What's new

Indonesia Defence Forum

From kaskus

2315944_20180517060017.JPG
 
. . . . . . . . . .
If IFX doesn't fly then there a chance for Gripen but they're gonna have to compete with F-16 and T-50/FA-50 where the infrastructure already exist here. Also, AU is not going to have 2 similar aircraft types in it's inventory. So if Gripen is chosen, AU will have to discontinue F-16.


Not a chance, do you think someone with sane want to abandon 30 years efforts of maintaining and perfecting combat proficiency and the mainstay of fighter unit with F 16 just to acquire some uber hyped, what else just a short legged light fighter?


The chance is, TNI AU to acquire Grippen as it is, to replacing Hawk units directly and flying alongside with Flanker and Falcon to maintain the current formation of light medium and heavy fighter fleet.
 
. .
From Angkasa Review, regarding our old submarine hunter Ganet of Wing 400 :

Fairey AS.4 Gannet TNI AL, Sang Pemburu Kapal Selam Milik TNI AL
Mei 17, 2018 Artikel,Berita No comments
Gannet-4-Angkasa-Review-1.png
Rangga Baswara
Seperti halnya TNI AU, TNI Angkatan Laut pernah merasakan satu dasawarsa memilki alutsista yang disegani di kawasan Selatan pada awal hingga pengujung tahun 1960-an. Di air asin TNI AL diperkuat kapal penjelajah kelas Sverdlov dan kapal selam kelas Whisky. Sedangkan di udara hadir pembom torpedo Il-28T dan helikopter Mi-4 serta pemburu kapal selam AS.4Gannet.

RANGGA BASWARA SAWIYYA | ANGKASAREVIEW.COM

Embrio kekuatan udara TNI AL sendiri mulai terbentuk ketika diresmikannya Staf Penerbangan di bawah Staf Operasi Mabesal pada 4 Februari 1950 yang kemudian disempurnakan menjadi Dinas Penerbangan ALRI pada 17 Juni 1956.

Menyadari memiliki tanggung jawab menjaga wilayah laut RI yang luas, Penerbangan Angkatan Laut (Penerbal) mulai memikirkan untuk memiliki kekuatan udara guna mengawasi dan menjaganya dari gangguan kapal permukaan maupun kapal selam asing.

Pertengahan tahun 1950-an Indonesia mulai melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat untuk mendapatkan pesawat terbang intai maritim Grumman S-2F Tracker. Namun sayang, keinginan tersebut ditolak AS karena pada saat itu sedang terjadi masalah politik internal di dalam negeri Paman Sam.

Gagal mendapatkan Tracker, Penerbal mengincar pesawatGannet buatan Fairey. Gayung bersambut, Pemerintah Inggris memberikan sinyal lampu hijau dan pada 1957 kontrak pembelian Gannet pun ditandatangani.

Tahun 1959 TNI AL segera mengirim para kadetnya untuk belajar menerbangkan Gannetlangsung di pabrik Fairey di White Waltham. Mereka yang dikirim di antaranya adalah Eddy Tumengkol, Subadi, Kunto Wibisono, dan Budiarto.

Kadet TNI AL lainnya belajar menerbangkan jet latihVampire milik RAF di Oakington. Di antaranya Lmd Cokrodirejo dan Hamami. Kelak mereka diperbantukan kepada AURI untuk menerbangkan pesawatVampire. Selain melatih pilot baru, mereka juga memelihara kemampuan terbang.

Berbasis kapal induk

Gannet-Angkasa-Review.png
Rangga Baswara
Sejatinya Gannet adalah pesawat yang dioperasikan dari kapal induk dengan sayap utama yang bisa dilipat (dua tekukan). Pesawat juga memiliki kail pengait di bawah ekor untuk pendaratan.

Akan tetapi, Indonesia tidak memperoleh jenis tersebut karena Gannet untuk TNI AL adalah versi AS.1 & T.2 bekas pakai Royal Navy yang telah dimodifikasi dan di-upgrademenjadi varian setara tipe AS.4 dan T.5. Pesawat ini menggunakan mesin lebih bertenaga, namun sayap utama telah diubah menjadi model tetap alias tidak bisa dilipat.

Meski menyandang kode AS.4 dan T.5, spesifikasi Gannet TNI AL berbeda dengan milik Angkatan Laut Jerman dan Australia yang memperolehnya dari jalur produksi baru.

