What's new

Indonesia Defence Forum

IKUTI ARAHAN MENHAN, DAHANA KEMBANGKAN BAHAN PELEDAK UNTUK PERTAHANAN
12 NOVEMBER 2019 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
p-100-live.jpg

P-100 Live (Istimewa)

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja ke PT Pindad, pada hari Rabu (6/11). Dalam kesempatan tersebut, Prabowo memberikan pesan khusus kepada PT Dahana.

Direktur Utama Dahana, Budi Antono menuturkan, Menhan meminta Dahana untuk terus mengembangkan bahan peledak pertahanan, terutama roket dan rudal, sebagaimana dilansir dari laman Jawa Pos (12/ 11/ 2019).

“Pada sektor pertahanan, Dahana terus menggenjot pendapatan dari sektor ini dengan memproduksi Bom P-100L untuk pesawat tempur jenis Sukhoi,” tutur Budi melalui keterangan tertulis, Selasa (12/11).

Budi menyampaikan, keberadaan fasilitas Energetic Material Center (EMC) di Subang, Jawa Barat memberikan kepercayaan diri bagi perseroan untuk terus mengembangkan inovasi.



REPORT THIS AD


Di samping itu, pembangunan industri propelan dan pabrik amonium nitrat juga menunjukkan dukungan pemerintah untuk kemandirian industri bahan peledak khususnya, dan kemandirian industri pertahanan pada umumnya.

Selain di sektor pertahanan, Dahana juga terus mengembangkan inovasi dan layanan di sektor migas, sektor pertambangan umum, serta sektor kuari dan infrasturktur. Sebagai informasi, ada sejumlah proyek strategis yang tengah dikembangkan Dahana, antara lain pembangunan pabrik amonium nitrat, pembangunan pabrik spherical powder propelan, serta pembangunan pabrik elemented detonator.

Pabrik propelan dan pabrik detonator rencananya dibangun di kawasan EMC, Subang, Jawa Barat dengan nilai investasi masing-masing Rp 2,3 triliun dan Rp 147,9 miliar. Kontraktor pabrik propelan saat ini belum ditentukan, tetapi akan ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan. Pabrik ini dijadwalkan dibangun 2020-2023.

Sementara itu, kontraktor pabrik detonator masih dalam proses pemilihan. Pabrik ini dijadwalkan mulai dibangun tahun ini, dan akan selesai pada 2022.

Adapun pabrik amonium nitrat rencananya dibangun di wilayah Kaltim Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur. Ini merupakan proyek kerja sama dengan PT Pupuk Kaltim yang diperkirakan menelan dana hingga Rp 1,1 triliun. Kontraktor EPC untuk pabrik ini yaitu Konsorsium WIKA-Sedin.
 
f-16v.-lockheed-martin.jpg

INDONESIA
KASAU: SAAT INI TINGGAL DUA KONTRAK LAGI YANG HARUS DISELESAIKAN
12 NOVEMBER 2019 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, pencapaian alutsista saat ini baru 42 persen. Modernisasi alutsista TNI AU akan terus dilakukan hingga mencapai target 100 persen pada 2024 nanti.

“Saat ini tinggal dua kontrak lagi yang harus diselesaikan dan mudah-mudahan dalam dua bulan ini bisa selesai. Jika sudah selesai, selanjutnya kami tinggal menunggu kedatangan alutsista,” ujarnya seusai penutupan pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) Angkatan ke-56 di Lembang, Selasa 12 November 2019, sebagaimana dilansir dari laman Pikiran Rakyat (12/ 11/ 2019).

Yuyu mengungkapkan, pencapaian alutsista mengacu pada kekuatan pokok minimum (minimum essential force/ MEF) yang disusun dalam rencana strategis. Di akhir Renstra ketiga ini, MEF baru tercapai sekitar 42 persen karena terkendala berbagai hal, di antaranya regulasi dan teknologi.

Meski demikian, dia optimistis alutsista akan terpenuhi sesuai dengan target pada 2024 nanti. Setelah kontrak selesai, tinggal menunggu kedatangan alutsista secara bertahap.

