What's new

Indonesia Defence Forum

very similar to CH-4
It is.
images.jpeg

Airframe based from CH4 and mission system from IDS italy
 
BNL-250 Lulus Uji, Industri Pertahanan Nasional Semakin Kuat
Aan Haryono
Kamis, 12 Desember 2019 - 12:07 WIB
bnl250-lulus-uji-industri-pertahanan-nasional-semakin-kuat-nhm.jpg

Industri pertahanan di Indonesia mampu membuat sendiri bom latih menyerupai Mark 82 (Mk82). Foto/Ist.

facebook.svg

twitter.svg

whatsapp.svg

linkedin.svg

wechat.svg

sharethis.svg

SURABAYA - Industri pertahanan dalam negeri bersinar cerah. Mereka berhasil membuat sendiri bom latih menyerupai Mark 82 (Mk82) buatan Amerika Serikat, Kamis (12/12/2019).

Jenis bom ini begitu populer dipakai para pilot tempur di berbagai dunia. Mereka mengoperasikan pesawat-pesawat tempur buatan NATO. Bom latih ini diberi nama Bom NATO Latih (BNL) dengan berat 250 kilogram.

Baca Juga:


Secara detail, bom latih yang bentuk serta spesifikasinya mirip dengan bom Mk82 buatan Amerika Serikat ini, dibuat oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU bekerjasama dengan industri pertahanan swasta nasional PT Sari Bahari.

"Kami butuh waktu penelitian sekitar tiga tahun, sebelum akhirnya kami memutuskan memproduksi dummy untuk dilakukan uji coba secara live," kata Kepala Dislitbang AU Marsekal Pertama Rochmadi Saputro.

Pembuatan desain dan spesifikasi bom yang diproduksi, lanjutnya, memang dimatangkan sejak 2018 lalu. Setelah desain produk disepakati bersama, Dislitbang AU dan Sari Bahari kemudian membuat fasilitas latih untuk pengetesan.

Bom yang diproduksi awal ini merupakan jenis bom latih, sehingga dilakukan modifikasi dengan melengkapi asap pada bagian tail bomb saat terjadi impact. Asap putih yang muncul digunakan sebagai penanda pilot mengetahui apakah bom tepat mengenai sasaran atau tidak.

"Saat dilakukan uji coba di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, di Kabupaten Lumajang, bom sangat stabil mulai dari lepas dari sayap pesawat. Datar dan tidak ada gerakan yang membahayakan pesawat," ungkapnya.

Bahkan, katanya, trajektori jalannya bom saat jatuh juga sangat mulus. Hasil ini jauh lebih baik dibanding dengan buatan luar negeri. "Ini lebih bagus pergerakannya mulai dari lepas hingga titik perkenaan itu lebih mulus," ucapnya.

Yang menjadi istimewa menurut Rochmadi, bom yang dibuat baru sebatas bom uji coba, namun perkenaan semuanya hampir di titik silang.

"Ini sungguh luar biasa. Para kru pilot yang terbang sangat menginginkan bom tersebut segera diproduksi untuk latihan, karena mengatur perkenaannya mereka sangat yakin. Sekali coba saja sudah tepat sasaran, apalagi kalau berkali-kali mencoba," katanya

Terpisah, Danlanud Iswahjudi, Marsma TNI Widyargo Ikoputra mengatakan, saat dua pesawat tempur F16 dari Skadron Udara 3 Madiun yang dipimpinnya melakukan uji coba delivery bombing di AWR Pandanwangi pihaknya begitu puas.

"Saya termasuk yang cukup percaya diri dengan hasil BNL-250 ini, karena saat saya masih pilot muda dan terbang dengan Sukhoi 27/30, disitu mulai dibuat juga bom P-100 series buatan dalam negeri yang memiliki karakter sama dengan bom OFAB buatan Rusia. Saya yang mengujicoba. Itu mulai tahun 2008-2010. Berhasil baik. Dan sekarang sudah muncul BNL-250. Ini proses yang cukup panjang," kata Ikoputra.

IMG-20191212-WA0007.jpg


Tentang delapan bom yang diujicoba seluruhnya masuk mulus ke dalam target sasaran, Ikoputra mengakui hal tersebut tidaklah mudah.

"Proses untuk masuk dalam target itu tidak mudah. Saya sendiri sebenarnya tidak menuntut itu di awal. Yang penting bom itu aman dulu saat dibawa. Saat turning G tidak jatuh. Saat delivery tidak rolling atau tumbling. Bahwa kemudian itu masuk semua dalam sasaran, itu bonus yang luar biasa. Karena (materi latihan) kami para pilot belum menuju ke arah sana. Namanya juga baru uji pertama kali," jelasnya.

