What's new

Indonesia Defence Forum

It's the MendikBud and MenKomInfo that bother me a lot
Yeah Jokowi say there will be Menteri digital ekonomi, I'm really optimistic when nadiem resign from gojek i thought he will fill that spot, unfortunately he don't. I mean Mendikbud, nadiem? Wtf

Also is this true? Don't even make sense cause anggaran modernisasi alutsista 2019 aja dapet 75 T http://defense-studies.blogspot.com/2018/10/belanja-alutsista-tahun-2019-mencapai.html?m=1
IMG_20191023_160952_913.jpg
 
Also is this true? Don't even make sense cause anggaran modernisasi alutsista 2019 aja dapet 75 T http://defense-studies.blogspot.com/2018/10/belanja-alutsista-tahun-2019-mencapai.html?m=1
View attachment 585615

From the latest news Prabowo haven't receive the official handover of Department of Defence from mr. RR because he went straight home due to the lack of sleeping in the previous days (completely understandable).

TBH I kinda hoping that Prabowo will bring his business acumen into Department of Defense to encourage our Military Industrial Complex to become more like US MIC in which they also selling their defense derivative products into commercial market (industrial products & components)
 
Pekerjaan Rumah Sudah Menanti Menhan Baru

23 Oktober 2019


Pencapaian 3 Menhan periode sebelumnya yang telah dinilai sukses (graphic : Defense Studies)

Ini 3 PR Besar Prabowo sebagai Menhan

Jakarta - Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Menteri Pertahanan periode 2019-2024. Eks Danjen Kopassus itu punya tiga pekerjaan rumah (PR) sebagai menhan.

Anggota Fraksi Golkar yang kembali bertugas di Komisi I DPR, Meutya Hafid, mengungkap tugas-tugas bagi Prabowo itu.

Pertama, Prabowo harus segera memenuhi Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minum yang merupakan proses untuk modernisasi alat utama sistem pertahanan (alusista) Indonesia.

"Target MEF alutsista Indonesia 100 persen tahun 2024 merupakan tugas utama Pak Prabowo. Hingga tahun 2019, MEF sudah mencapai progress 74 persen. Pemenuhan MEF 100 persen penting karena untuk memenuhi syarat minimal angkatan bersenjata kita bisa bertempur dan agar pertahanan Indonesia mempunyai efek deterrent," ujar Meutya kepada wartawan, Rabu (23/10/2019).

MEF sendiri dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada 2017 dan dibagi menjadi tiga rencana strategis (renstra) hingga 2024.

Kemudian PR Prabowo kedua, kata Meutya, soal fokus terhadap industri pertahanan nasional.

"Industri pertahanan dalam negeri harus dikembangkan sehingga negara mampu memproduksi sendiri alutsista tanpa bergantung atau bahkan dikontrol negara lain. Bahkan ide pembentukan holding National Defense and Hightech Industries (NDHI) sudah ada, tinggal kita bahas bersama," ucapnya.

Pekerjaan besar ketiga Prabowo, menurut Meutya, adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan personel TNI.

Apalagi pada HUT TNI lalu, Presiden Jokowi juga sudah berjanji akan meningkatkan tunjangan bagi personel TNI hingga 80 persen pada 2020.

"DPR bersama Kemhan (Kementerian Pertahanan) sudah setuju untuk memberikan bantuan kredit perumahan bagi anggota TNI. Tentu kami harapkan kesejahteraan anggota TNI akan meningkat setiap tahunnya," kata Meutya.

"Selama ini DPR selalu mendukung berbagai langkah Menhan, di bidang legislasi pada akhir periode lalu kami mengesahkan UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PSDN) yang diajukan Kemhan, bahkan Kemhan tahun anggaran 2020 mendapatkan alokasi anggaran Rp 127,4 Triliun atau yang terbesar dari seluruh kementerian lain. Harapan kami ke depan Menhan dapat bekerja sama dengan baik bersama DPR RI dalam mewujudkan semangat Pertahanan Nasional yang solid," tambah politikus Golkar tersebut.

Terlepas dari itu, Meutya Hafid memberikan selamat atas pelantikan Prabowo sebagai Menhan. Ia menyebut DPR optimis dengan penunjukan Ketum Gerindra itu oleh Jokowi untuk menangani bidang pertahanan.

