What's new

Indonesia Defence Forum

Within our EEZ we have the strategic advantage of having ports to replenish our ships, Airbases for MPA's and AShW equipped strike fighters, and shore based AShW batteries. The ball is in our court.
We should venture to the north natuna sea rather than waiting and hiding between natuna island chain. Should face the enemy from south directly rather than waiting and hiding around lombok strait, bali strait, alas strait, alor strait etc, or waiting around chain of island there, we need to patrol and hunt enemy submarines too.
Yes, we should face them within our EEZ, we need to defend and patrol our EEZ to deal with surface threats and to deal with enemy submarine, our ship need to actively hunt them and not just waiting between the islands, we need to prevent blockade and submarine intrusion so they can't send frogman teams for sabotage ops, reconnaissance, ELINT etc. We have large water area that are shallow but we also have large water area that are quite deep.
With decent ship + weapons we have option to do preemptive strike or during conflicts we can destroy facilities that supports enemy fleets. Fight within our EEZ and even push to their area.

Because Indonesia is littoral country and archipelagic state compromised of thousands islands we should have many small combat vessels for hit and run.
This is true but even if Indonesia have many islands we also have large sea area too, the inner sea 'area laut dalam' such as java sea and banda sea alone is still a large area (bahkan lebih gede dari wilayah laut beberapa negara eropa yang angkatan lautnya punya asset yang lebih superior), we also exposed directly to open ocean such as western of sumatra - southern coast of java all the way to the nusa tenggara (indian ocean) and pacific ocean in our northern part. Having frigates is a must, but if there is budget problem at least we should have several light frigate such as PKR and many corvettes. I agree with you, destroyer no, frigate yes, corvette must.
I think that we need big ship, bigger and more capable than PKR, I prefer a full fledged frigate than a destroyer because it will suit us better, while corvette and something like LCS is also needed.
Its not like we should only get big ship we also need those KCR and Klewang too.

Lets just agree to disagree.

KFC use eurojet?
KFC only use gas stove.

i just hope that young minds somehow made it to the top of the military and make serious reforms
Its not that easy to OK Boomer those on top, and by the time those young minds can reach strategic position they already kudet with new technology, strategy etc. Jadi generasi tua juga mereka akhirnya, asalkan yang berpangkat tinggi mau mendengar pemikiran perwira jaman now gak masalah, yang tua lebih bijak dan berpengalaman yang muda lebih kreatif, out of the box dan lebih terupdate.
Meskipun sebenarnya yang di pucuk pimpinan juga gak tua2 amat dan kelihatan capable, cuman mau aja ga membawa TNI ke jaman 21st century, ibaratnya ikut-ikutan programnya Jokowi revolusi industri 4.0, jadinya Military 4.0, semua terintegrated dan terpusat, pake drone, AI, machine learning, teknologi semua isinya.
imho
 
Last edited:
Berawal dari Salah Terjemah, Peta Laut China Selatan Tabrak Natuna

17 Januari 2020



Laut Natuna dan Nine Dash Line (image : KKP RI)

Jakarta - Indonesia bereaksi usai China mengklaim Perairan Natuna. Klaim China atas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia itu didasari oleh peta yang mereka bikin sendiri, yakni peta 'Nine Dash Line' atau 9 Garis Putus-putus China. Biang persoalan peta itu dinilai pakar berawal dari salah terjemahan.

Gara-gara salah terjemahan, pemerintah China sempat menganggap laut dangkal sebagai pulau. Celakanya, pulau yang tak pernah ada itu kemudian dipakai sebagai patokan batas lautan negara.

Penjelasan ini disampaikan ahli dari Chatam House, The Royal Institute of International Affairs, bernama Bill Hayton. Karyanya berjudul 'The Modern Origins of China's South China Sea Claims: Maps, Misunderstandings, and the Maritime Geobody', dimuat dalam jurnal Modern China, Sage Journals, tahun 2018.

Pembuatan peta berawal dari tahun 1933. Pemerintah Kuomintang pimpinan Chiang Kai-shek mendirikan Komite Pemetaan Daratan dan Lautan. Dua tahun kemudian, terbitlah 'Tabel Bahasa China dan Inggris untuk Semua Pulau dan Karang di Laut China Selatan'.

