Follow along with the video below to see how to install our site as a web app on your home screen.
Note: This feature may not be available in some browsers.
Thats what I said. Either EF & F16 purchase or Rafale only. What I think the big obstacel is the KFX program, this program will take def budget alot (cash wise) if we decided to go thru thus reducing the overall harwat/sarpras fund . Not to mention the future DP and cicilan for the new fighter platform.I actually don't think an EF + Rafale can happen. The Tranche 1 EF's operational costs are disproportionately high that it would just kill the budget to operate the F-16's, which the Air Force will NOT be happy about. It's either the EF or Rafale at this point.
Good to hear, I hope they dont forget about AD heli yg jg butuh kasih sayangDon't think so, there is request to increase operational cost for the Airforce especially
22 Oktober 17.00 - Teleponan apa ketemu tuh sama M.Ahmad Zaki (Menhan Mesir)? kok ya pas waktunya abis ketemu Prabowo? Minta jatah/nikung pesenan Rafale Mesir? Secara mesir mungkin agak frustasi ga di kasih ijin mamarika beli Rudal buat Rafale mereka? Hmm....interestingNtar malem ada yang ngedate
Our 2nd batch AMRAAM?old news, nevertheless Gold
Raytheon to Build More AMRAAMs for 22 Nations
Jan. 2, 2020 | By Rachel S. Cohen
Raytheon will build a new batch of Advanced Medium-Range Air-to-Air Missiles for 22 foreign countries under a $768.3 million Air Force contract awarded Dec. 27, 2019.
This is the 33rd AMRAAM production lot and involves sales to Australia, Belgium, Canada, Denmark, Indonesia, Japan, Kuwait, Morocco, Netherlands, Norway, Oman, Poland, Qatar, Romania, Saudi Arabia, Singapore, Slovakia, South Korea, Spain, Thailand, Turkey, and the United Kingdom, according to a Defense Department contract announcement. The Pentagon did not say how many missiles are included in that lot.
USAF and Navy funding provides for new operational missiles, training units, guidance systems, spares, and other support hardware. Raytheon’s work will run through the end of February 2023.
The AMRAAM program is slated to encompass nearly 13,000 missiles for $13.3 billion, according to the Air Force’s fiscal 2020 budget. The weapon is a “small, light, fast missile with improved capabilities against very low- and high-altitude targets” and can resist electronic attacks, the service said.
Raytheon to Build More AMRAAMs for 22 Nations | Air & Space Forces Magazine
Raytheon will build a new batch of Advanced Medium-Range Air-to-Air Missiles for 22 foreign countries under a $768.3 million Air Force contract.www.airforcemag.com
Our 2nd batch AMRAAM?
But no information on that from DSCA.seems possible, the production of this lot will only ended in 2023, and we are part of this lot. AMRAAM now used on F-16 and NASAM system
Hope standard infantry in tier1 unit like kostrad and specs ops get supply of hazmat nubika and gas maskIMO if they really wanna do this scenario, they should've been wearing Hazmat/Nubika suits
French missile need americans permission?ga di kasih ijin mamarika beli Rudal buat Rafale mereka
Time to muscle up bakamla also more media expose for bakamla so they can get title of real IdnCG
Sejumlah anggota tim penembak memasang senapan mesin berat di dek Kapal Negara (KN) Pulau Marore-322, di Perairan Pulau Gangga, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (21/10/2020). Latihan menembak menggunakan dua unit senapan mesin berat SM-5 kaliber 12,7mm produksi PT. Pindad tersebut, untuk melatih keterampilan dan kesiapan Anak Buah Kapal (ABK) menggunakan sistem senjata pertahanan ringan kapal dalam melaksanakan tugas di laut khususnya masalah penegakan hukum. ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/hp.
Seorang anggota tim penembak berlatih menembak di dek Kapal Negara (KN) Pulau Marore-322, di Perairan Pulau Gangga, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (21/10/2020). Latihan menembak menggunakan dua unit senapan mesin berat SM-5 kaliber 12,7mm produksi PT. Pindad tersebut, untuk melatih keterampilan dan kesiapan Anak Buah Kapal (ABK) menggunakan sistem senjata pertahanan ringan kapal dalam melaksanakan tugas di laut khususnya masalah penegakan hukum. ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/hp.
Seorang anggota tim penembak memasang senapan mesin berat di dek Kapal Negara (KN) Pulau Marore-322, di Perairan Pulau Gangga, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (21/10/2020). Latihan menembak menggunakan dua unit senapan mesin berat SM-5 kaliber 12,7mm produksi PT. Pindad tersebut, untuk melatih keterampilan dan kesiapan Anak Buah Kapal (ABK) menggunakan sistem senjata pertahanan ringan kapal dalam melaksanakan tugas di laut khususnya masalah penegakan hukum. ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/hp.
Well, give us great offers then..Terungkap! Ini Alasan Utama AS Undang Prabowo ke Pentagon
SHARE
Foto: Menteri Pertahanan AS Mar Esper bertemu dengan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto di Pentagon, Washington DC, AS, pekan lalu (Dokumentasi Kemhan RI)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengungkapkan maksud dan tujuan mengundang Menteri Pertahanan Republik Indonesia Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto ke Pentagon, pekan lalu.