“Pada 2020 akhir, kami harap alutsista sudah berdatangan dan bisa tuntas pada 2024. Sebab kan butuh proses dari beberapa bulan sampai tahunan setelah kontrak, baru datang. Contoh, pesawat Hercules itu baru datang tiga tahun setelah kontrak,” katanya.

Seiring dengan modernisasi alutsista, lanjut Yuyu, pihaknya juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Di antaranya, melalui pendidikan di Seskoau, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Pada Penutupan Pendidikan Seskoau Angkatan ke-56 kemarin, KSAU melantik 132 perwira menengah. Mereka terdiri atas 121 TNI AU (termasuk 8 Wanita Angkatan Udara), 2 TNI AD, 2 TNI AL, dan 7 perwira dari negara sahabat, yakni Australia, India, Korea Selatan, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, dan Singapura.

Perwira dengan predikat lulus terbaik dan penulis karya tulis perorangan terbaik diraih Mayor Pnb Made Yogi Indra Prabowo. Sementara penulis karya tulis perorangan terbaik dari negara sahabat diraih Major Shaw Goh Wei Wuan dari Singapura.

“Semua siswa yang mengikuti pendidikan tahun ini lulus semuanya dengan predikat memuaskan. Secara keseluruhan, ada peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” kata Yuyu.

Photo: F-16V. (Lockheed Martin)

Editor: (D.E.S)
 
SEMINAR PENGEMBANGAN RADAR PASIF TAHAP III-III

500x300-4.jpeg


Tuesday, 12 November 2019​

Jakarta, Selasa (12/11/2019). Puslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan menyelenggarakan seminar Litbang Pengembangan Radar Pasif Tahap III-III, yang dilaksanakan di Rupatama Lantai V Gedung Ir. H. Djuanda Kantor Balitbang Kemhan Jl. Jati No.1 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dengan tema “Melalui Litbang Radar Pasif Kita Tingkatkan Penguasaan Teknologi Software Radar Pertahanan Udara”. Seminar dihadiri oleh Sesbalitbang Kemhan Brigjen TNI Abdullah Sani, sekaligus membuka seminar mewakili Kabalitbang Kemhan, Kapuslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan Brigjen TNI Rosidin, M.Si (Han), M.Sc, Kapuslitbang Sumdahan Balitbang Kemhan Brigjen TNI Martono, para pejabat di lingkungan Balitbang Kemhan dan undangan. Sebagai narasumber dari LAPI ITB adalah Bapak Dr. Joko Suryana, Bapak Farianza Yahya Ali, Dip.Elec.Eng, B Comp & Info dan Bapak Ahmad Izzudin , ST., M,T. dan Peneliti Madya Puslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan Kolonel Lek Imam Taufik serta sebagai moderator Kolonel Lek Ir. Bambang Edhi Saputro, MT.

Kabalitbang Kemhan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sesbalitbang Kemhan mengatakan, bahwa seminar ini dilaksanakan pada hakekatnya untuk mendapatkan saran masukan, sehingga penguasaan pembuatan dan pengembangan teknologi Radar Pasif mendapatkan hasil yang optimal. Saat ini berkembang teknologi COTS ( Commercial Off The Self ) yang dapat digunakan untuk modifikasi. Teknologi software banyak diaplikasikan dalam litbang Radar Pasif.

Lebih lanjut Kabalitbang menjelaskan, dengan seminar ini diharapkan kita dapat pahami bersama teknologi software pada pengembangan Rada Pasif dan Radar Pertahanan Udara secara umum, sehingga kita dapat mengambil keputusan bagaimana pemanfaatan secara maksimal guna mendukung pencapaian kemandirian teknologi industri pertahanan dan memenuhi kebutuhan operasi TNI

Mengakhiri sambutannya, Kabalitbang Kemhan mengucapkan terima kasih kepada pembicara, moderator dan undangan yang telah meluangkan waktunya demi kepentingan bangsa dan negara. Kepada seluruh pendukung kegiatan dan panitia pelaksana seminar ini, kami ucapkan terima kasih atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya hingga sampai pada tingkat pelaksanaan seminar hari ini.

https://www.kemhan.go.id/balitbang/2019/11/12/seminar-pengembangan-radar-pasif-tahap-iii-iii.html
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

i never seen our Vera-NG radar operational , is this passive radar development part of Vera-NG purchasement with TOT agreement ??
 
