What's new

Indonesia Defence Forum

They already in China hands doing or China foreign political extension. It wont be surprising if Australia failed to spread their influence in pacific countries then Vanuatu would become China "full" proxy.

This China proxy had some bad after taste, they (the China) apparently hold 220 million US Dollar worth of Vanuatu foreign debts and their total GDP worth around 900 million US Dollar thus China unilaterally can hold large sway of Vanuatu economy.

Indonesia should block Vanuatu, Made efforts to supporting other Pacific countries economically and Made efforts to alienate them from Pacific circle. Cooperation with Australia, Japan and US is important IMHO. The best bet is Papua New Guinea first then Fiji and Solomon island which include MSG countries.
 
Nope, look US Army 11C MOS. Those guys are literally infantrymen running around carrying mortars all day. Although they are given mobile transport in the form of either a Humvee, MATV, or LMTV truck.


There's also the Hirtenberger Defense M12 mortar, come with both a carriage and man portable version.


They also have the M6 (60mm) and M8 (88mm) tubes.

Damn , the israelis soltam series still take the cake after all . 120 kg for a base plate ?? I ain't going to lugg and off load the damn thing around ....
The thing is while most of our progressive midle officer one were allready dreaming on operating such a fantastic equipment around the company level supporting fire power . It still falls on deaf ears ....

Sigh ...
 
Damn , the israelis soltam series still take the cake after all . 120 kg for a base plate ?? I ain't going to lugg and off load the damn thing around ....
The thing is while most of our progressive midle officer one were allready dreaming on operating such a fantastic equipment around the company level supporting fire power . It still falls on deaf ears ....

Sigh ...
The M9 base plate is 61kg

 
Anggaran (Besar) Pertahanan untuk Kementerian Prabowo
Anggaran untuk fungsi pertahanan mendapatkan porsi terbesar kedua di RAPBN 2021.
Red: Andri Saubani


ANTARA /OLHA MULALINDA
KRI Teluk Lada bersandar di Dermaga Pangkalan Armada III, Kota Sorong, Papua Barat, Jumat (10/7/2020). Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono dalam kunjungan kerjanya ke Armada III mengatakan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AL masih jauh dari kata ideal terutama di wilayah Timur Indonesia, sehingga Kasal berencana menambah Alutsista untuk pertahanan laut khususnya wilayah Timur Indonesia.

KRI Teluk Lada bersandar di Dermaga Pangkalan Armada III, Kota Sorong, Papua Barat, Jumat (10/7/2020). Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono dalam kunjungan kerjanya ke Armada III mengatakan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI AL masih jauh dari kata ideal terutama di wilayah Timur Indonesia, sehingga Kasal berencana menambah Alutsista untuk pertahanan laut khususnya wilayah Timur Indonesia.


REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arif Satrio Nugroho
Anggaran untuk fungsi pertahanan mendapatkan angka terbesar kedua di Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2021 yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Anggaran yang bakal dikoordinir oleh Kementerian Pertahanan itu berdasarkan RAPBN berjumlah Rp 136,9 triliun, hanya lebih rendah dari Kementerian PUPR.
Namun, menjadi pertanyaan tersendiri apakah anggaran tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pertahanan Indonesia pada 2021. Belum lagi, pandemi Covid-19 juga mengubah postur penggunaan anggaran pada Kementerian di Indonesia, tak terkecuali kemenhan.
Hingga saat ini, Rabu (23/9), Kemenhan masih melakukan rapat bersama Komisi I DPR RI untuk membahas anggaran. Terakhir, Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengungkapkan, dari Rp 136,9 triliun, Kemenhan masih ingin menambah sekira Rp 19 triliun dan 10 triliun lantaran masih ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dari pagu yang ditentukan RAPBN tersebut.
"Komisi I sudah mendengarkan penjelasan tersebut dan mengusulkan kepada Badan Anggaran DPR RI soal keperluan Kemhan/TNI tersebut," kata politikus PKS itu pada Republika.co.id.
Kendati demikian, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP TB Hasanuddin menyatakan bahwa anggaran Kemenhan itu belum final. "Belum final, masih satu kali atau dua kali rapat lagi," ujar Legislator yang merupakan Purnawirawan TNI itu saat dikonfirmasi Republika.co.id.
Berdasarkan Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN Tahun Anggaran 2021, pemerintah disebut akan terus melanjutkan kegiatan prioritas dan strategis dalam rangka mendukung terwujudnya pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) secara bertahap. Beberapa output strategis yang akan dicapai dalam fungsi pertahanan pada tahun 2021, antara lain dukungan pengadaan alutsista sebesar Rp 9,3 triliun; dan pembangunan jalan inspeksi pengamanan perbatasan (JIPP) sepanjang 375 km.
Selain itu, akan dilakukan pula modernisasi dan pemeliharaan dan perawatan alutsista arhanud, overhaul pesawat terbang dan heli angkut pada TNI AD, pengadaan kapal patroli cepat, peningkatan pesawat udara matra laut, serta pemeliharaan dan perawatan alutsista dan komponen pendukung alutsista pada TNI AL, pengadaan Penangkal Serangan Udara (PSU) dan material pendukung, serta pemeliharaandan perawatan pesawat tempur pada TNI AU.
Kemenhan menyiapkan anggaran Rp 2,65 triliun untuk pengadaan material dan alutsista strategis serta Rp 1,23 triliun untuk pemeriksaan dan perawatan alutsista. Pemerintah juga berencana melakukan peningkatan kesejahteraan prajurit yaitu pembangunan rumah dinas prajurit.
Kemenhan sendiri belum menjelaskan secara rinci pada publik terkait fokus dan rincian penggunaan anggaran yang mencapai Rp 137 triliun itu. Namun, berdasarkan Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2021 oleh Kementerian Keuangan menyatakan, alokasi anggaran fungsi pertahanan tahun 2021, digunakan untuk mendukung pencapaian target prioritas pembangunan nasional bidang pertahanan.
Target itu dilakukan dengan tujuan mendukung stimulus pemulihan ekonomi; melanjutkan multiyears contract; dan menyelesaikan carry over kegiatan tahun 2020. Tujuan berikutnya yakni melanjutkan prioritas K/L dan Prioritas Nasional; memenuhi biaya operasional, melaksanakan dukungan operasional pertahanan; serta melaksanakan pembinaan dan pendidikan kewargaan, wawasan kebangsaanngsaan dan bela negara.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Sisriadi enggan berbicara banyak soal fokus anggaran tersebut. Sebab, anggaran itu sendiri masih dalam proses pembahasan dan masih dapat dikoreksi DPR RI. Namun, ia mengakui beberapa program Kemenhan memang merupakan program yang diajukan TNI sebagai salah satu Kuasa Pemegang Anggaran (KPA) di Kemenhan. Ada lima KPA di Kemenhan, yakni Setjen Kemhan, Panglima TNI untuk unit TNI, Kasad untuk TNI AD, Kasal untuk TNI AL dan KASAU untuk TNI AU.
"Jadi pengajuan programnya itu bottom up, angkatan ke Mabes dan Kemhan. Jadi itu sudah umumlah. Itu kan program itu memang yang diajukan Kementerian Pertahanan dan organisasinya. Itu kan masih rencana, nanti jadi APBN dalam bentuk UU dan nanti bisa saja berubah," ujar Sisriadi pada Republika.co.id.
Sementara, Guru Besar Ilmu Politik dan Pertahanan Universitas Padjadjaran Bandung, Muradi mengatakan besarnya anggaran Kemenhan tersebut masih belum memenuhi angka 'normal'. Kebutuhan anggaran optimal adalah 1,5 sampai 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kalau GDP kita sekitar 4000 an triliun kurang lebih kita butuh sekitar 350-400 triliun untuk pertahanan minimum," kata Muradi pada Republika.co.id.
Namun, meski Rp 137 triliun masih jauh di bawah kebutuhan optimal, Muradi menilai hal itu tidak mengherankan. Sebab, kemampuan keuangan Indonesia memang belum mampu untuk mewujudkan kebutuhan itu. Maka menjadi pertanyaan bagaimana Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pertanyaan, misalnya dalam hal memperbarui alutsista.
"Kalau mau serius modernisasi alutsista maka tidak bisa berpegang penuh dalam APBN," ujar Muradi.
Maka itu, kata Muradi, harus ada upaya ekstra dari pemerintah agar kebutuhan anggaran petshanan bisa terpenuhi. "Harus ada namanya diskresi dari pemerintah, apa bentuk diskresinya harus dari anggaran - anggaran di luar. Perlu kebijkann lain agar tidak terpaku pada APBN," kata dia
 