Keberadaan BNL-250 ini untuk menjawab permasalahan satuan latihan dan operasi TNI AU, bahwa saat ini mereka tengah kekurangan pasokan bom MK82 untuk latihan air to ground bombing. Sementara stok bom MK82 hampir habis dan kalau membeli dari luar harganya mahal sekali.

Dalam satu tahun diperkirakan kebutuhan bom untuk latihan pilot tempur TNI AU mencapai lebih dari 1.500 unit. Kondisi ini menurut Kadislitbang AU, akan menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki oleh Mabes TNI AU.

Namun dengan kemampuan industri dalam negeri memproduksi sendiri bom-bom latih tersebut, maka akan ada jaminan ketersediaan pasokan serta harga pembelian yang jauh lebih murah dibandingkan jika harus impor.

Direktur Utama PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam menjelaskan, bom BNL-250 terbaru yang baru saja lulus uji dinamis kini tengah menunggu sertifikasi laik operasi.

"Dengan dikeluarkannya sertifikat tersebut, maka berapapun kebutuhan pilot-pilot TNI AU akan dapat segera kami penuhi. Tentunya dengan kualitas lebih baik dan harga yang jauh lebih bersaing dibandingkan jika membeli dari luar negeri. Kami juga bisa mengisi bom-bom tersebut menjadi bom live," kata Ricky.

Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan TNI AU saja, kesempatan untuk melakukan ekspor juga bisa dilakukan oleh Sari Bahari, mengingat bom jenis MK82 sangat banyak digunakan oleh negara-negara di sekitar Indonesia.

“Kami juga sudah masuk ke dalam NATO Supply Chain. Artinya, jika negera-negara pengguna pesawat produk NATO membutuhkan bom sejenis MK82, mereka bisa membelinya dari kami di Indonesia," ungkapnya. Ia menambahkan, kemampuan produksi bom ini mencapai 3.000 unit per tahun, dan akan terus ditingkatkan.

TNI AU, katanya, sangat membutuhkan bom jenis ini. Baik sebagai sarana latihan maupun untuk keperluan operasi sesungguhnya. Ini mengingat 2020 mendatang akan mulai datang gelombang pertama dari 2 skadron pesawat tempur F16 Viper Blok 72 yang dibeli, yang merupakan varian tercanggih dari keluarga F16 buatan USA.

BNL-250 disebut Ricky memiliki spesifikasi yang sama persis dengan MK82. Yang membedakan hanya aerodinamis designnya saja. Jika melihat MK82, hulu ledak BNL-250 akan mampu diisi 87-89 kilogram peledak jenis tritonal minol berupa TNT sebesar 80 persen dan alumunium sebesar 20 persen. Dengan campuran ini, daya ledak bom akan meningkat 18 persen dibanding bom biasa.

Bom ini diperuntukkan sebagai anti personel, anti tank, serang darat, dan serang bangunan, dengan efek lethal mencapai luas 2.400 meter persegi. Umumnya bom ini dilepaskan dari pesawat tempur dalam kecepatan rata-rata 400 knot. "Bom jenis ini sebelumnya banyak digunakan saat perang teluk," katanya.
(eyt)

https://jatim.sindonews.com/read/17...i-pertahanan-nasional-semakin-kuat-1576127531
 
More on Indonesian MALE UAV program from the project engineer mouth. Its maiden flight has been plan to happen in 2019 or 2020, so it is not surprise if we can see the prototype in the end of 2019.

Google Translate

PTTA-MALE-PTDI-Angkasa-Review.png


This appearance of National Awaited Drone MALE
Posted on July 31, 2018by admin

ANGKASAREVIEW.COM - AR loyal pal, many alutsista (defense equipment) fans certainly curious about the progress of the development of national drone MALE ( Medium Altitude Long Endurance ) whose project has been broadcast since 2016 ago.

Curiosity was also felt by the crew of the Editor Space Review were finally answered when we visited PT Dirgantara Indonesia (PT DI) on 10 July. Official information delivered directly by Nainar, Project Engineer PTTA (Unmanned Aircraft) PTDI which become sources of our interview.

MALE PTTA development began in 2015 ago that decides on the follow up of the project's success Puna / PTTA Wulung for the Air Force.

MALE drone project is also run by the same team as the project Wulung. The collaboration of the Ministry of Defense, Air Force, PTDI, BPPT, PT LEN Industri, and ITB (Institut Teknologi Bandung).

This time, its performance and its role will be much more potent than Wulung whose duration is only a maximum of four hours and acts as a drone surveillance ( surveillance ) alone. While MALE PTTA can operate six times as much and carry out the mission full ISR ( intelligence, surveillance, reconnaisance ).

