What's new

Indonesia Defence Forum

Oh boy, look at this amount of retards on every news about F16V acquisition around the medsos.

they didn't accept this news, yet they praise su 35&russia just like a god. Imagine what gonna happen to them if we decided to cancel it with something else like F15/F35 really want to see their goddamn reaction.
Muntaber mereka...:lol::lol:
 
.
F-16-Viper-Angkasa-Review-e1543898566963.png
Lockheed Martin
Beli Dua Skadron F-16 Viper dan Satu Skadron Su-35, Bagaimana Nasib IF-X untuk TNI AU?

Posted on October 29, 2019 by Roni Sontani
AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Berbasis pada rencana penggantian pesawat Hawk 100/200, TNI AU pernah menyebutkan kalau F-16 Viper (Block 70/72) buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat memiliki peluang paling besar untuk dipilih.

Sebab, selain TNI AU sudah memiliki dua skadron F-16 (Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 16) dengan jumlah total saat ini 33 unit, F-16 dinilai sebagai jet tempur yang tangguh dan memiliki populasi paling banyak di dunia.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna pada 9 April 2019 lalu kepada Airspace Review menyatakan, TNI Angkatan Udara telah merencanakan penggantian pesawat tempur taktis Hawk 100/200.

Pesawat tersebut kini masih dioperasikan oleh Skadron Udara 1 Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau.

Secara bertahap pesawat-pesawat tempur buatan BAE Systems, Inggris yang digunakan oleh TNI AU sejak 1995 ini akan diganti dengan pesawat baru.

Untuk diketahui, tahun depan (2020) armada Hawk 100/200 TNI AU berusia pakai 25 tahun. Dan pada 2025 nanti usia pakainya menjadi 30 tahun alias saat yang pas untuk mulai diganti.

F-16-Viper-demo.png

F-16V Demo Team
Dengan demikian, tepat juga bila rencana pengganti Hawk 100/200 masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AU 2020-2024. Dibutuhkan proses 2-5 tahun untuk pengadaan satu pesawat tempur pada umumnya. Ini pun hitungan paling cepat.

Yuyu menerangkan, rencana pengadaan pengganti Hawk 100/200 juga sudah masuk dalam pengajuan pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum (MEF) Tahap IV. Sedangkan hingga akhir tahun ini, TNI AU masih menuntaskan pelaksanaan Renstra ke III periode 2015-2019.

Proses pemensiunan Hawk 100/200, lanjut Yuyu, akan dilaksanakan secara bertahap.

Tahap pertama, Skadron Udara 1 “Elang Khatulistiwa” akan digeser penempatannya ke Skadron Udara 12 “Black Panther”. Sehingga, semua armada Hawk 100/200 TNI AU akan berada di Skadron Udara 12 Pekanbaru.

Sementara Skadron Udara 1, akan diisi oleh pesawat tempur baru berdasarkan spesifikasi teknis yang diajukan oleh TNI AU.

F-16V.jpeg

Lockheed Martin
“Jadi rencananya begitu, pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 akan digabung ke Skadron Udara 12 di Pekanbaru. Nah, Skadron Udara 1 akan diisi oleh pesawat tempur baru,” ujar orang nomor satu di TNI AU ini.

Pada Renstra ke IV TNI AU juga telah merencanakan pembangunan satu skadron tempur baru di Lanud El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pesawat yang akan ditempatkan di skadron tempur baru ini nantinya sama tipenya dengan pesawat baru yang akan digunakan oleh Skadron Udara 1.

“Ya, kita sudah merencanakan pembangunan skadron tempur baru di Kupang. Ini masuk dalam Renstra ke IV periode 2020-2024,” jelas penerbang tempur F-5 dengan callsign “Lion” itu.

Kini, enam bulan berlalu, berita teranyar yang keluar dari pernyataan KSAU adalah bahwa Indonesia akan membeli dua Skadron F-16 Block 70 dari Amerika Serikat.

Hal ini diutarakan Yuyu kepada para awak media di Pekanbaru saat melakukan kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin.

“Insya Allah kita akan beli dua skadron di Renstra berikutnya, 2020 sampai 2024. Kita akan beli tipe terbaru Block 72 Viper,” ujar Yuyu Sutisna seperti dikutip Antara News, Senin (28/10/2019).

Screen-Shot-2018-04-07-at-19.22.59.png

Suharso Rahman
Yuyu menambahkan bahwa proses pengadaan Viper ini akan segera dilaksanakan.