"Penunjukan Prabowo Subanto sebagai Menhan menjadi kesempatan untuk merealisasikan ide pertahanan Indonesia yang kuat di darat, laut, udara, dan cyber. Beliau kan paham betul masalah pertahanan, jadi kita optimis," sebut Meutya.

Seperti diketahui, Prabowo resmi bergabung dengan kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. Ia menegaskan siap langsung bekerja.

"Baru saja kita selesaikan semua rangkaian pelantikan intinya kita akan segera bekerja," ungkap Prabowo seusai pelantikan Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (23/10). (Detik)


Pencapaian Minimum Essential Force hingga akhir tahun 2018 (graphic : defence.pk)

Jika Prabowo Jadi Menhan, Pengamat: Wajah Pertahanan Lebih Gahar

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Indobarometer, Muhammad Qodari menilai penempatan Prabowo Subianto sebagai calon Menteri Pertahanan (Menhan) di Kabinet Kerja Jilid II oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi adalah pilihan yang sangat tepat.

"Prabowo pilihan yang sangat tepat. Saya kira enggak ada yang meragukan kalau Prabowo jadi Menhan. Dia pakarnya. Kita menunggu apakah ide gagasan Macan Asia Prabowo akan kita lihat dalam tataran kedaulatan pertahanan," kata Qodari kepada Tempo pada Selasa, 22 Oktober 2019.

Qodari menilai, Prabowo adalah sosok yang sangat kompeten menjadi Menhan karena memiliki latar belakang jenderal militer. Menurutnya, masyarakat Indonesia akan menyaksikan ide dan gagasan kedulatan pertahanan yang selama ini digembar-gemborkan Prabowo.

Ke depan, dia juga memprediksi wajah pertahanan Indonesia akan lebih gahar dan high profile seperti yang sudah dilakukan Prabowo ketika menjadi Komandan Jenderal Kopasus.

"Disitu menariknya. Gimana seorang jenderal militer, rising star pada masanya dan high profile akan mengimplementasikan ide dan gagasan pada tataran operasional," ujarnya.

Ketika ditanya mengenai adanya dugaan Prabowo terlibat pelanggaran HAM berat masa lalu, Qodari menilai pada tataran saat ini, hukum positif lah yang berlaku. Hal ini dikarenakan Prabowo, maupun Wiranto sekalipun, tidak menjadi terpidana dan tak terhambat aturan perundang-undangan.

"Maka kemudian, kecenderungannya ya jalan terus. Apalagi ada dinamika dan kalkulasi politik pada masa itu, dan di masa yang akan datang," katanya.

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto kemarin datang ke Istana Negara. Ia mengatakan akan membantu di Kabinet Kerja Jilid II.

Prabowo juga spesifik menyebut dia diminta membantu di bidang pertahanan. "Saya diizinkan untuk menyampaikan membantu beliau di bidang pertahanan," ujar Prabowo di Istana Negara pada Senin, 21 Oktober 2019.

Prabowo mengatakan telah mendapatkan arahan dari Jokowi. "Tadi beliau memberikan arahan, saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan," ujar Prabowo.

(Tempo)
 
From the latest news Prabowo haven't receive the official handover of Department of Defence from mr. RR because he went straight home due to the lack of sleeping in the previous days (completely understandable).

TBH I kinda hoping that Prabowo will bring his business acumen into Department of Defense to encourage our Military Industrial Complex to become more like US MIC in which they also selling their defense derivative products into commercial market (industrial products & components)
There is one issue about him that I am worried. The Ratna Sarumpaet issue; He heard things from his first tier loyal men but turned out to be a lie. This is very dangerous way of manage things, its not easy but if you place your self too far from "the ground" you have to be surrounded by people who you can trust and have the capacity/capability to help you see the clear pictures of whats going on down there.

As far as his business acumen, well he is not a businessman for a start. Like most of pejabat turned to businessman from orba era those businesses came on a silver plate. He got someone doing the work for him so dont get your hope too high.

His upside is his intellegence skills and network, from domestic connection and foreign one in some extent. This is where things going to be interesting to see. Time will tell, but one thing I do like about him is his loyality to even his bawahan. No man got left behind is his kinda thing so lets see how he does in next couple of months.