As stated by Nainar, National MALE is designed to operate for 24 hours with a maximum altitude of 7,000 m and a cruising range of operation as far as 5,000 km.

1-Drone-MALE-PTDI-Angkasa-Review-copy.jpg

PTDI

Nainar also revealed, MALE drones will be built in four phases or is referred to as 'Block'. "The first is Block O and Block L, then Block D and Block C final," he said.

In the initial phase or Block O (O = empty) the system is not equipped with MALE missions. This phase is to proof the concept ( proof of concept ) whether MALE is able to fly in accordance with the target or predetermined performance. Then the second phase or the Block L (L = LEN) started to implement the mission system developed by PT LEN Industri.

Furthermore, in Block D (D = Data link-Blos), will be equipped with the system MALE related to its role as a full ISR aircraft. To get a system that has been proven , PT DI and the team will look for partners from other countries.

Both for Block O and Block L, MALE drone to be built by PTDI has landing gear which is not inserted into the fuselage yet ( fixed landing gear ). Only in the third and fourth stage gear system has been designed to fit into that and also will improve aircraft aerodynamics.

Nainar-Project-Manager-PTTA-PTDI-Angkasa-Review.png

Rangga Baswara Sawiyya

As revealed by Nainar, at least three partners has been established as a supplier of the ISR mission systems, from companies from China, Turkey and France.

Although not disclose in detail, of a lot of news circulating in cyberspace, the system will be similar to that of the CH-4 drones from China, Anka from Turkey, and drones Patroller artificial-French Safran. However ascertained by Nainar, MALE remain pure design of Indonesia, only system which will be taken from the outside.

Until now PTTA MALE progress that has not received any name yet has entered a detailed design for the manufacture of prototypes. Expected years of 2019-2020 has had its maiden flight. Two years later the process to get certified so that 2022 can enter the production line.

Rangga Baswara Sawiyya

https://www.airspace-review.com/2018/07/31/ini-penampakan-drone-male-nasional-yang-ditunggu-itu/
 
Last edited:
As revealed by Nainar, at least three partners has been established as a supplier of the ISR mission systems, from companies from China, Turkey and France.

Although not disclose in detail, of a lot of news circulating in cyberspace, the system will be similar to that of the CH-4 drones from China, Anka from Turkey, and drones Patroller artificial-French Safran. However ascertained by Nainar, MALE remain pure design of Indonesia, only system which will be taken from the outside.

Nice to see more cooperation between Turkey and Indonesia. In recent months, TEI manager said They were negotiating with a few countries to export PD-170 engines. I wonder whether Indonesian drone uses it or not.
 
Nice to see more cooperation between Turkey and Indonesia. In recent months, TEI manager said They were negotiating with a few countries to export PD-170 engines. I wonder whether Indonesian drone uses it or not.

I am glad if Turkey can supply the engine. PD 170 engine IMO has been selected to power the drone since its preliminary design phase, together with Chinese and French engine. The length and wing span is also not too different with Anka so it is quite similar in size. The chance to use Turkish engine I think is much bigger since we have become strategic partner in defense and energy matter and has collaborated in other defense program. I will inform you if it is indeed true, inshaAllah.
 
In this picture, Mr. Prabowo still have the trigger discipline, meanwhile his counterpart (the active general), his discipline is low

Trigger discipline is like driving or swimming, once you got it it stayed for good and it not perishable skill. However if you switch from semi to revolver or vice versa that could trigger rather serious complication or how fast you could react, aiming, and shooting those are perishable skill.

When you saw someone handling firearm the wrong way it typically mean that person has never have any trigger discipline in the first place or they are not accustom to that specific firearm.
 
I think that UAV is related with this
View attachment 593678
I see ITB logo in that drone, so yes likely it is drone bandung.
Now in development in deftech we must invite universities. This is truly way for civitas academica to bela negara hehehe


@cabatli_53 Sorry if I ask question abt turkish capability, with recent political condition etc, turkish still can export their engine to another country?
 
Luhut Nyatakan Bakamla Akan Jadi Coast Guard
Dalam waktu dekat, pemerintah akan menjadikan Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai coast guard.
Rinaldi Mohammad Azka - Bisnis.com10 Desember 2019 | 07:42 WIB

gajah-laut.JPG

Kapal Negara Gajah Laut 4804, armada patroli yang dimiliki Badan Keamanan Laut (Bakamla) - Bisnis/David Eka

Dia menegaskan dalam waktu dekat pemerintah akan menjadikan Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai Coast Guard.

“Nanti Bakamla itu akan menjadi coast guard sepenuhnya, dan nantinya Bakamla itu akan menjadi partner untuk INSA [Indonesian National Shipowners Association] juga di laut,” jelasnya, Senin (9/12/2019).