“Mudah-mudahan 1 Januari 2020 diproses sehingga menambah kekuatan kita. Kalau kita memiliki itu, berarti kita termasuk memiliki F-16 tercanggih,” terangnya.

Ia menilai, dengan banyaknya angkatan udara di dunia yang menggunakan F-16 menunjukkan bahwa tingkat keandalan pesawat Fighting Falcon/Viper memang sangat baik.

Kembali mengonfirmasi rencana pembelian F-16 Block 72, apakah F-16 Viper ini sesuai rencana semula akan menggantikan pesawat Hawk 100/200 dan pembentukan skadron tempur baru di Kupang? KSAU menjawab diplomatis.

“Yang jelas masuk di perencanaan Renstra IV 2020-2024,” ujar Marsekal Yuyu menjawab Airspace Review, Selasa (29 Oktober 2019).

Su-35

Su-35_roni_sontani.jpg

Roni Sontani
Pertanyaan lain, dengan akan dibelinya dua skadron F-16 dari AS, lalu bagaimanakah peluang untuk mengakuisisi Su-35 dari Rusia sebagai pengganti F-5 Skadron Udara 14?

Yuyu menekankan bahwa TNI AU turut mendorong terlaksananya pengadaan jet tempur dari blok Timur ini.

“Selain itu, juga kita akan ditemani pesawat dari Timur, Su-35 juga sedang proses,” papar alumni Akademi Angkatan Udara tahun 1996 ini.

Informasi dari beberapa sumber non-ofisial yang Airspace Review dapatkan menyebut, kontrak efektif pengadaan Su-35 dari Rusia sebenarnya tinggal menghitung hari saja karena semuanya sudah siap.

Diharapkan, Menteri Pertahanan RI yang baru Prabowo Subianto dapat mempercepat pengadaan pesawat pengganti F-5 ini. Namun demikian, keputusan sepenuhnya memang tergantung Jakarta. Ditandatangani atau tidak.

IF-X

IF-X.png

Roni Sontani
Selain dua proyek yang telah disebutkan, Indonesia masih punya proyek pengadaan jet tempur lainnya yaitu IF-X bekerja sama dengan Korea Selatan.

TNI AU bahkan disebut-sebut akan dilengkapi dengan pesawat ini sebanyak tiga skadron. Hal ini terungkap dalam jumpa pers sosialisasi hasil PDR (Preliminary Design Review) program jet tempur KF-X/IF-X yang diadakan PT Dirgantara Indonesia di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta pada 6 Desember 2018 lalu.

Program Manager IF-X dari PTDI Heri Yansyah menyebut, berdasarkan MoU, TNI AU akan mendapatkan tiga skadron pesawat generasi 4,5 ini.

“Berdasar MoU, TNI AU akan mendapatkan sebanyak tiga skadron,” ujar Heri saat diwawancara Airspace Review.

Disebutkan, satu skadron jet tempur IF-X akan berisi 16 pesawat, berarti total sebanyak 48 IF-X akan memperkuat sayap TNI AU.

KF-X.jpg

Istimewa
Dalam penyelenggaraan Seoul ADEX 2019, 15-20 Oktober, Korea Aerospace Industries (KAI) memunculkan mock-up KF-X kepada publik.

Proyek jet tempur Korea Selatan – Indonesia ini langsung menjadi sorotan banyak pihak termasuk media.

Pasalnya, Korea Selatan sama sekali tidak mencantumkan tanda-tanda keikutsertaan “Merah Putih” alias Republik Indonesia di proyek pesawat ini.

Hal ini berbanding terbalik saat pelaksanaan Indo Defence, November 2018, di mana both KAI menampilkan program KF-X/IF-X berikut model skala yang ditampilkan.

Pertanyaanya adalah bagaimana nasib IF-X? Apakah masih akan berlanjut? Kita tunggu lagi bersama kabar terbarunya.

Roni Sontani
 
.
F-16-Viper-Angkasa-Review-e1543898566963.png
Lockheed Martin
Beli Dua Skadron F-16 Viper dan Satu Skadron Su-35, Bagaimana Nasib IF-X untuk TNI AU?

Posted on October 29, 2019 by Roni Sontani
AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Berbasis pada rencana penggantian pesawat Hawk 100/200, TNI AU pernah menyebutkan kalau F-16 Viper (Block 70/72) buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat memiliki peluang paling besar untuk dipilih.