It's the MendikBud and MenKomInfo that bother me a lot
The way I see it is Jokowi aiming to his managerial skills. One of the downside of most of kementrian is how things just dont work eventho decission has been made. Those bureaucracy can even diver the implementation into abysmal. Being pengusaha who started a unique type of company into today size require great managerial and structural skill, and he has it. I see my self how his company struglle even with their own simple financial administration, accounting reporting issues, customer service, etc. But the innovation just never stop, his company created system that can take care both internal and external related reporting problems in one solution. Simply brilliant and persistance I might say.

Being an enterpreneur oftenly can see how or what the market really need, today quality of our workers is not good. SMK for instance; the graduate find it hard to get the job, and the company is reluctant to have them due to their skill/ability not mach the requirement. Older generations eventho with Professor title in their name most likely raised with older teaching method, and being "akademisi" often they got lost on the reality down there. So instead of doing it with "book smart" guy (like we used to in decades) perhaps Jokowi trying to look for the "street smart" guy. Again only time will tell.
 
Now dikti under mendikbud again. What i dont like that who is he in menkominfo. Why not makarim in menkominfo?

Tut wuri handayani

Nadiem as Menkominfo may bring clash of interest as Gojek business activity is supervised under Kominfo. Why Johnny G. Plate? President needs a loyalist in control of Kominfo helmets to help retain positive images and blocking every bad informations related to Goverment. Remember Kominfo have this thing called "Cyber Drone" for me it's merely govt tools to protect their interest from Cyber movements in social media.
 
fa-50-demo-flight-photo-by-rokaf.jpg

GLOBAL
POTENSI PENJUALAN FA-50 DI INDONESIA, MALAYSIA, FILIPINA, ARGENTINA DAN BOTSWANA
23 OKTOBER 2019 DIANEKO_LC 1 KOMENTAR
Korea Aerospace Industries (KAI) terus berusaha menjual FA-50 di pasar jet latih/ serang ringan setelah mengalami kerugian dalam kompetisi T-X Amerika Serikat.

Sang Choi adalah wakil presiden eksekutif dan manajer umum divisi bisnis KAI. Dia adalah seorang veteran dalam penjualan luar negeri perusahaan untuk jet latih T-50 dan varian serang ringan FA-50. Dalam gelaran Seoul ADEX baru-baru ini, dia menyempatkan diri berbicara dengan FlightGlobal (22/ 10/ 2019).

Potensi Penjualan FA-50 di Indonesia dan Filipina

Meskipun T-50 dan FA-50 telah diadopsi secara luas oleh Angkatan Udara Republik Korea (RoKAF), dan telah memenangkan penjualan di Filipina, Indonesia, Thailand, serta Irak, ambisi utama program ini adalah kompetisi TX Angkatan Udara AS untuk mengganti Northrop T-38.

Lockheed adalah pemeran utama dalam kontrak, dimana varian yang ditunjuk yaitu T-50A, tetapi akhirnya kesepakatan itu pergi ke tim Boeing/ Saab pada bulan September 2018.

“Saya tidak bisa mengatakan [kehilangan T-X] tidak memiliki dampak, tetapi bisnis selalu naik turun,” kata Choi.

“Kehilangan T-X hanyalah satu dari banyak program. Tugas saya adalah mendorong orang-orang saya untuk terus maju dan kami fokus pada FA-50. Kami sedang berbicara dengan Indonesia, Filipina, Argentina dan Botswana. “

Indonesia dan Filipina akan mewakili pembelian lanjutan. Jakarta mengoperasikan 15 T-50I dalam peran latih – Indonesia memiliki 16, tetapi satu jatuh pada tahun 2015. Choi mengatakan jumlahnya tidak jelas, tetapi FA-50 berpotensi menggantikan 15 unit F-5 E/F Tiger Jakarta.

Dengan Filipina, KAI berpotensi untuk menghasilan kesepakatan 12 unit FA-50, menambah 12 contoh yang ada, tetapi Manila menginginkan beberapa pembaruan sebelum membuat keputusan. Ini termasuk integrasi dari Lockheed Martin Sniper Advanced Targeting Pod, kemampuan bom berpemandu laser, dan kemampuan untuk membawa tangki bahan bakar 300 galon di sayap, menggandakan kapasitas tangki yang ada.

