transportasi. Kapal ini diharapkan bisa diproduksi dengan biaya lebih hemat dalam waktu lebih cepat.




Riset di pangan seperti untuk komoditas padi dan jagung bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, menyehatkan masyarakat dan mengurangi stunting atau kekerdilan.

Riset di bidang sosial humaniora diharapkan dapat membantu mempersiapkan masyarakat agar adaptif terhadap revolusi industri 4.0 dan lebih adaptif terhadap transformasi digital.

Selain menyiapkan masyarakat untuk transformasi digital, riset di bidang sosial humaniora juga harus bisa menggali nilai budaya lokal yang bisa menjadi salah satu kekuatan Indonesia untuk daya saing global.

"COVID-19 ini mengajarkan kepada kita bahwa transformasi digital dan revolusi industri keempat ternyata lebih cepat daripada yang kita perkirakan," tutur Menristek Bambang.

Pesawat N219 saat ini sedang diupayakan untuk mendapatkan sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Dengan adanya pesawat itu, diharapkan dapat menciptakan dan memperkuat koneksi antar pulau di Indonesia.

"Solusinya N219 yang juga merupakan karya anak bangsa bisa dipakai sebagai pesawat amfibi yang bisa mendarat di perairan tersebut," ujar Menristek Bambang.

(Republika)

To reduce import should be focused on sub system like FLIR, Optronic products, CMS, Radar development, large caliber munition and the likes.
I like the list already well aside for amfibi. But if our govt willing to carry the R&D cost for it then PT.DI can just produce it and not putting too much pressure on ROI. Social study research? man we shoulda do it long time ago, better late than never. Overall these list is "membumi", the return and the goal is also clear. Now lets hope they dont screw up the implementation :D

Is it just me or anyone else experiencing Dejavu from the era before we decide to go to SU35? When the full fighter mock up was at PT.DI and how they try hard to win the deal? :lol::lol:

Anyway IDK what the thinking behind this, I just hope Pak Prabowo have qualified personel in and around him so all the "bisikan sesat" from oknum inside his inner circle can be avoided.
 
Seems so, there is not much we can do. The ball is in Prabowo actually. Just let the scenario unfolded, one by one. If Eurofighter and MV 22 Osprey can suddenly appear here, there is chance for F 15 actually as those Eurofighter is second hand units actually
Well actually there's something even more insane from 1st Commission House of Representatives
FB_IMG_15951317684623447.jpg
FB_IMG_15951317761619398.jpg
 
"Prabowo apparently know the clashes over the eurofighter in austria , and trying to get rid of these planes" he would likely refuse to signed the contract in the end, just like what happened before .
 
"Prabowo apparently know the clashes over the eurofighter in austria , and trying to get rid of these planes" he would likely refuse to signed the contract in the end, just like what happened before .

Read it more carefully, this one is Prabowo own initiative, not the continue of before admin program and he is offering solution in which will satisfy all of the sides, Indonesia, Austria and Airbus Defense.
 
I dont think we can blame Mr. Prabowo to take this options. he cant buy Russian jets, if he buy american jets, maybe there's concern about the embargo or "dont put all your eggs in one basket" thing, if he choose Rafale the big spending is the concern. so he opted for secondhand EF to meet our available budget.
 
Back
Top Bottom