SEMINAR PENGEMBANGAN RADAR PASIF TAHAP III-III

500x300-4.jpeg


Tuesday, 12 November 2019​

Jakarta, Selasa (12/11/2019). Puslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan menyelenggarakan seminar Litbang Pengembangan Radar Pasif Tahap III-III, yang dilaksanakan di Rupatama Lantai V Gedung Ir. H. Djuanda Kantor Balitbang Kemhan Jl. Jati No.1 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dengan tema “Melalui Litbang Radar Pasif Kita Tingkatkan Penguasaan Teknologi Software Radar Pertahanan Udara”. Seminar dihadiri oleh Sesbalitbang Kemhan Brigjen TNI Abdullah Sani, sekaligus membuka seminar mewakili Kabalitbang Kemhan, Kapuslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan Brigjen TNI Rosidin, M.Si (Han), M.Sc, Kapuslitbang Sumdahan Balitbang Kemhan Brigjen TNI Martono, para pejabat di lingkungan Balitbang Kemhan dan undangan. Sebagai narasumber dari LAPI ITB adalah Bapak Dr. Joko Suryana, Bapak Farianza Yahya Ali, Dip.Elec.Eng, B Comp & Info dan Bapak Ahmad Izzudin , ST., M,T. dan Peneliti Madya Puslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan Kolonel Lek Imam Taufik serta sebagai moderator Kolonel Lek Ir. Bambang Edhi Saputro, MT.

Kabalitbang Kemhan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sesbalitbang Kemhan mengatakan, bahwa seminar ini dilaksanakan pada hakekatnya untuk mendapatkan saran masukan, sehingga penguasaan pembuatan dan pengembangan teknologi Radar Pasif mendapatkan hasil yang optimal. Saat ini berkembang teknologi COTS ( Commercial Off The Self ) yang dapat digunakan untuk modifikasi. Teknologi software banyak diaplikasikan dalam litbang Radar Pasif.

Lebih lanjut Kabalitbang menjelaskan, dengan seminar ini diharapkan kita dapat pahami bersama teknologi software pada pengembangan Rada Pasif dan Radar Pertahanan Udara secara umum, sehingga kita dapat mengambil keputusan bagaimana pemanfaatan secara maksimal guna mendukung pencapaian kemandirian teknologi industri pertahanan dan memenuhi kebutuhan operasi TNI

Mengakhiri sambutannya, Kabalitbang Kemhan mengucapkan terima kasih kepada pembicara, moderator dan undangan yang telah meluangkan waktunya demi kepentingan bangsa dan negara. Kepada seluruh pendukung kegiatan dan panitia pelaksana seminar ini, kami ucapkan terima kasih atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya hingga sampai pada tingkat pelaksanaan seminar hari ini.

https://www.kemhan.go.id/balitbang/2019/11/12/seminar-pengembangan-radar-pasif-tahap-iii-iii.html
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

i never seen our Vera-NG radar operational , is this passive radar development part of Vera-NG purchasement with TOT agreement ??
I like this, Radar and Missiles. Those 2 things we have to master first, Indera MX4/RHAN122 is a good start. We are going to need alot of coastal def, ground to ground, anti air def, etc in the future. Put more R&D money on them pls :D
 
I like this, Radar and Missiles. Those 2 things we have to master first, Indera MX4/RHAN122 is a good start. We are going to need alot of coastal def, ground to ground, anti air def, etc in the future. Put more R&D money on them pls :D
im kinda anti coastal def idea , it's far more better to have dedicated naval strike fighter to do pre-emptive strike , and this strategy is well proven like HMS Sheffield and USS Stark incident .
 
TNI AU Jajaki Pembelian Pesawat Angkut Baru
Reporter:
Tempo.co
Editor:
Budi Riza
12 November 2019 16:51 WIB


888611_720.jpg

Pesawat A400M milik Angkatan Udara Inggris mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma pada Selasa, 12 November 2019. Budi R/Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Madya TNI Fahru Zaini, mengatakan lembaga TNI memiliki perencanaan strategis untuk membeli pesawat angkut berat untuk 2020 – 2024

pesawat angkut berat untuk 2020 – 2024
Ini akan dibahas dan diputuskan oleh Dewan Penentuan Pengadaan. Dewan ini akan membahas kebutuhan operasional dan spesifikasi teknis jenis pesawat angkut berat yang dibutuhkan.