Dari 18 Gannet yang dimiliki TNI AL, dua unit merupakan versi latih, yaitu model T.5. Sementara sisanya merupakan versi antikapal selam (ASW). Untuk tipe AS.4 yang perannya sebagai pemburu kapal selam, pesawat dilengkapi torpedo yang tersimpan dalam bomb bay di perutnya yang gendut.

Selain itu, pesawat ini juga dipersenjatai roket tanpa kendali yang menggantung di sayap utama serta rumah radar pencarian yang bisa ditarik ke dalam perut pada bagian bawah belakang pesawat.

AS.4 diawaki oleh tiga orang, yakni pilot, navigator merangkap observer, serta operator radio-radar yang menempati kokpit terpisah dengan posisi duduk menghadap ke belakang ekor pesawat.

SPESIFIKASI Fairey AS.4 Gannet

Awak: 3 orang. Panjang: 13,1 m. Tinggi: 4,17 m. Bentang sayap: 16,57 m. Berat kosong: 6.590 kg. Berat bermuatan: 10.200 kg. Mesin: Armstrong-Siddeley Double Mamba Mark 101. Kecepatan terbang maks: 480 km/jam. Ketinggian terbang maks: 7.620 m. Jarak terbang jelajah: 1.520 km. Lama terbang: 5-6 jam. Persenjataan: torpedo dan roket tanpa kendali.

Gannet didukung oleh mesin turboprop Double Mamba (populer dengan sebutan Twin Pac) buatan Armstrong-Siddeley yang menggerakkan bilah baling-baling model tumpuk dan berputar berlawanan arah (contra rotating).

Gannet-3-Angkasa-Review.png
Rangga Baswara
Kelebihan mesin ini, salah satu mesin dapat dimatikan untuk penerbangan jelajah ekonomis. Atau, jika salah satu mesin gagal bekerja maka pesawat tidak akan mengalami masalah dalam penerbangan karena penggunaan mesin contra rotary tersebut.

Gannet milik TNI AL telah mengadopsi mesin tipe baru Double Mamba Mark 101 berdaya 3.035 SHP. Daya ini lebih besar dibanding Double Mamba Mark 100 yang dipakai pada versi AS.1 yang menghasilkan 2.950 SHP.

Langsung menuju palagan

Gannet-TNI-AL.png
TNI AL
Dua pesawat dari pengiriman pertama tiba di Surabaya pada 1960. Secara berangsur angsur kmudian disusul pesawat berikutnya hingga total genap menjadi 18 unit. Pesawat dimasukkan dalam Skwadron Udara 100 antikapal selam yang bermarkas di Morokrembangan, Surabaya.

Belum genap dua tahun berdinas AS.4 Gannetdilibatkan dalam operasi Trikora. Pesawat dikirim ke wilayah timur untuk mengawasi dan melindungi laut sekitar Sulawesi hingga Laut Banda yang berpangkalan di Liang, Ambon.

Selepas Trikora yang selesai dengan perundingan damai,Gannet ditarik ke sarangnya. Malang, sebuah Gannetmengalami kecelakaan di sekitar Ambon waktu menjalani penerbangan malam dari Mapenget, Manado ke Liang, Ambon. Pesawat baru ditemukan secara tak sengaja setahun kemudian di Gunung Salahatu.

Gannet-5-Angkasa-Review.png
Rangga Baswara
Tak sempat beristirahat lama,Gannet kembali memenuhi panggilan tugas. Kali ini dalam operasi Dwikora pada 1964-1966. Tugasnya adalah mengawasi perairan di sepanajang perbatasan Singapura hingga Selat Karimata. Pesawat ditempatkan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Gannet juga terbang dari Denpasar, Bali guna memantau pergerakan kapal lawan di wilayah selatan Samudra Hindia. Bak senjata makan tuan, Inggris harus menghadapi senjata buatannya sendiri dalam hal ini.

Dengan digunakananya Gannetoleh TNI AL makin membuat Inggris berang. Akibatnya Inggris kemudian memutus pasokan suku cadang pesawat ini. Dalam konflik ini Inggris juga menggunakan Gannet AEW.3 yakni versi AEW (Airborne Early Warning) yang dioperasikan oleh Fleet Air Arm No.849 Squadron.

Pecahnya pemberontakan PKI September 1965 berujung pada pergantian kekuasaan pemerintahan RI. Konflik saudara dengan Malaysia berakhir damai di atas meja perundingan.

Gannet-2-Angkasa-Review-1.png
Rangga Baswara
Meski hubungan diplomatik dengan Inggris telah kembali normal, toh faktanya suku cadang pesawat Gannet TNI AL tak mendapatkan gantinya. Lambat laun kinerja pesawat ini mulai menurun. Dengan terpaksa Penerbal akhirnya melakukan kanibalisasi agar pesawat tetap bisa operasional.