Berdasarkan pelacakan Bill Hayton, peta produk pemerintah China saat itu adalah hasil salinan dari United Kingdom Hydrographic Office tahun 1906 berjudul 'China Sea Directory Volume 1 dan 2', serta dari 'Asiatic Archipelago' terbitan Edward Stanford Ltd of London, tahun 1918. Dua-duanya merupakan peta bikinan Inggris.

Peta China produk Komite Pemetaan terbit tahun 1935. Namun peta tersebut memuat kesalahan terjemahan dan transliterasi dari Bahasa Inggris ke Bahasa China. Akibatnya fatal: muncul pulau-pulau yang sebenarnya tidak ada di dunia nyata.




Ilustrasi 9 Garis Putus-putus yang diklaim China, menabrak Natuna Indonesia juga (image : DW News)

Sebut saja: Busung Pasir Stags, Busung Pasir Owen, Dangkalan Seahorse (atau Routh), Karang Ganges, Pulau Karang Marino, Karang Glasgow, dan Busung Pasir Viper. Pulau-pulau itu sebenarnya adalah hasil salah terjemahan.

Ada dua lokasi yang penting di sini, yakni James Shoal yang terletak sekitar 100 km dari Kalimantan, dan Vanguard Bank dekat Vietnam. Dua lokasi itu kemudian menjadi titik terjauh pemetaan Laut China Selatan.

Di mana letak salah terjemahannya?

Sebenarnya, James Shoal dan Vanguard Bank ada di bawah permukaan air laut, jadi sama sekali bukan berbentuk pulau. Bill Hayton mengemukakan hipotesis, Komite China tidak melakukan survei lapangan secara langsung melainkan hanya menyalin peta Inggris.

Dalam bahasa Inggris, istilah 'shoal' atau 'bank' adalah dangkalan yang tidak timbul ke permukaan. Seharusnya, 'shoal' diterjemahkan menjadi 'qiantan', namun Komite China menerjemahkannya menjadi 'tan' yang artinya 'busung pasir' atau pasir yang timbul di atas permukaan air laut.

Akibatnya, salah terjemahannya menjadi begini:
James Shoal (Dangkalan Pasir James) : Zengmu Tan (Busung Pasir Zengmu)
Vanguard Bank (Dangkalan Vanguard) : Qianwei Tan (Busung Pasir Qianwei)

Tahun 1936, nasionalis pendiri Jurnal Ilmu Bumi dari Beijing Normal Univeresity, Bai Meichu, mendirikan Lembaga Geografi China. Bai Meichu ini menjadi tokoh sentral perancang '9 Garis Putus-putus'.



Batas kedaulatan 12 mil dan batas ZEE 200 mil (image : UN)

Berdasarkan peta pemerintah China yang salah terjemahan itu, Bai Meichu membuat dan menerbitkan 'Konstuksi Atlas Baru China' yang memuat peta Laut China selatan versinya sendiri. Bai Meichu menarik garis batas lautan China sampai ke James Shoal dan Vanguard Bank.

"Ini adalah pertama kalinya ada gambar garis semacam itu pada peta China. Meski begitu, ini bukan dokumen negara, ini adalah karya perorangan," kata Bill Hayton.

Bai Meichu menggambar James Shoal dan Vanguard Bank sebagai pulau-pulau pasir, dia juga menggambar Macclesfield Bank sebagai pulau-pulau. Padahal sebenarnya pulau-pulau itu tidak ada karena 'shoal' dan 'bank' ada di bawah permukaan laut.

"Pilihan untuk menunjuk James Shoal sebagai batas paling selatan dan pencantuman Vanguard Bank telah menghasilkan inovasi luar biasa. James Shaol dan Vanguard Bank membuat Kepulauan Spratly berada dalam klaim teritori China," tutur Bill Hayton.

Dua murid Bai Meichu bernama Fu Jiaojin dan Zheng Ziyue kemudian bekerja untuk pemerintah China. Zheng Ziyue ditugaskan Gubernur Taiwan untuk membuat peta Laut China Selatan pada 1946, isinya adalah memasukkan Kepulauan Prata (Dongsha), Paracel (Xisha), dan Spratly ke dalam daerah administratif Taiwan. Zheng Ziyue masih mengacu pada karya Bai Meichu untuk membuat peta baru.