“Kita akan lihat bujet kita di perencanaan strategis seperti apa,” kata Fahru Zaini kepada media seusai mendengarkan penjelasan dari manajemen Airbus di Bandara Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa, 12 November 2019.

Manajemen Airbus sedang menawarkan pesawat angkut kargo A400M milik Angkatan Udara Inggris ke pemerintah Indonesia. Pesawat ini tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada Selasa, 12 November 2019. Pesawat akan langsung berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia pada sore hari.

Menurut Fahru, AU mendapat sejumlah tawaran untuk membeli pesawat angkut seperti jenis Hercules, Antonov dan Ilyushin.

Soal pesawat A400M ini, Fahru mengatakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara sedang menjajaki kemungkinan membeli pesawat itu. Proses penjajakan antara kementerian BUMN dan manajemen Airbus sedang berlangsung.

Menurut dia, pesawat angkut berkapasitas besar dibutuhkan dalam program jembatan udara, yang menjadi program pemerintah. Pesawat itu akan mengangkut sejumlah kargo yang dibutuhkan di Indonesia bagian timur. Ini agar harga barang kebutuhan masyarakat di kawasan Indonesia bagian timur bisa sama dengan kawasan lain di Indonesia.

Jika pesawat ini jadi dibeli, TNI AU akan bertugas untuk mengoperasikannya. Bandara Halim Perdanakusuma juga akan menjadi pangkalan dari pesawat A400M ini.

TNI AU akan diuntungkan jika kementerian BUMN jadi membeli pesawat ini. Misalnya untuk mengangkut helikopter ke kawasan Indonesia timur secara langsung tanpa transit.

888618_720.jpg
Pesawat A400M milik Angkatan Udara Inggris mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma pada Selasa, 12 November 2019.Ini penampakan ruang kokpit. Budi R/Tempo

Menurut Komandan Sayap Royal Air Force Inggris, Ed Horne, yang ikut memberikan penjelasan singkat di lokasi, pesawat ini memilik kelebihan dibandingkan pesawat angkut C 130 Hercules.

“Bisa terbang lebih jauh dua kali dengan membawa kargo dua kali lebih banyak,” kata Ed Horne. Menurut dia, pesawat A400M milik AU Inggris ikut membantu memberikan bantuan bagi korban gempa bumi dan tsunami di Palu pada 2018.

Horne juga mengatakan pesawat ini memiliki kemampuan untuk lepas landas dari landasan pendek sekitar 800 meter – 1 kilometer. Ini terbukti saat kru A400M melakukan bantuan kemanusiaan di kawasan Karibia, yang diterpa badai.


Menurut Kepala Pertahanan dan Antariksa Airbus Asia – Pasifik, John Pelissier, dia belum bisa mengungkap mengenai harga per unit pesawat A400M yang sedang ditawarkan kepada pemerintah Indonesia.

888615_720.jpg
Pesawat A400M milik Angkatan Udara Inggris mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma pada Selasa, 12 November 2019. Ini tampak belakang. Budi R/Tempo

Namun, Pelissier mengatakan ada skema pembiayaan yang disiapkan oleh Airbus jika pemerintah Indonesia berminat untuk membeli pesawat ini.