Dia mendorong pula agar kapal-kapal yang digunakan oleh para penjaga pantai ini merupakan kapal yang berstandar untuk jelajah samudera, sehingga tidak kalah dengan penjaga pantai dan laut dari negara lain.

Luhut menyebut aturan mengenai coast guard akan termasuk dalam omnibus law yang mulai dipersiapkan oleh pemerintah sehingga kewenangan di laut dikelola oleh satu instansi.

"Kita jadikan satu semua kewenangan Menteri Perhubungan Budi Karya sudah bicara, di tim sudah bicara, kita sudah bicara dengan Presiden juga memang tidak bisa dipecah-pecah kewenangan itu," urainya.

Sebelumnya, pengusaha pelayaran yang tergabung dalam INSA mengadukan soal penjaga laut kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Dalam pertemuan dengan Presiden, Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menyatakan pihaknya membahas mengenai isu coast guard.

Carmelita mengatakan Indonesia memiliki tiga coast guard yaitu Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Indonesia (KPLP) Kementerian Perhubungan, Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan Direktorat Polisi Air. Carmelita berharap Presiden menetapkan satu penegak hukum saja.

Menurutnya, keberadaan lebih dari satu coast guard itu memberatkan pengusaha pelayaran. Kapal-kapal milik pengusaha pelayaran Indonesia, menurutnya, sering diberhentikan oleh coast guard.

Dengan demikian, biaya logistik seperti bahan bakar yang ditanggung oleh pengusaha pelayaran itu menjadi lebih besar. "Kan juga mustinya kita tiba dalam waktu 1 atau 2 hari tapi perpanjangan (tiba lebih lama) karena setop-setop," kata Carmelita.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20191210/98/1179635/luhut-nyatakan-bakamla-akan-jadi-coast-guard

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

What happened to kplp then ? :what:

Luhut Beri Pesan Khusus untuk Prabowo


3b9db948-270d-4f48-95eb-71ab0e848632_169.jpeg

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan memiliki permintaan khusus kepada Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto. Permintaan itu berkaitan erat dengan coast guard atau aparat patroli laut yang terintegrasi untuk pejagaan laut dan pantai di Indonesia.

Demikian disampaikan Luhut di sela membuka Rapat Umum Anggota (RUA) Asosiasi Pemilik Pelayaran Nasional Indonesia (Indonesian National Shipowners Association/INSA) di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Mengawali paparan, Luhut kembali mengingatkan status Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

"Kita masih belum jaya di laut. Kita suka lupa, Indonesia itu 70% terdiri dari laut. Besar sekali," katanya.

Politikus senior Partai Golongan Karya itu lantas meminta sejumlah masukan dari INSA dalam rangka perumusan kebijakan pemerintah. Luhut menegaskan, kebijakan yang dibuat harus betul-betul mencerminkan keinginan rakyat.

Tapi di sisi lain, kebijakan itu juga harus memelihara titik keseimbangan mengingat Indonesia juga hidup di tengah masyarakat dunia. Salah satu kebijakan konkret yang tengah dirumuskan adalah mengenai coast guard.

"Kami sudah bicara dengan Pak Budi (Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi). Kita segera revisi omnibus law, nanti itu semua akan kita satukan," ujar Luhut.

"Sekarang ini kan enggak jelas. Kita kadang-kadang suka yang nggak jelas, sekarang kita pengen jelas semua. Iya, iya, enggak, enggak. Sehingga coast guard bisa seperti di Natuna," lanjutnya.

Mantan KSP itu juga ingin kapal-kapal coast guard tidak lagi berukuran kecil. Artinya, kapal tersebut harus mampu melakukan patroli di laut lepas dengan kapasitas yang lebih dari saat ini.


"Nah ini juga menjadi policy. Saya bicara dengan menteri pertahanan. Saya bilang ke Pak Prabowo. 'Wo (Prabowo) kamu kasih dah itu yang (ukuran kapal) 140 meter atau 138 meter. Frigate kita ini baru 105 meter. Jadi baru dua hari (aparat) udah muntah-muntah itu di laut," katanya.

"Saya bicara dengan menhan langsung cepat. Sekarang kita ubah ini," lanjut alumni Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat tersebut.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

More bigger patrol ship will coming with open sea capability, i hope it will go with atleast 130 or 150 metre , with max speed around 25-27 knots is enough , so it can rumble with the Chinese Haijing 3901 .​

Wow it's a breakthrough, because all this time everybody afraid to cut the law enforcement authority at sea, Luhut made a brave decision for the sake of National Security, good job sir....
 
Back
Top Bottom