Pada 25 September 1946, diadakan rapat di Kementerian dalam Negeri Republik China, dihadiri oleh pejabat Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan Nasional, dan Kepala Angkatan Laut. Dalam pertemuan itu, peta Laut China Selatan dengan garis berbentuk 'U' rancangan Bai Meichu dipaparkan, menegaskan klaim kembali hak China atas pulau-pulau yang semula diklaim Jepang.



Angkatan Laut Republik China mendarat di Pulau Itu Aba, Kepulauan Spratly, Desember 1946 (photo : wiki)

"Peta itu muncul pertama kali sebagai dokumen yang dihasilkan oleh pemerintah China yang mencakup garis berbentuk U di Laut China Selatan," kata Bill Hayton.

Sejak saat itu, Kepulauan Spratly yang jauh di selatan China dinyatakan sebagai bagian dari China. Meski demikian, pemerintah China bersama Zheng Ziye si perancang peta baru mendarat di Kepulauan Spratly pada 12 Desember 1946. Mereka mendarat di pulau terbesar bernama Itu Aba, nama berdasarkan dialek Melayu yang artinya 'Itu Apa'.

Ekspedisi China ke Itu Aba tak akan terwujud tanpa bantuan Amerika Serikat (AS). Kapal yang membawa pemerintah China adalah USS Decker milik Angkatan Laut AS yang dinamai ulang menjadi Kapal Taiping. AS berharap kapal-kapal bantuan mereka untuk China digunakan untuk memerangi kaum komunis revolusioner. Namun pemerintah Republik China menggunakan kapal itu untuk menancapkan bendera di Paracel dan Spratly. Selanjutnya, pulau Itu Aba diubah namanya menjadi Pulau Taiping, sesuai nama kapal yang membawa mereka ke lokasi itu untuk pertama kali.

Setelah ekspedisi-ekspedisi ini, lokasi-lokasi yang semual ditulis Bai Meichu sebagai 'tan' (busung pasir) kemudian diganti menjadi 'ansha' (pasir tersembunyi). Maka James Shoal yang semula diterjemahkan menjadi Zengmu Tan diganti menjadi Zengmu Ansha.

Pada 1948, Republik China menerbitkan Atlas Area Administratif dilengkapi dengan gambar garis berbentuk huruf U di Laut China Selatan, bentuknya adalah 11 garis putus-putus. Ini semua berangkat dari peta Inggris yang disadur dan salah diterjemahkan ke bahasa China. 11 Garis putus-putus itu kemudian dikenal di publik internasional sebagai 9 Garis Putus-putus atau 'Nine Dash Line'.

Bayangkan bila James Shoal dan Vanguard Bank tidak diterjemahkan secara salah menjadi pulau pasir, mungkin 9 Garis Putus-putus tidak akan digambar di peta China sampai menabrak Natuna.

(Detik)

K300P Coastal Defense system maybe?

Prabowo Akan Kunjungan Kerja ke Rusia, Beli Misil?
Jumat, 17 Januari 2020 | 06:03 WIB
5e02fa6788c87.jpg

Achmad Nasrudin Yahya
|
Editor: Bayu Galih
JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Prabowo akan melanjutkan diplomasi pertahanan ke Rusia.

Salah satu isu yang akan dibahas adalah Prabowo punya perhatian mengenai misil.

"Banyak hal, (di) Rusia. Pak Prabowo juga yang menjadi salah satu concern dia (adalah) misil," ujar Dahnil di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Kamis (16/1/2020).


Baca juga: Ini Penyebab Prabowo Berhati-hati untuk Urusan Klaim China di Natuna

Kunjungan kerja Prabowo ke berbagai negara di belahan dunia merupakan bagian dari diplomasi pertahanan.

Salah satu tujuannya adalah memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Setelah selesai bertandang ke Rusia, kata Dahnil, Prabowo nantinya akan melaporkan rentetan lawatannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Iya semuanya (dilaporkan ke Presiden), akan beliau kasih pertimbangan. Makanya yang turun langsung Pak Prabowo," ucap Dahnil.