Integrasi pod sniper kemungkinan dilaksanakan pada akhir tahun 2020, kata Choi.

fa-50-rokaf-greg-waldron.jpg

FA-50 RoKAF (Greg Waldron)
Potensi Penjualan FA-50 di Argentina

Choi juga yakin akan prospek FA-50 di Argentina, terkait akuisisi delapan pesawat.

“Pemerintah Argentina telah membuat keputusan untuk membeli delapan FA-50, dan kami telah melakukan beberapa diskusi serius dengan mereka untuk menyelesaikan konfigurasi, harga, dan syarat dan ketentuan,” kata Choi. “Partisipasi industri sangat penting, jadi kami telah berbicara dengan mereka.”

KAI perlu menyediakan pembiayaan untuk kesepakatan dengan Argentina, dan telah bekerja sama dengan perbankan Ekspor-Impor Korea Selatan dalam masalah ini. Penjualan itu, bagaimanapun, menunggu kesimpulan dari pemilihan umum negara itu pada tanggal 27 Oktober.

Potensi Penjualan FA-50 di Botswana

Kesepakatan Botswana juga menunggu hasil pemilihan umum pada 23 Oktober, dengan potensi penjualan 12 unit pesawat. Saab juga telah menyatakan minatnya dalam kesepakatan ini dengan Gripen C / D.

“Mereka telah mencari beberapa alternatif seperti [Gripen] tapi saya yakin mereka akan kembali ke FA-50. Kami akan melibatkan kembali Botswana kapan saja, tepat setelah pemilihan. “

Choi menambahkan bahwa Irak, yang telah menerima 22 unit T-50IQ dari total 24, belum menyatakan tertarik pada contoh tambahan. “Mereka mencoba mengatur kemampuan angkatan udara mereka sendiri. Sementara itu, kami fokus pada dukungan aftermarket.

fa-50-with-additional-pod-and-amraam-edward.jpg

FA-50 with additional pod and AMRAAM (Edward)
Pelanggan Potensial Lain

Choi menambahkan bahwa ada pelanggan potensial lain yang melihat FA-50. “Agak terlalu dini untuk mengekspos nama mereka,” katanya.

Pembaruan jangka panjang lainnya yang direncanakan untuk FA-50 termasuk penambahan beyond visual range missile, meskipun Choi tidak menentukan senjata, serta potensi penambahan kemampuan pengisian bahan bakar udara-ke-udara pada tahun 2025.

Mengenai apakah FA-50 akan menerima radar active electronically scanned array (AESA), Choi mengatakan ini sangat tergantung pada permintaan pelanggan. RoKAF tidak memerlukan peningkatan ini.

“Itu bukan keputusan yang sederhana,” katanya. “Kita perlu tahu berapa banyak pelanggan di masa depan yang mencari AESA… beberapa pelanggan mencari AESA, tetapi ada juga yang tidak. Juga mungkin ada masalah lisensi ekspor. Ini keputusan yang rumit. Jika pasar memanggil, maka kami akan melakukannya. “

the-rokafs-black-eagle-display-team-operates-the-t-50b-greg-waldron.jpg

The RoKAF’s Black Eagle display team operates the T-50B (Greg Waldron)
Potensi Penjualan FA-50 di Malaysia

Kesepakatan potensial lainnya adalah kompetisi Light Combat Aircraft Malaysia, yang membutuhkan 12 unit jet latih dan 24 unit jet serang ringan. Persyaratan ini telah menarik beraneka ragam pesaing, termasuk Chengdu/ Pakistan Aeronautical Complex JF-17 dan Hindustan Aeronautics Tejas Light Combat Aircraft.

Choi menambahkan bahwa KAI dan sektor pertahanan Korea Selatan mendapat dukungan dari Seoul karena berfungsi untuk menjual pesawat terbang ke luar negeri.

“Pemerintah memberi banyak perhatian pada industri dirgantara dan berusaha mendukungnya,” katanya.

“Setiap kali pejabat pemerintah berbicara dengan teman-teman internasional, mereka berbicara tentang peralatan dan sistem senjata Korea. Dengan dukungan mereka, saya yakin semuanya akan berjalan baik, ” pungkasnya.