Awal tahun 1970-an diputuskan seluruh Gannettersisa harus beristirahat panjang. Walau dalam dua operasi militer yang dijalaninyaGannet tak pernah melepaskan senjata untuk melumat lawan, toh Si Gembul memasuki masa purnabakti dengan terhormat sebagai veteran perang sejati.

Ada tiga unit Gannet milik TNI AL yang masih tersisa. Dua di antaranya dijadikan monumen di Kota Surabaya, yakni pesawat dengan registrasi AS-07 di gerbang masuk Lanudal Juanda dan AS-05 bertengger di halaman Akademi Angkatan Laut, Tanjung Perak. Sebuah lagi AS-00 mengisi ruang pajang halaman museum Pusat TNI Satria Mandala, Jakarta.***

http://www.angkasareview.com/2018/0...tni-al-sang-pemburu-kapal-selam-milik-tni-al/

These Ganets have already been retired a long long time ago, but I heard that our Navy wants to ressurrect the Wing 400 of submarine hunter aircraft to protect our territory, what is the candidate to replace Ganets ? If this leak is true, just wait the news for another three to five years from now.
 
.
IAG JAWS

2-image-42.jpg

Jaws APC design and features

The Jaws armoured personnel carrier is based on the chassis of Toyota Land Cruiser 200 series commercial vehicle. The vehicle features conventional layout with engine at front, crew section in the middle and troop compartment at rear. The lightweight APC is designed to offer high mobility while offering superior protection for the occupants.

The APC can accommodate two crew and up to eight fully equipped troops on blast-resistant seats with four-point seat harness. The seating layout can be customised according to the mission requirements. The vehicle incorporates commercial SUV-type dashboard and controls. The HVAC system aboard the vehicle ensures optimal crew comfort.

The APC is offered in both left and right hand drive configurations as well as with different engine and transmission options. It has two spare tyre assemblies, auxiliary fans and a heavy duty 300AMP alternator. The lights are fitted with wire mesh protection.

Observation and control
The vehicle is provided with a roof mounted turret for observation. The bigger ballistic glass panels on the body allow observation of surroundings, while firing port at each seat allows the troops to aim and fire their individual weapons. Entry/exit for the occupants is provided through doors on both sides as well as a rear door.

Self-protection features of the Jaws APC
The Jaws APC is integrated with Opaque armour made of pre-certified ballistic grade steel. The vehicle can be fitted with armour packages ranging from NIJ III-a /CEN B4 up to NIJ IV/CEN B7 for protection against 5.56mm and 7.62mm NATO armour piercing rounds. Add-on armoured kits are also fitted based on the customer needs, to enhance the self-protection of the vehicle.

"The forward, sides, rear, roof and bottom are designed to withstand the incoming ballistic objects from all angles."
The forward, sides, rear, roof and bottom are designed to withstand the incoming ballistic objects from all angles. The crew and passengers are well protected from explosive threats. The vehicle is also fitted with blast attenuation seating system to protect the occupants from the impact of detonations. The system reduces the blast wave and downward forces inflicted on the occupants in the event of explosion.

Engine and mobility
The Jaws armoured personnel carrier is powered by 4.5L V8 twin-turbo diesel engine coupled to six-speed automatic or five speed manual transmissions. The petrol engine options include 4.0L V6, 4.6L V8 and 5.7L V8.

The eight-cylinder diesel engine develops a maximum power of 232hp and torque of 453lb-ft (614Nm). The vehicle is fitted with 12V electrical system, which can be upgraded to 24V.

The vehicle features independent double wishbone front suspension, and beam-type rear suspension. The full time four wheel drive system ensures high mobility in rough terrains.

International Armored Group (IAG) Jaws.

http://www.interarmored.com/products/jaws-apc/

You can see the brand on the bumper from the 1st pic.

Thanks folks :) Just wonder why don't they use Pindad made vehicles :)
 
.
Thanks folks :) Just wonder why don't they use Pindad made vehicles :)
same question here, but my guess is the price of a komodo is more expensive (correct me if I'm wrong).
building an armored car is not a big deal considering most of today's armored car automotive components and drivetrains derived from civilian vehicles like ford ranger,hilux,land cruisers etc. so yes I prefer locally build vehicles like ILSV or APC Turangga
 
.

Country Latest Posts

Back
Top Bottom