Barang Kosher


The Phillippines just received Elbit Hermes 450 and 900, which IMO more advanced than the searcher we currently had. IMHO we should continue to acquire more Phillippines product, like Elbit Hermes rather than acquiring the CH4 which has questionable reputation.
 
Azerbaijan Armenian clash show us one more Time, those Russian Air Defense is unable to do shit against proper UCAV like Bayraktar and so on and modern jammer system like Koral. Indonesia must to invest more to acquire such capability and now better to say goodbye for Russian Made arms.
 
Based from this news Indonesia purchased Kozak-2M Armored Vehicle from Ukraine. Looks like we are going to see some new toys in the upcoming TNI 75th Anniversary.

Kunjungan Delegasi Kementerian Pertahanan RI ke Ukraina.jpeg


Kunjungan Delegasi Kementerian Pertahanan RI ke Ukraina

04/09/2020 16:35 PM

Delegasi Kementerian Pertahanan RI dipimpin Bapak N. Ponang Djawoto (Marsekal Madya Angkatan Udara) selaku Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan-Kementerian Pertahanan RI, telah mengadakan kunjungan kerja ke Kyiv, Ukraina pada 2-4 September 2020. Selain delegasi Kemenhan RI turut hadir pula delegasi PT Pindad dan delegasi PT. LEN Industri.
Kunjungan diadakan sebagai tindak lanjut kunjungan kerja Wakil Menteri Pertahanan RI pada Februari 2020 dan sebagai implementasi Perjanjian Kerja Sama Bilateral Bidang Pertahanan yang telah ditandatangani tahun 2016 dan telah diratifikasi kedua negara.
Kegiatan utama kunjungan antara lain melakukan Courtesy dan Pertemuan dengan Oleksandr Myroniuk, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina. Pada saat pertemuan, Pihak Ukraina menyampaikan secara resmi surat dari Menteri Pertahanan Ukraina kepada Menteri Pertahanan RI berisikan undangan kepada Menhan RI untuk dapat melakukan kunjungan resmi ke Ukraina pada waktu yang disepakati Bersama.
Untuk lebih mengetahui lebih banyak mengenai kemampuan industri alutsista setempat, Delegasi selanjutnya mengadakan kunjungan ke beberapa perusahaan industri BUMN dan swasta setempat, termasuk, melihat kesiapan 2 (dua) jenis kendaraan angkut pasukan beroda (APC) ‘Kozak II M’ yang dibeli pihak Indonesia dan direncanakan akan diikutkan dalam parade militer dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-75 bulan Oktober 2020 mendatang.

 
Last edited:
Based from this news looks like Indonesia purchased Kozak-2M Armored Vehicle from Ukraine.