Photo: FA-50 Demo Flight Photo By ROKAF

Editor: (D.E.S)

I think its a no for us tho cause we're getting su 35 (or F15/35 for alternative?) For F-5 replacer and F16V for MRF and F16V have the biggest probability to fill our new sq MRF need
 
upload_2019-10-24_17-13-22.png

@Cromwell
about the CMS in the past , if the newer changbogo really equipped with sokor made Hanwha naval shied CMS , then indonesia should also buy their C-Star SSM , so our submarine can really have Antiship missile and cruise missile capability .
 
I think its a no for us tho cause we're getting su 35 (or F15/35 for alternative?) For F-5 replacer and F16V for MRF and F16V have the biggest probability to fill our new sq MRF need
F5 replacement should be air superiority, but govt might use it as a "political statement" reason to avoid arm race in the region. But today's fighters have the tendency for multirole thus eliminating or at the very least closen the gap between air superiority and striker/bomber/ground attack (I havent seen any air superiority fighters being develop worlwide anymore). With the today's threat shifting more to asymetric warfare the role of air superiority have been questioned, modified or looked again every where. Idk how our AU going to do with their heavy/medium/light fighters concept but prolly its going to be based on range and maritime strike capability. As for F50/T50i, it was meant to replace hawk mk 53 afaik, whether they going to get more to replace hawk 100 Im not sure but it sounds logic if they do so. I think how they (AU) going to rework the doctrine/concept would depend on how the IFX perform later on. The 48 IFX Fighters we ought to purchase (if the deals go thru & the numbers dont change) as in the contract should at least modified their Fighters posture to accomodate it.
 
fa-50-demo-flight-photo-by-rokaf.jpg

GLOBAL
POTENSI PENJUALAN FA-50 DI INDONESIA, MALAYSIA, FILIPINA, ARGENTINA DAN BOTSWANA
23 OKTOBER 2019 DIANEKO_LC 1 KOMENTAR
Korea Aerospace Industries (KAI) terus berusaha menjual FA-50 di pasar jet latih/ serang ringan setelah mengalami kerugian dalam kompetisi T-X Amerika Serikat.

Sang Choi adalah wakil presiden eksekutif dan manajer umum divisi bisnis KAI. Dia adalah seorang veteran dalam penjualan luar negeri perusahaan untuk jet latih T-50 dan varian serang ringan FA-50. Dalam gelaran Seoul ADEX baru-baru ini, dia menyempatkan diri berbicara dengan FlightGlobal (22/ 10/ 2019).

Potensi Penjualan FA-50 di Indonesia dan Filipina

Meskipun T-50 dan FA-50 telah diadopsi secara luas oleh Angkatan Udara Republik Korea (RoKAF), dan telah memenangkan penjualan di Filipina, Indonesia, Thailand, serta Irak, ambisi utama program ini adalah kompetisi TX Angkatan Udara AS untuk mengganti Northrop T-38.

Lockheed adalah pemeran utama dalam kontrak, dimana varian yang ditunjuk yaitu T-50A, tetapi akhirnya kesepakatan itu pergi ke tim Boeing/ Saab pada bulan September 2018.

“Saya tidak bisa mengatakan [kehilangan T-X] tidak memiliki dampak, tetapi bisnis selalu naik turun,” kata Choi.

“Kehilangan T-X hanyalah satu dari banyak program. Tugas saya adalah mendorong orang-orang saya untuk terus maju dan kami fokus pada FA-50. Kami sedang berbicara dengan Indonesia, Filipina, Argentina dan Botswana. “

Indonesia dan Filipina akan mewakili pembelian lanjutan. Jakarta mengoperasikan 15 T-50I dalam peran latih – Indonesia memiliki 16, tetapi satu jatuh pada tahun 2015. Choi mengatakan jumlahnya tidak jelas, tetapi FA-50 berpotensi menggantikan 15 unit F-5 E/F Tiger Jakarta.