Media Aviation Week melansir pemerintah Malaysia membeli 4 unit pesawat A400M ini pada 2005 dan menerima penyerahan pertama pada 2015. Mengutip seorang pejabat Malaysia, harga keempat pesawat itu disebut sekitar US$740 juta atau sekitar Rp10.4 triliun atau sekitar Rp2.6 triliun per unit.
 
that's why I actually don't suggest the korkut to be the next SPAAG, since turks are in big trouble currently, but if Indonesia wants to get some trouble yeah just pick korkut, but if they want alternative to western they should pick the SK version i Believe its k21 chassis (cmiiw)

speaking about ROTC, i hope they really implement it like USA but i dont think anytime soon indo could follow US steps u know like a bit widening the qualifications or requirements and simplify them like glass wearers are allowed, make a recruitment office, create JROTC, and then using contract system like US, so u could go reenlist or get your dd214 when your enlistment/contract done, and then you know for enlisted they give them GI Bills or anything that could help. and basically Officer or anything could go as a Field Officer or Grunt, basically copy the US but tried to sort things that appropriate for the Indonesia, but that's my suggestion. i still wanted to try the last attempt to join the Military Academy, 1st one was bad. doesnt made in panda. 2nd one was better but worse, doesnt made in panpus and this is the 3rd time tho, and im like 20 now. i have a minus on my right eye but i dont know how many and i have operation Scar on my back and neck, but still if i wasn't succeded either I'll join OCS later or either not joining armed forces

I still have some likely bingung
If someone join cadangan, amd he is not in service so he is a military or civilian? Can he have vote?
Just curious abt this.

Semangat gan buat akmilnya
 
New from connie
i agree with her, the best defence are offence, pre emptive strike harus masuk dalam kebijakan pertahanan indonesia, jangan ampe nunggu musuh masuk dan mendarat, harus jelas juga siapa ancaman, entah threat from the north or from the south
 
C-130-TNI-AU.jpg
Istimewa
TNI AU Sudah Mampu Laksanakan Perawatan Berat Propeler Pesawat C-130 Hercules

Posted on November 13, 2019 by Roni Sontani
AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) kini sudah mampu melaksanakan perawatan berat (overhaul) propeler pesawat C-130 Hercules. Dengan kemampuan ini, perawatan berat baling-baling pesawat Hercules tak perlu lagi dilaksanakan di luar negeri.

Hal ini terungkap dalam kunjungan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna ke Bengkel Perawatan Propeler Satuan Pemeliharaan (Sathar) 13, Depo Pemeliharaan (Depohar) 10, Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau) di Bandung, Selasa (12/11).

Perawatan berat propeler pesawat C-130 dilaksanakan setiap melewati penggunaan selama 5.000 jam terbang.

KSAU dalam kunjungannya ke Sathar 13 didampingi oleh Komandan Koharmatau Marsda TNI Dento Priyono. Ia mendapatkan penjelasan dari Komandan Sathar 13 Letkol Tek Wawan Darmawan.

Koharmat_7.jpeg

Koharmatau
KSAU menyatakan kepuasannya dan memberikan apresiasi atas prestasi yang telah dicapai oleh Sathar 13, Depohar 10, Koharmatau ini. Ia berharap, kinerja seperti ini dapat dilakukan juga oleh satuan lain di luar Koharmatau.

Untuk diketahui, kemampuan overhaul propeler C-130 diraih oleh Koharmatau pada 2018. Kemampuan diraih secara bertahap melalui program bantuan dari pemerintah Amerika Serikat.

Koharmat_71.jpeg

Koharmatau
Mengutip siaran pemberitaan Koharmatau, program kerja sama antara TNI AU dengan Amerika ini pada awalnya hanya diperuntukan pada pemeliharaan propeler pesawat C-130 Hercules dan dibagi dalam beberapa fase.

Fase I dilaksanakan dari 2011 hingga 2013 dengan materi seperti bongkar-pasang (assembly-disassembly) propeler, perbaikan tingkat ringan hingga sedang (repair dan trouble shooting) komponen propeler, pengujian propeler, serta pengadaan peralatan untuk mendukung pemeliharaan tersebut.

Koharmat_2.jpeg

Koharmatau
Fase II dilaksanakan dari 2013 hingga 2016, yaitu pengembangan kemampuan Bengkel Propeler hingga tahap pemeliharaan tingkat berat (overhaul) komponen propeler di luar komponen blade dan barrel, dan pengadaan peralatan untuk pemeliharaan terkait.

Kemudian pada Fase III Koharmatau melakukan pengadaan Propeller Repair Shop (PRS) secara swadaya dikarenakan program kerja sama dengan Amerika Serikat tidak meliputi seluruh materi pemeliharaan tingkat berart propeler C-130.