Kunjungan Delegasi Kementerian Pertahanan RI ke Ukraina

04/09/2020 16:35 PM

Delegasi Kementerian Pertahanan RI dipimpin Bapak N. Ponang Djawoto (Marsekal Madya Angkatan Udara) selaku Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan-Kementerian Pertahanan RI, telah mengadakan kunjungan kerja ke Kyiv, Ukraina pada 2-4 September 2020. Selain delegasi Kemenhan RI turut hadir pula delegasi PT Pindad dan delegasi PT. LEN Industri.
Kunjungan diadakan sebagai tindak lanjut kunjungan kerja Wakil Menteri Pertahanan RI pada Februari 2020 dan sebagai implementasi Perjanjian Kerja Sama Bilateral Bidang Pertahanan yang telah ditandatangani tahun 2016 dan telah diratifikasi kedua negara.
Kegiatan utama kunjungan antara lain melakukan Courtesy dan Pertemuan dengan Oleksandr Myroniuk, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina. Pada saat pertemuan, Pihak Ukraina menyampaikan secara resmi surat dari Menteri Pertahanan Ukraina kepada Menteri Pertahanan RI berisikan undangan kepada Menhan RI untuk dapat melakukan kunjungan resmi ke Ukraina pada waktu yang disepakati Bersama.
Untuk lebih mengetahui lebih banyak mengenai kemampuan industri alutsista setempat, Delegasi selanjutnya mengadakan kunjungan ke beberapa perusahaan industri BUMN dan swasta setempat, termasuk, melihat kesiapan 2 (dua) jenis kendaraan angkut pasukan beroda (APC) ‘Kozak II M’ yang dibeli pihak Indonesia dan direncanakan akan diikutkan dalam parade militer dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-75 bulan Oktober 2020 mendatang.

bet they're only buying few for our spec ops vehicle , Chaiseri Firstwin , Bushmaster , and now this ......
 
bet they're only buying few for our spec ops vehicle , Chaiseri Firstwin , Bushmaster , and now this ......
Yea i was thinking the same thing by looking at dark grey paint on the Kozak-2M pic.
 
Itu AMRAAM varian lama, F-16C/D Block 25+ gak bisa bawa AMRAAM C7, baru F-16 eMLU yg bisa bawa AMRAAM C7
Indeed. Although to be fair, looking from the "clipped" fins, the second picture does appear to be a "C" variant AMRAAM, probably a C5.
according to one of the pussenkav researcher assesment , the most optimal cavalry cannon for AD medium tank and FSV is hitfact 105 and 120mm(interchangable) , but dont know how CMI and Cockerill won though ....
View attachment 671629
Bear in mind that the report cites Leonardo only as an example, not preference. The fact that the two main requirements are:
-Modular turrets between 105 - 120 calibre
-Meet the General Standardisation Requirement
-Able to fire kinetic penetrator
Hence why the first real mockup of Kaplan MMWT is shown with the XC-8 105/120mm turret, I assume this is to meet the 2nd criteria to simplify maintenance? As our army is already an existing and large operator of Cockerill. But then for some reason, I assume down the road an autoloader came up as a requirement (nevermind I was wrong, XC-8 does also feature autoloader as well) we ended up with the 3105 turret

Kaplan_MT_Medium_Tank_FNSS_PT_Pindad_Indonesia_Indonesian_army_Turley_defense_industry_925_001.jpg


Every debate end with CAATSA, so why don't we use our indigenous developed Wirajayadi Bahari product

I'm sorry, but isn't this just locally modified Type-89 APC?
192514m1wuy1lunkrlzonh.jpg
 
Indeed. Although to be fair, looking from the "clipped" fins, the second picture does appear to be a "C" variant AMRAAM, probably a C5.

Bear in mind that the report cites Leonardo only as an example, not preference. The fact that the two main requirements are:
-Modular turrets between 105 - 120 calibre
-Meet the General Standardisation Requirement
-Able to fire kinetic penetrator
Hence why the first real mockup of Kaplan MMWT is shown with the XC-8 105/120mm turret, I assume this is to meet the 2nd criteria to simplify maintenance? As our army is already an existing and large operator of Cockerill. But then for some reason, I assume down the road an autoloader came up as a requirement, so we ended up with the 3105 turret

Kaplan_MT_Medium_Tank_FNSS_PT_Pindad_Indonesia_Indonesian_army_Turley_defense_industry_925_001.jpg



I'm sorry, but isn't this just locally modified Type-89 APC?
192514m1wuy1lunkrlzonh.jpg

Yes it was .... A chinese made one . That's why that thing was get dragged on by almost a decade by the marine brass . The marine were only asking for two things more BMP3 and LVPT while they do asking for a modern 8x8 they understand the need and merit for standarisation after seeing the Pandur and were on the fence for a while because of it . But , you know the story about it ...
 
Last edited:

Back
Top Bottom