Sebab, selain TNI AU sudah memiliki dua skadron F-16 (Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 16) dengan jumlah total saat ini 33 unit, F-16 dinilai sebagai jet tempur yang tangguh dan memiliki populasi paling banyak di dunia.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna pada 9 April 2019 lalu kepada Airspace Review menyatakan, TNI Angkatan Udara telah merencanakan penggantian pesawat tempur taktis Hawk 100/200.

Pesawat tersebut kini masih dioperasikan oleh Skadron Udara 1 Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau.

Secara bertahap pesawat-pesawat tempur buatan BAE Systems, Inggris yang digunakan oleh TNI AU sejak 1995 ini akan diganti dengan pesawat baru.

Untuk diketahui, tahun depan (2020) armada Hawk 100/200 TNI AU berusia pakai 25 tahun. Dan pada 2025 nanti usia pakainya menjadi 30 tahun alias saat yang pas untuk mulai diganti.

F-16-Viper-demo.png

F-16V Demo Team
Dengan demikian, tepat juga bila rencana pengganti Hawk 100/200 masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AU 2020-2024. Dibutuhkan proses 2-5 tahun untuk pengadaan satu pesawat tempur pada umumnya. Ini pun hitungan paling cepat.

Yuyu menerangkan, rencana pengadaan pengganti Hawk 100/200 juga sudah masuk dalam pengajuan pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum (MEF) Tahap IV. Sedangkan hingga akhir tahun ini, TNI AU masih menuntaskan pelaksanaan Renstra ke III periode 2015-2019.

Proses pemensiunan Hawk 100/200, lanjut Yuyu, akan dilaksanakan secara bertahap.

Tahap pertama, Skadron Udara 1 “Elang Khatulistiwa” akan digeser penempatannya ke Skadron Udara 12 “Black Panther”. Sehingga, semua armada Hawk 100/200 TNI AU akan berada di Skadron Udara 12 Pekanbaru.

Sementara Skadron Udara 1, akan diisi oleh pesawat tempur baru berdasarkan spesifikasi teknis yang diajukan oleh TNI AU.

F-16V.jpeg

Lockheed Martin
“Jadi rencananya begitu, pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 akan digabung ke Skadron Udara 12 di Pekanbaru. Nah, Skadron Udara 1 akan diisi oleh pesawat tempur baru,” ujar orang nomor satu di TNI AU ini.

Pada Renstra ke IV TNI AU juga telah merencanakan pembangunan satu skadron tempur baru di Lanud El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pesawat yang akan ditempatkan di skadron tempur baru ini nantinya sama tipenya dengan pesawat baru yang akan digunakan oleh Skadron Udara 1.

“Ya, kita sudah merencanakan pembangunan skadron tempur baru di Kupang. Ini masuk dalam Renstra ke IV periode 2020-2024,” jelas penerbang tempur F-5 dengan callsign “Lion” itu.

Kini, enam bulan berlalu, berita teranyar yang keluar dari pernyataan KSAU adalah bahwa Indonesia akan membeli dua Skadron F-16 Block 70 dari Amerika Serikat.

Hal ini diutarakan Yuyu kepada para awak media di Pekanbaru saat melakukan kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin.

“Insya Allah kita akan beli dua skadron di Renstra berikutnya, 2020 sampai 2024. Kita akan beli tipe terbaru Block 72 Viper,” ujar Yuyu Sutisna seperti dikutip Antara News, Senin (28/10/2019).

Screen-Shot-2018-04-07-at-19.22.59.png

Suharso Rahman
Yuyu menambahkan bahwa proses pengadaan Viper ini akan segera dilaksanakan.

“Mudah-mudahan 1 Januari 2020 diproses sehingga menambah kekuatan kita. Kalau kita memiliki itu, berarti kita termasuk memiliki F-16 tercanggih,” terangnya.

Ia menilai, dengan banyaknya angkatan udara di dunia yang menggunakan F-16 menunjukkan bahwa tingkat keandalan pesawat Fighting Falcon/Viper memang sangat baik.

Kembali mengonfirmasi rencana pembelian F-16 Block 72, apakah F-16 Viper ini sesuai rencana semula akan menggantikan pesawat Hawk 100/200 dan pembentukan skadron tempur baru di Kupang? KSAU menjawab diplomatis.

“Yang jelas masuk di perencanaan Renstra IV 2020-2024,” ujar Marsekal Yuyu menjawab Airspace Review, Selasa (29 Oktober 2019).