"Kenapa? Banyak hal, lah, tambah lagi kan harus perhatikan geopolitik dan geostrategisnya," kata dia.

Baca juga: Diplomasi Pertahanan ke 7 Negara, Prabowo Beri Perhatian Khusus terhadap Alutsista TNI

Sejak dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 Oktober 2019, Prabowo sudah mengunjungi sejumlah negara.

Negara itu di antaranya Malaysia pada 14 November 2019, Thailand pada 17 November 2019, Turki pada 27-29 November 2019, dan China pada 15 Desember 2019.

Kemudian disusul Jepang pada 20 Desember 2019, Filipina pada 27 Desember 2019, Perancis pada 11-13 Januari 2020, dan Jerman pada 16 Januari 2020
 
KFC only use gas stove.
Kentucky Fighter Chicken :chilli:

young minds somehow made it to the top of the military and make serious reforms
I have some friends who now study in AKMIL i have hope on them but because they are gen Z cadet right,.......
If sometimes i ask opinion from them or invite them discussion about defense matter they declined it, asking about military doctrine reform idea they are just silent. Dont know are maybe they cant give opinion abt military? Or cant speak defense matter to civilian?
Maybe they are still young.

drone, AI, machine learning, teknologi semua isinya.
Yg d level prajurit agak susah deh kynya klo smua serba teknologi. Bandingin ama AS gausah jauh2 bandingin ama singapura, private atau kopralnya mereka dah punya basis gtu kyk penguasaan teknolgi informatika yg memadai. Jd yg pangkatnya tamtama di luar sana dh bisa handel maintenens f35 dsb, atau yg network centric kyk sinagpura dll

Nah dikita kan kynya tamtamanya jarang dpt upgrade ilmu tekno terkini yg maju banget.

Ok conclusion : we need reforms in Armed force, we have reformed TNI in politics, now must reforms in technical aspect like doctrine, tactic, strategy, etc
End of rant
Imho
 
wish it will be Iskander or Bastion p

Indonesia is considering the purchase of submarines from Turkey or Germany, a Defense Ministry spokesman said Thursday.

Defense Minister Prabowo Subianto is in the process of comparing the equipment from the two countries, said Dahnil Anzar Simanjuntak.

"The minister is still contemplating whether to buy it from Turkey or Germany. Currently he is visiting Germany,” he told Anadolu Agency....


https://m.yenisafak.com/en/news/ind...2htOZulJa_9LNw8T_y1RPEpmi1AlkyqrpQCxUt4S0f-cE
 
wish it will be Iskander or Bastion p

Indonesia is considering the purchase of submarines from Turkey or Germany, a Defense Ministry spokesman said Thursday.

Defense Minister Prabowo Subianto is in the process of comparing the equipment from the two countries, said Dahnil Anzar Simanjuntak.

"The minister is still contemplating whether to buy it from Turkey or Germany. Currently he is visiting Germany,” he told Anadolu Agency....


https://m.yenisafak.com/en/news/ind...2htOZulJa_9LNw8T_y1RPEpmi1AlkyqrpQCxUt4S0f-cE
Wait, so we have to chose Turkey golcuk or German TKMS ??
Up until now I though they'll collaborate to build our sub
 
wish it will be Iskander or Bastion p

Indonesia is considering the purchase of submarines from Turkey or Germany, a Defense Ministry spokesman said Thursday.

Defense Minister Prabowo Subianto is in the process of comparing the equipment from the two countries, said Dahnil Anzar Simanjuntak.

"The minister is still contemplating whether to buy it from Turkey or Germany. Currently he is visiting Germany,” he told Anadolu Agency....


https://m.yenisafak.com/en/news/ind...2htOZulJa_9LNw8T_y1RPEpmi1AlkyqrpQCxUt4S0f-cE

As for me , go with original manufacturer
 
i heard Bakamla chief is poised to be replaced maybe from his performance so far....