Dengan Filipina, KAI berpotensi untuk menghasilan kesepakatan 12 unit FA-50, menambah 12 contoh yang ada, tetapi Manila menginginkan beberapa pembaruan sebelum membuat keputusan. Ini termasuk integrasi dari Lockheed Martin Sniper Advanced Targeting Pod, kemampuan bom berpemandu laser, dan kemampuan untuk membawa tangki bahan bakar 300 galon di sayap, menggandakan kapasitas tangki yang ada.

Integrasi pod sniper kemungkinan dilaksanakan pada akhir tahun 2020, kata Choi.

fa-50-rokaf-greg-waldron.jpg

FA-50 RoKAF (Greg Waldron)
Potensi Penjualan FA-50 di Argentina

Choi juga yakin akan prospek FA-50 di Argentina, terkait akuisisi delapan pesawat.

“Pemerintah Argentina telah membuat keputusan untuk membeli delapan FA-50, dan kami telah melakukan beberapa diskusi serius dengan mereka untuk menyelesaikan konfigurasi, harga, dan syarat dan ketentuan,” kata Choi. “Partisipasi industri sangat penting, jadi kami telah berbicara dengan mereka.”

KAI perlu menyediakan pembiayaan untuk kesepakatan dengan Argentina, dan telah bekerja sama dengan perbankan Ekspor-Impor Korea Selatan dalam masalah ini. Penjualan itu, bagaimanapun, menunggu kesimpulan dari pemilihan umum negara itu pada tanggal 27 Oktober.

Potensi Penjualan FA-50 di Botswana

Kesepakatan Botswana juga menunggu hasil pemilihan umum pada 23 Oktober, dengan potensi penjualan 12 unit pesawat. Saab juga telah menyatakan minatnya dalam kesepakatan ini dengan Gripen C / D.

“Mereka telah mencari beberapa alternatif seperti [Gripen] tapi saya yakin mereka akan kembali ke FA-50. Kami akan melibatkan kembali Botswana kapan saja, tepat setelah pemilihan. “

Choi menambahkan bahwa Irak, yang telah menerima 22 unit T-50IQ dari total 24, belum menyatakan tertarik pada contoh tambahan. “Mereka mencoba mengatur kemampuan angkatan udara mereka sendiri. Sementara itu, kami fokus pada dukungan aftermarket.

fa-50-with-additional-pod-and-amraam-edward.jpg

FA-50 with additional pod and AMRAAM (Edward)
Pelanggan Potensial Lain

Choi menambahkan bahwa ada pelanggan potensial lain yang melihat FA-50. “Agak terlalu dini untuk mengekspos nama mereka,” katanya.

Pembaruan jangka panjang lainnya yang direncanakan untuk FA-50 termasuk penambahan beyond visual range missile, meskipun Choi tidak menentukan senjata, serta potensi penambahan kemampuan pengisian bahan bakar udara-ke-udara pada tahun 2025.

Mengenai apakah FA-50 akan menerima radar active electronically scanned array (AESA), Choi mengatakan ini sangat tergantung pada permintaan pelanggan. RoKAF tidak memerlukan peningkatan ini.

“Itu bukan keputusan yang sederhana,” katanya. “Kita perlu tahu berapa banyak pelanggan di masa depan yang mencari AESA… beberapa pelanggan mencari AESA, tetapi ada juga yang tidak. Juga mungkin ada masalah lisensi ekspor. Ini keputusan yang rumit. Jika pasar memanggil, maka kami akan melakukannya. “

the-rokafs-black-eagle-display-team-operates-the-t-50b-greg-waldron.jpg

The RoKAF’s Black Eagle display team operates the T-50B (Greg Waldron)
Potensi Penjualan FA-50 di Malaysia

Kesepakatan potensial lainnya adalah kompetisi Light Combat Aircraft Malaysia, yang membutuhkan 12 unit jet latih dan 24 unit jet serang ringan. Persyaratan ini telah menarik beraneka ragam pesaing, termasuk Chengdu/ Pakistan Aeronautical Complex JF-17 dan Hindustan Aeronautics Tejas Light Combat Aircraft.

Choi menambahkan bahwa KAI dan sektor pertahanan Korea Selatan mendapat dukungan dari Seoul karena berfungsi untuk menjual pesawat terbang ke luar negeri.

“Pemerintah memberi banyak perhatian pada industri dirgantara dan berusaha mendukungnya,” katanya.