Su-35

Su-35_roni_sontani.jpg

Roni Sontani
Pertanyaan lain, dengan akan dibelinya dua skadron F-16 dari AS, lalu bagaimanakah peluang untuk mengakuisisi Su-35 dari Rusia sebagai pengganti F-5 Skadron Udara 14?

Yuyu menekankan bahwa TNI AU turut mendorong terlaksananya pengadaan jet tempur dari blok Timur ini.

“Selain itu, juga kita akan ditemani pesawat dari Timur, Su-35 juga sedang proses,” papar alumni Akademi Angkatan Udara tahun 1996 ini.

Informasi dari beberapa sumber non-ofisial yang Airspace Review dapatkan menyebut, kontrak efektif pengadaan Su-35 dari Rusia sebenarnya tinggal menghitung hari saja karena semuanya sudah siap.

Diharapkan, Menteri Pertahanan RI yang baru Prabowo Subianto dapat mempercepat pengadaan pesawat pengganti F-5 ini. Namun demikian, keputusan sepenuhnya memang tergantung Jakarta. Ditandatangani atau tidak.

IF-X

IF-X.png

Roni Sontani
Selain dua proyek yang telah disebutkan, Indonesia masih punya proyek pengadaan jet tempur lainnya yaitu IF-X bekerja sama dengan Korea Selatan.

TNI AU bahkan disebut-sebut akan dilengkapi dengan pesawat ini sebanyak tiga skadron. Hal ini terungkap dalam jumpa pers sosialisasi hasil PDR (Preliminary Design Review) program jet tempur KF-X/IF-X yang diadakan PT Dirgantara Indonesia di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta pada 6 Desember 2018 lalu.

Program Manager IF-X dari PTDI Heri Yansyah menyebut, berdasarkan MoU, TNI AU akan mendapatkan tiga skadron pesawat generasi 4,5 ini.

“Berdasar MoU, TNI AU akan mendapatkan sebanyak tiga skadron,” ujar Heri saat diwawancara Airspace Review.

Disebutkan, satu skadron jet tempur IF-X akan berisi 16 pesawat, berarti total sebanyak 48 IF-X akan memperkuat sayap TNI AU.

KF-X.jpg

Istimewa
Dalam penyelenggaraan Seoul ADEX 2019, 15-20 Oktober, Korea Aerospace Industries (KAI) memunculkan mock-up KF-X kepada publik.

Proyek jet tempur Korea Selatan – Indonesia ini langsung menjadi sorotan banyak pihak termasuk media.

Pasalnya, Korea Selatan sama sekali tidak mencantumkan tanda-tanda keikutsertaan “Merah Putih” alias Republik Indonesia di proyek pesawat ini.

Hal ini berbanding terbalik saat pelaksanaan Indo Defence, November 2018, di mana both KAI menampilkan program KF-X/IF-X berikut model skala yang ditampilkan.

Pertanyaanya adalah bagaimana nasib IF-X? Apakah masih akan berlanjut? Kita tunggu lagi bersama kabar terbarunya.

Roni Sontani
IFX will fill the medium-weight "western" double engine fighter quota
 
. .
Regarding Su-35, the way I see it, the only reason the Su-35 procurement is still on the table is because our gov't trying to appease Russian in different business sector (investment in Borneo, CPO, tourism, etc)
 
. .
Oh boy, look at this amount of retards on every news about F16V acquisition around the medsos.

they didn't accept this news, yet they praise su 35&russia just like a god. Imagine what gonna happen to them if we decided to cancel it with something else like F15/F35 really want to see their goddamn reaction.

Ko f16 su 35 kapan. Even in many news always written TNI Duetkan F16 dengan jet canggih su 35.

And they always said Su 35 is ready and now we talk to US and the Su 35 can delievered to Indonesia or Indonesia's Su 35 will sent from Russia if F16V is came. Also we buy F16 so we can buy su35 etc

Also they are more want to cancel kfx rather than su 35. Katanya rugilah dkibulin korea lah dsb.
 
. .
Actually I'm getting unsure about this guy I remember he says our awacs budget will be around 300 million US$ and boeing won't joining our tender awacs,then guess he's wrong
everything in procurement program is kinda unsure , i really hope our govt pushed to get 3 squadron , and maybe US will give discount for free additional 12-16 old falcon too .

while the F-16 news is buzzing loud around the media and internet , i really hope suddenly the news about heavy frigate contract signing popping out of nowhere .
 