EOY5ltIUwAAeSeq.jpeg
EOY5ltEUcAAmRYp.jpeg
EOY5ls7UYAEK0A0.jpeg
EOY5ls5VAAAR-f-.jpeg
EOZM5-VUUAAC_uL.jpeg
EOZM5-OUUAAefMf.jpeg
EOZM5-FUcAAkYdY.jpeg
EOZM5-FUYAAz6PR.jpeg
 
As for me , go with original manufacturer
Ternyata ni pabrikan bermasalah juga ya..
Tkms problem
Read about Greece u214 too

But on the other hand, Singaporeans did trust them to build their u218. So Let's hope for the best.
 
Last edited:
Last Indonesian Hostage Rescued From Militant Group in Southern Philippines
BY :TELLY NATHALIA
JANUARY 16, 2020


Jakarta. The last of three Indonesian fishermen who were captured and taken hostage by an armed group in the Southern Philippines last year was released by the Philippine military on Wednesday, Indonesia's Foreign Affairs Ministry has said.

Gunmen captured Muhammad Farhan (27), his father Maharudin Lunani (48) and another Indonesian fisherman, Samiun Maneu (27), in Lahad Datu near Sabah, Malaysia, on Sept. 23.

After 90 days in captivity, Maharudin and Samiun were rescued in a military operation that killed a Philippine soldier on Dec. 22, but the kidnappers did not let Farhan go.

He was finally rescued by Philippine soldiers on Wednesday evening in a raid in Baranggay Bato Bato near Indanan Sulu, the ministry said in a statement on Thursday.

Farhan was taken to the Westmincom Hospital in Zamboanga for a medical checkup before he was handed over to the Indonesian Embassy in Manila to be sent home.

The kidnappers are believed to be linked with the Abu Sayyaf militant group.

https://jakartaglobe.id/news/last-i...d-from-militant-group-in-southern-philippines
.
 
Luhut dan Prabowo Kompak Impor Kapal Perang dari Denmark
Ferry Sandi , CNBC Indonesia
NEWS

17 January 2020 14:50

3cf0216b-f818-4e58-9398-861eba8adfff_169.jpeg

Foto: Presiden Joko Widodo di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di bawah Menhan Prabowo Subianto telah membeli kapal panjang hingga 150 meter atau 'Ocean Going'. Kedua memang sempat membahas soal pengadaan kapal Ocean Going beberapa waktu lalu.

"Pak Prabowo saya lihat angkatan laut udah beli ocean going, akan beli dari Denmark. Itu memang kapal yang ocean going yang 138 meter yang bisa 150 meter.
Jadi dia bisa berlayar fregat ini di laut bebas. Kita itu selama 72 tahun merdeka belum punya ocean going," kata Luhut di Jakarta, Jumat (17/1)

Setelah pengadaan untuk Kemenhan, maka selanjutnya kapal sejenis ocean going bisa dibeli untuk kebutuhan Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk mengamankan laut Indonesia.


"Nah sekarang ini nanti kalau Bakamla selesai. Kita juga ingin nanti Bakamla punya seperti itu. Bukan fregat tapi sekelas kapal supaya kapal coast guard bisa juga berlayar di Natuna, ZEE," katanya.

PILIHAN REDAKSI


Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya juga menyampaikan sedang menyiapkan realisasi pengadaan kapal patroli laut skala besar termasuk di Laut Natuna. Program jangka panjang ini akan menggunakan sumber daya dalam negeri, tak perlu dari luar.

"Bikin kok kita bikin. Dua, bikin dalam negeri ya. Sama ada dua jenis yang satu fregate yang satu namanya OVP. Jadi dua sama dua, empat kapal," kata Trenggono di Istana, Senin (6/1).

"Ohhh industri dalam negeri dong industrinya," katanya.

Prabowo Subianto juga menyambangi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Keduanya sempat membahas persoalan dengan China di Natuna.

Usai pertemuan, Luhut bilang bahwa Indonesia akan membeli kapal panjang sejenis ocean going. Kapal tersebut akan memperkuat pengamanan laut Indonesia.

"Jadi ke depannya, Pak Bowo tadi juga sudah bilang akan memperbanyak kapal angkatan laut. Dan tadi saya usul supaya ada ocean going, kapal yang lebih panjang," kata Luhut di kantornya, Jumat (3/1/20).

"Kita belum pernah punya selama republik ini merdeka. Jadi sekarang ini yang tadi dengan Pak Bowo itu, mau beli yang 138-140 meter frigate," lanjutnya.