Dalam sebuah artikel di laman AFP, Rabu (21/10/2020), undangan itu merupakan bagian dari upaya AS memperkuat dan memperluas aliansi dengan negara-negara dengan "like-minded democracies" seperti Indonesia untuk melawan pengaruh Rusia dan China. Esper memperkenalkan inisiatif baru itu pada Selasa (20/10/2020) waktu setempat.
Menurut dia, Pentagon secara sistematis akan memonitor dan mengelola relasi dengan negara-negara mitra, seraya memperkuat koordinasi militer dan juga meningkatkan penjualan senjata buatan AS.
Inisiatif yang disebut dengan Guidance for Development for Alliances and Partnerships (GDAP) itu hadir dua minggu jelang pemilihan presiden AS. Apabila Donald Trump kalah, Esper diyakini tak akan menjabat lagi sebagai menhan.
"Jaringan sekutu dan mitra AS akan memberikan kita keuntungan asimetris yang tidak dapat ditandingi oleh musuh kita," ujar Esper seraya menyebut aliansi itu "tulang punggung tatanan berbasis aturan internasional"
Ia lantas mengutip kemitraan lama macam NATO hingga Malta yang membantu AS melepaskan diri dari Inggris pada abad ke-18.
"Contoh seperti ini menggambarkan pentingnya menyelaraskan negara-negara yang berpikiran sama, besar dan kecil, untuk mempertahankan tatanan bebas dan terbuka yang telah melayani kita semua dengan baik selama beberapa dekade," kata Esper.
"Jika digabungkan, China dan Rusia kemungkinan memiliki kurang dari 10 sekutu," lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Esper juga menilai China menggunakan 'paksaan' dan 'perangkap keuangan' untuk membangun aliansi dengan negara-negara lemah seperti Myanmar, Kamboja, dan Laos.
"Semakin kecil negara dan semakin besar kebutuhannya, maka tekanan Beijing akan semakin berat," ujar Esper.
Ia kemudian memamerkan kunjungan yang telah dilakukannya untuk membangun hubungan pertahanan dengan Malta, Mongolia, dan Palau. Ia juga mengungkapkan rencana AS membangun pangkalan pasukan di Polandia.
Esper kemudian menggarisbawahi perlunya membangun hubungan yang lebih dekat dengan "negara demokrasi yang berpikiran sama seperti India dan Indonesia". Seperti diketahui, Esper telah bertemu dengan Prabowo pekan lalu. Senin depan, Esper akan bertandang ke India.
"Mereka semua mengakui apa yang sedang dilakukan China," katanya.
Bagian penting dari upaya ini, menurut Esper, adalah memperluas penjualan senjata AS. Tujuannya membantu sekutu meningkatkan kemampuan pertahanan dan mengerek industri pertahanan AS melawan persaingan dari Rusia dan China. Ia akan menggunakan GDAP untuk mengidentifikasi peluang penjualan senjata sekaligus melindungi pasar AS.
Seperti diketahui, pekan lalu, tepatnya 16 Oktober 2020, Esper menemui Prabowo di Pentagon, Washington, D.C., AS, untuk membahas keamanan regional, prioritas pertahanan bilateral, dan akuisisi pertahanan.
Esper menyampaikan pentingnya menegakkan hak asasi manusia, supremasi hukum, dan profesionalisasi saat kedua negara memperluas kerja samanya.
Sementara Prabowo menyatakan pentingnya keterlibatan militer di semua tingkatan, dan menyampaikan apresiasinya atas dukungan AS untuk modernisasi pertahanan Indonesia.
Seperti dikutip laman resmi Kemhan RI, Esper dan Prabowo berbagi keinginan untuk meningkatkan kegiatan militer-ke-militer bilateral dan bekerja sama dalam keamanan maritim.
Kedua menteri juga menandatangani Memorandum of Intent untuk memajukan upaya Defense Prisoner of War/Missing in Action Accounting Agency untuk memulai kembali pekerjaannya di Indonesia untuk merepatriasi jenazah personel AS yang hilang di Indonesia selama Perang Dunia II.
Tidak ketinggalan, Esper dan Prabowo menyatakan simpati kepada mereka yang terdampak Covid-19 di AS dan Indonesia.
(miq/sef)
Terungkap! Ini Alasan Utama AS Undang Prabowo ke Pentagon
Esper juga menilai China menggunakan 'paksaan' dan 'perangkap keuangan' untuk membangun aliansi dengan negara-negara lemah seperti Myanmar, Kamboja, dan Laos.www.cnbcindonesia.com
For SCALP, yeah..Hope standard infantry in tier1 unit like kostrad and specs ops get supply of hazmat nubika and gas mask
French missile need americans permission?
Time to muscle up bakamla also more media expose for bakamla so they can get title of real IdnCG
Current terms don't see simplification of weaponry, atleast that what i get from MoD wishlistAgain, you only get to pick 2. We can not afford to EFFECTIVELY OPERATE more than 2 airframe types.
Either F-16 + Flanker, F-16 + EF, or F-16 + Rafale.
They're not going to retire the F-16 since it's the main workhorse of the fleet.
Current terms don't see simplification of weaponry, atleast that what i get from MoD wishlist
IMO if they really wanna do this scenario, they should've been wearing Hazmat/Nubika suits