KSAU mengatakan, pencapaian prestasi yang kesekian kali diraih oleh Koharmatau ini membuktikan bahwa profesionalitas, militansi, dan inovasi anggota Koharmatau tidak perlu diragukan lagi.

Koharmat_3.jpeg

Koharmatau
Sebelumnya, Koharmatau telah menorehkan prestasi lain yaitu perbaikan simulator pesawat Hawk 209 di Lanud Roesmin Nurjadin. Perbaikan dilakukan oleh Depohar 20, 40, dan 70.

Roni Sontani
 
f-16v.-lockheed-martin.jpg

INDONESIA
KASAU: SAAT INI TINGGAL DUA KONTRAK LAGI YANG HARUS DISELESAIKAN
12 NOVEMBER 2019 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, pencapaian alutsista saat ini baru 42 persen. Modernisasi alutsista TNI AU akan terus dilakukan hingga mencapai target 100 persen pada 2024 nanti.

“Saat ini tinggal dua kontrak lagi yang harus diselesaikan dan mudah-mudahan dalam dua bulan ini bisa selesai. Jika sudah selesai, selanjutnya kami tinggal menunggu kedatangan alutsista,” ujarnya seusai penutupan pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) Angkatan ke-56 di Lembang, Selasa 12 November 2019, sebagaimana dilansir dari laman Pikiran Rakyat (12/ 11/ 2019).

Yuyu mengungkapkan, pencapaian alutsista mengacu pada kekuatan pokok minimum (minimum essential force/ MEF) yang disusun dalam rencana strategis. Di akhir Renstra ketiga ini, MEF baru tercapai sekitar 42 persen karena terkendala berbagai hal, di antaranya regulasi dan teknologi.

Meski demikian, dia optimistis alutsista akan terpenuhi sesuai dengan target pada 2024 nanti. Setelah kontrak selesai, tinggal menunggu kedatangan alutsista secara bertahap.

“Pada 2020 akhir, kami harap alutsista sudah berdatangan dan bisa tuntas pada 2024. Sebab kan butuh proses dari beberapa bulan sampai tahunan setelah kontrak, baru datang. Contoh, pesawat Hercules itu baru datang tiga tahun setelah kontrak,” katanya.

Seiring dengan modernisasi alutsista, lanjut Yuyu, pihaknya juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Di antaranya, melalui pendidikan di Seskoau, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Pada Penutupan Pendidikan Seskoau Angkatan ke-56 kemarin, KSAU melantik 132 perwira menengah. Mereka terdiri atas 121 TNI AU (termasuk 8 Wanita Angkatan Udara), 2 TNI AD, 2 TNI AL, dan 7 perwira dari negara sahabat, yakni Australia, India, Korea Selatan, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, dan Singapura.

Perwira dengan predikat lulus terbaik dan penulis karya tulis perorangan terbaik diraih Mayor Pnb Made Yogi Indra Prabowo. Sementara penulis karya tulis perorangan terbaik dari negara sahabat diraih Major Shaw Goh Wei Wuan dari Singapura.

“Semua siswa yang mengikuti pendidikan tahun ini lulus semuanya dengan predikat memuaskan. Secara keseluruhan, ada peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” kata Yuyu.

Photo: F-16V. (Lockheed Martin)

Editor: (D.E.S)
2 more contracts for this year (MEF II)? What are those? Sukhoi & Hercules?
 
I still have some likely bingung
If someone join cadangan, amd he is not in service so he is a military or civilian? Can he have vote?
Just curious abt this.

Semangat gan buat akmilnya

Tbh I've also kinda confused, but for Us military I've kinda understand a little bit, for ROTC graduate it depends where they're going to serve but mostly afaik they'll ended up being an active duty members, but for reserves members sometimes they also sent to deployment even though national guard and reserves are almost the same even though its different. but I've kinda confused with komponen cadangan in indo armed forces, who's the reserve unit? KODAM kh atau apakah? but as we can tell from kemhan statement he want to copy US so it was right 80% active duty or officer came from OCS and ROTC and 20% came from academy, it's seems that we also lack of service member especially officer (cmiiw) btw thx bro for the bless
 
Back
Top Bottom