Dia mengaku, kapal-kapal patroli laut yang dimiliki Indonesia selama ini belum cukup untuk menjangkau semua kebutuhan pengamanan.

Selama ini kapal coast guard yang dimiliki relatif berukuran kecil sehingga berpengaruh pada kemampuan armada di dalamnya.

"Karena di situ kalau kamu beli kapal 105 meter, baru 2 hari kamu udah muntah darah," katanya

https://www.cnbcindonesia.com/news/...rabowo-kompak-impor-kapal-perang-dari-denmark

I guess rumour about the plan to redesign/enlarge the heavy frigate into light destroyer configuration turns out to be true.

Ternyata ni pabrikan bermasalah juga ya..
Tkms problem
Read about Greece u214 too

But on the other hand, Singaporeans did trust them to build their u218. So Let's hope for the best.
Let's stick with HDW i guess.
 
Luhut dan Prabowo Kompak Impor Kapal Perang dari Denmark
Ferry Sandi , CNBC Indonesia
NEWS

17 January 2020 14:50

3cf0216b-f818-4e58-9398-861eba8adfff_169.jpeg

Foto: Presiden Joko Widodo di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di bawah Menhan Prabowo Subianto telah membeli kapal panjang hingga 150 meter atau 'Ocean Going'. Kedua memang sempat membahas soal pengadaan kapal Ocean Going beberapa waktu lalu.

"Pak Prabowo saya lihat angkatan laut udah beli ocean going, akan beli dari Denmark. Itu memang kapal yang ocean going yang 138 meter yang bisa 150 meter.
Jadi dia bisa berlayar fregat ini di laut bebas. Kita itu selama 72 tahun merdeka belum punya ocean going," kata Luhut di Jakarta, Jumat (17/1)

Setelah pengadaan untuk Kemenhan, maka selanjutnya kapal sejenis ocean going bisa dibeli untuk kebutuhan Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk mengamankan laut Indonesia.


"Nah sekarang ini nanti kalau Bakamla selesai. Kita juga ingin nanti Bakamla punya seperti itu. Bukan fregat tapi sekelas kapal supaya kapal coast guard bisa juga berlayar di Natuna, ZEE," katanya.

PILIHAN REDAKSI


Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya juga menyampaikan sedang menyiapkan realisasi pengadaan kapal patroli laut skala besar termasuk di Laut Natuna. Program jangka panjang ini akan menggunakan sumber daya dalam negeri, tak perlu dari luar.

"Bikin kok kita bikin. Dua, bikin dalam negeri ya. Sama ada dua jenis yang satu fregate yang satu namanya OVP. Jadi dua sama dua, empat kapal," kata Trenggono di Istana, Senin (6/1).

"Ohhh industri dalam negeri dong industrinya," katanya.

Prabowo Subianto juga menyambangi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Keduanya sempat membahas persoalan dengan China di Natuna.

Usai pertemuan, Luhut bilang bahwa Indonesia akan membeli kapal panjang sejenis ocean going. Kapal tersebut akan memperkuat pengamanan laut Indonesia.

"Jadi ke depannya, Pak Bowo tadi juga sudah bilang akan memperbanyak kapal angkatan laut. Dan tadi saya usul supaya ada ocean going, kapal yang lebih panjang," kata Luhut di kantornya, Jumat (3/1/20).

"Kita belum pernah punya selama republik ini merdeka. Jadi sekarang ini yang tadi dengan Pak Bowo itu, mau beli yang 138-140 meter frigate," lanjutnya.

Dia mengaku, kapal-kapal patroli laut yang dimiliki Indonesia selama ini belum cukup untuk menjangkau semua kebutuhan pengamanan.

Selama ini kapal coast guard yang dimiliki relatif berukuran kecil sehingga berpengaruh pada kemampuan armada di dalamnya.

"Karena di situ kalau kamu beli kapal 105 meter, baru 2 hari kamu udah muntah darah," katanya

https://www.cnbcindonesia.com/news/...rabowo-kompak-impor-kapal-perang-dari-denmark

I guess rumour about the plan to redesign/enlarge the heavy frigate into light destroyer configuration turns out to be true.