Last edited:
.
Regarding Su-35, the way I see it, the only reason the Su-35 procurement is still on the table is because our gov't trying to appease Russian in different business sector (investment in Borneo, CPO, tourism, etc)
Maybe thats some of the reasons. Railroad investment hasnt been done afaik, only preliminary study but the result is unpleasing to them. One of the reason is if its only do cargo then ROI would be unacceptable, if they add gerbong penumpang it contradict with the regulation which only allow PT.KAI to do it. In short I dont see its going to happen soon as there is "something" negative going on as well between our govt and Russia tho idk what.

We still need Sukhoi family for its range imho, regardless its maintenance nightmare. I have an old picture taken from indomiliter site (I think) which can explain why we needed it base on the range of every fighters we have, its assigned role, capacity, capabity, in conjuntion to our defense strategy planning. Place the circle on the future base of F16 Viper block 72 and SU35 such as iswahjudi, kupang, pontianak (F16V72) then we could see "gambaran" fungsi peran dari masing2 pespur. It also tell us why we desperatly need air tanker, EWA, P8 to cover the whole area. As it shows that altho we can assign air patrol task force (4 fighters) to cover the eastern side but those cover wont have additional support from other fighters, radar coverage (EWA) or even Air defence. This is where those boeing products play their role and hopefully the future iver (AAW Frigate) can also do its job as second layer navy air defense.

If we look into TNI AL doctrine's it consists of 3 parts/area/layer (in Indonesian):
  1. Medan Pertahanan Penyanggah - Lapis 1, diluar batas ZEE dan lapisan udara diatasnya
  2. Medan Pertahanan Utama - Lapis 2, mulai dari batas laut teritorial sampai dgn ZEE dan lapisan udara diatasnya
  3. Daerah Perlawanan - lapis 3, laut teritorial, perairan kepulauan dan pantai yg dibangun atas dasar sejumlah daerah pangkal perlawanan sebagai intinya.
With that doctrine which cover the aerial above it as well we can see the reason behind every asset purchase. If someone said that we dont need destroyer then they prolly dont understand the doctrine/grand design concept of our nation (Pre-emptive for Lapis 1). It also explain why the range of a fighters is important for Air Force because in order to cover "lapis 1" you are going to need long range fighter or medium fighters with air tanker support and EWA (mission that is far from air base). I hope this will explain some confusion and present better understanding about the grand plan instead of looking at military assets purchase without knowing its role, function and task assigned to them.

Source: "Alutsista dan Poros Maritim Dunia" Laksda.Agus Setiadji

jangkauan_pesawat_tempur_indonesia-1.jpg

Source: indomiliter.com
 
Last edited:
.
I am also okay if we choose F18 super hornet and growler instead F16.
*As long as we are allowed to get LRASM.

@Nike kalau tidak salah inget juga demen F18.

Apa cuman gue disini yang kemarin tiba2 banyak muncul iklan disini?
 
.
I am also okay if we choose F18 super hornet and growler instead F16.
*As long as we are allowed to get LRASM.

@Nike kalau tidak salah inget juga demen F18.

Apa cuman gue disini yang kemarin tiba2 banyak muncul iklan disini?

F15X it is , but the chance is slim or nil. Well to compensate that bomb truck ability coupled with additional fuel tanks with KFX/IFX in which able to launch South Korean made Taurus KEPD and linked with our Network domain is already a bliss

Just getting a multipurpose version of P 8 Poseidon is a bliss and good addition for our Airforce
 
. .
IFX/KFX will be more capable than rafale, from the raw specs on paper at least.
Yeah, and this double engine medium class fighters might be our future Fighters back bone as it has good range, decent LCC (Life Cycle Cost) and tag price compare to pure Heavy fighter type.

F15X it is , but the chance is slim or nil. Well to compensate that bomb truck ability coupled with additional fuel tanks with KFX/IFX in which able to launch South Korean made Taurus KEPD and linked with our Network domain is already a bliss

Just getting a multipurpose version of P 8 Poseidon is a bliss and good addition for our Airforce
Oh man I love F15X, and the one with internal bay its just awesome. But yeah like you said the chance is slim if not nil, we simply cant afford it for now :D
 
.
Oh man I love F15X, and the one with internal bay its just awesome. But yeah like you said the chance is slim if not nil, we simply cant afford it for now :D
F15 with internal weapon bay and F18 with enclosed weapons pod still have large RCS, besides our pocket is not that deep to get extra features so F15 without the internal weapon bay would be more budget friendly.
F16 is way more budget friendly :partay:.
 
.

Country Latest Posts

Back
Top Bottom