“Setiap kali pejabat pemerintah berbicara dengan teman-teman internasional, mereka berbicara tentang peralatan dan sistem senjata Korea. Dengan dukungan mereka, saya yakin semuanya akan berjalan baik, ” pungkasnya.

Photo: FA-50 Demo Flight Photo By ROKAF

Editor: (D.E.S)

I think its a no for us tho cause we're getting su 35 (or F15/35 for alternative?) For F-5 replacer and F16V for MRF and F16V have the biggest probability to fill our new sq MRF need
FA-50 can be a good hawk replacement , especially the heavily upgraded version .
 
http://defense-studies.blogspot.com/2019/10/indonesia-seeks-c-130j-deals-with-us.html
Indonesia Seeks C-130J Deals with US

24 Oktober 2019



The Indonesian Air Force has identified a requirement to procure Lockheed Martin C-130J Hercules transport aircraft (pictured) (photo : Roy C)

Indonesia is looking to secure deals with the United States government to procure Lockheed Martin C-130J Hercules transport aircraft and to facilitate industrial co-operation in relation to the platform, the Indonesian Ministry of Defence (MoD) has stated.

The MoD said in a press release that it had advanced both topics in meetings in Jakarta on 22 October between the MoD's secretary general Agus Setiadji and the US' acting deputy assistant secretary of defence for South and Southeast Asia, Christopher Johnston.

"The meeting discussed defence industry co-operation, particularly in the procurement of the C130J Hercules," said the MoD. "In addition, the [MoD] hopes that in the future the US can help accelerate the process of procuring the C130J Hercules."

Jane's understands that Lockheed Martin responded to a request for information issued by the MoD in mid-2018 in support of a plan to procure transport aircraft for the Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara: TNI-AU).

Air Commodore Novyan Samyoga, the chief of information in the TNI-AU, had previously confirmed to Jane's that the service has identified the platform as a priority procurement given the age of some of the service's existing transport aircraft. In the first phase of the procurement, the TNI-AU is expected to procure five platforms if sufficient funding is available.

The TNI-AU currently operates about 20 legacy C-130 models, with some dating back to the 1960s.

In late 2018 Richard Johnston, Lockheed Martin's director for international business development within the corporation's air mobility and maritime missions unit, told Jane's that the US corporation is engaged with the TNI-AU about the requirement through a planned "roadmap".

(Jane's)
 
http://defense-studies.blogspot.com/2019/10/indonesia-seeks-c-130j-deals-with-us.html
Indonesia Seeks C-130J Deals with US

24 Oktober 2019



The Indonesian Air Force has identified a requirement to procure Lockheed Martin C-130J Hercules transport aircraft (pictured) (photo : Roy C)

Indonesia is looking to secure deals with the United States government to procure Lockheed Martin C-130J Hercules transport aircraft and to facilitate industrial co-operation in relation to the platform, the Indonesian Ministry of Defence (MoD) has stated.

The MoD said in a press release that it had advanced both topics in meetings in Jakarta on 22 October between the MoD's secretary general Agus Setiadji and the US' acting deputy assistant secretary of defence for South and Southeast Asia, Christopher Johnston.

"The meeting discussed defence industry co-operation, particularly in the procurement of the C130J Hercules," said the MoD. "In addition, the [MoD] hopes that in the future the US can help accelerate the process of procuring the C130J Hercules."

Jane's understands that Lockheed Martin responded to a request for information issued by the MoD in mid-2018 in support of a plan to procure transport aircraft for the Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara: TNI-AU).

Air Commodore Novyan Samyoga, the chief of information in the TNI-AU, had previously confirmed to Jane's that the service has identified the platform as a priority procurement given the age of some of the service's existing transport aircraft. In the first phase of the procurement, the TNI-AU is expected to procure five platforms if sufficient funding is available.

The TNI-AU currently operates about 20 legacy C-130 models, with some dating back to the 1960s.

In late 2018 Richard Johnston, Lockheed Martin's director for international business development within the corporation's air mobility and maritime missions unit, told Jane's that the US corporation is engaged with the TNI-AU about the requirement through a planned "roadmap".

(Jane's)
How many?
 

Country Latest Posts

Back
Top Bottom