Let's stick with HDW i guess.

Our designated OPV is actually a light frigate but in name only much like Bung Tomo class in which still called OPV when sold to Brunei
 
As for me , go with original manufacturer
Galangan turki kynya lg sibuk bkin piri reis dkk. Kmrn baru launch piri reis.

Greece u214 too
Kata orang Turki "regarding greek u214 because their fault"
Turkish u214 as i know slighthly diffrent from greek u214 because turk modify it add length etc, as cabatli said before. So because turkish u214 just launched month ago, let see how their performance.
 
Luhut dan Prabowo Kompak Impor Kapal Perang dari Denmark
Ferry Sandi , CNBC Indonesia
NEWS

17 January 2020 14:50

3cf0216b-f818-4e58-9398-861eba8adfff_169.jpeg

Foto: Presiden Joko Widodo di atas KRI Usman Harun dengan latar belakang KRI Karel Sasuit Tubun yang sedang berlabuh di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa. (Setpres/Agus Suparto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di bawah Menhan Prabowo Subianto telah membeli kapal panjang hingga 150 meter atau 'Ocean Going'. Kedua memang sempat membahas soal pengadaan kapal Ocean Going beberapa waktu lalu.

"Pak Prabowo saya lihat angkatan laut udah beli ocean going, akan beli dari Denmark. Itu memang kapal yang ocean going yang 138 meter yang bisa 150 meter.
Jadi dia bisa berlayar fregat ini di laut bebas. Kita itu selama 72 tahun merdeka belum punya ocean going," kata Luhut di Jakarta, Jumat (17/1)

Setelah pengadaan untuk Kemenhan, maka selanjutnya kapal sejenis ocean going bisa dibeli untuk kebutuhan Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk mengamankan laut Indonesia.


"Nah sekarang ini nanti kalau Bakamla selesai. Kita juga ingin nanti Bakamla punya seperti itu. Bukan fregat tapi sekelas kapal supaya kapal coast guard bisa juga berlayar di Natuna, ZEE," katanya.

PILIHAN REDAKSI


Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya juga menyampaikan sedang menyiapkan realisasi pengadaan kapal patroli laut skala besar termasuk di Laut Natuna. Program jangka panjang ini akan menggunakan sumber daya dalam negeri, tak perlu dari luar.

"Bikin kok kita bikin. Dua, bikin dalam negeri ya. Sama ada dua jenis yang satu fregate yang satu namanya OVP. Jadi dua sama dua, empat kapal," kata Trenggono di Istana, Senin (6/1).

"Ohhh industri dalam negeri dong industrinya," katanya.

Prabowo Subianto juga menyambangi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Keduanya sempat membahas persoalan dengan China di Natuna.

Usai pertemuan, Luhut bilang bahwa Indonesia akan membeli kapal panjang sejenis ocean going. Kapal tersebut akan memperkuat pengamanan laut Indonesia.

"Jadi ke depannya, Pak Bowo tadi juga sudah bilang akan memperbanyak kapal angkatan laut. Dan tadi saya usul supaya ada ocean going, kapal yang lebih panjang," kata Luhut di kantornya, Jumat (3/1/20).

"Kita belum pernah punya selama republik ini merdeka. Jadi sekarang ini yang tadi dengan Pak Bowo itu, mau beli yang 138-140 meter frigate," lanjutnya.

Dia mengaku, kapal-kapal patroli laut yang dimiliki Indonesia selama ini belum cukup untuk menjangkau semua kebutuhan pengamanan.

Selama ini kapal coast guard yang dimiliki relatif berukuran kecil sehingga berpengaruh pada kemampuan armada di dalamnya.

"Karena di situ kalau kamu beli kapal 105 meter, baru 2 hari kamu udah muntah darah," katanya

https://www.cnbcindonesia.com/news/...rabowo-kompak-impor-kapal-perang-dari-denmark

I guess rumour about the plan to redesign/enlarge the heavy frigate into light destroyer configuration turns out to be true.


Let's stick with HDW i guess.
Screenshot_20200117-182945_Chrome.jpg

So he talked about Opv 105 m huh?

The one prabowo talked with is TKMS
 
Back
Top Bottom