What's new

Indonesia Defence Forum

Agree of not going into LFX, the money best spend in improving IF-X



My best guess is Ceasar due to familiarity / commonality with existing assets

LFX project has been frozen a long time ago, man. I don't know why you guys doesn't even realize it.
 
Indonesia levels accusation against Vanuatu for supporting separatism
1st Oct 2019 14:03

WhatsApp-Image-2019-09-30-at-13.24.27_2.jpeg

Indonesian diplomat Rayyanul M. Sangaji delivered the 1st Right of Reply by Indonesia at the general debate of the 74th Session of General Assembly of the UN on Sept 28, 2019. (ANTARA/HO/UN Web TV)

Jakarta (ANTARA) - The Vanuatu government has backed a separatist movement in Papua, an Indonesian diplomat said while responding to Vanuatu’s appeal over alleged human rights violation in Indonesia's easternmost province.

“Vanuatu wants to give an impression to the world of backing the resolution of the human rights issue, when its real and only motive is to support the separatism agenda,” Indonesian diplomat with the Melanesian ancestry, Rayyanul M. Sangaji, noted during the 1st Right of Reply by the Indonesian government at a general debate of the 74th Session of the General Assembly of the UN on Sept 28.

Hence, the junior diplomat stated that the conflicts arising in Indonesia’s province were no longer fueled by a local-sponsored movement but rather a state-sponsored separatism.

Vanuatu has long backed the United Liberation Movement for West Papua (ULMW), as the country was home for the rebel group’s establishment in Dec 7, 2014. The group was led by an ex-Indonesian national Benny Wenda, who has been a citizen of the United Kingdom since 2003.

During the general debate, aired by UN Web TV on Sept 28, Sangaji also raised a finger at Vanuatu’s appeal over Papua to the UN and OHCHR. He opined that Vanuatu’s support to the separatist movement will further intensify the conflicts in Papua Province.

“What Vanuatu cannot realize is that its support has given rise to empty hope and also triggered conflicts. Your provocation, Vanuatu, has resulted in damage to infrastructure, […] destruction of public facilities, and the worst being that civilian lives have also perished,” he remarked.

Related news: Kalla dismisses Papuan referendum proposal by Pacific nations at UNGA

To this end, Sangaji, representing the Government of Indonesia, prompted Vanuatu to gain a deeper understanding of the historical facts and status of Papua, as an integral part of Indonesia. “If you already look at the fact, I invite you to once again read all the facts until you have a clear picture of the status of Papua. [….] Let me again remind a friend of a simple legal fact: Papua has, since the very beginning, since the declaration of Indonesia’s independence, been a part of Indonesia,” he affirmed.

Hence, he prompted Vanuatu to respect Indonesia’s sovereignty, including its authority in Papua.

“As for Indonesia, our foreign policy is clear, we will always respect the sovereignty and territorial integrity of other countries and not meddle in other countries’ affairs,” Sangaji remarked.

Related news: Police expose Benny Wenda's involvement in Wamena's lethal riot

Responding to Vanuatu’s allegation on human rights abuse in Papua, he rejected the claim and elaborated that the Indonesian government has remained committed “to promote human rights of all its people, including in Papua.”

He noted that the government’s commitment will always come under the radar and scrutiny of Indonesians, including the country’s independence and a credible human rights institution.

Related news: Jokowi urges Papuans to not believe hoax, slander

Related news: Government offers security guarantee to all Indonesians in Papua

EDITED BY INE

By Genta Tenri Mawangi

Editor: Fardah Assegaf

COPYRIGHT © ANTARA 2019

https://m.antaranews.com/en/news/13...ion-against-vanuatu-for-supporting-separatism
 
Hence, the junior diplomat stated that the conflicts arising in Indonesia’s province were no longer fueled by a local-sponsored movement but rather a state-sponsored separatism.
Interesting statement, overall we have good relationship with most countries, even our complicated relationship with Israel isn't that bad, have Vanuatu climbed to the upper list of "hostile" countries towards Indonesia.
 
Agree of not going into LFX, the money best spend in improving IF-X



My best guess is Ceasar due to familiarity / commonality with existing assets
Agree,improving IFX to become gen 5 or add IWB into ifx,also its a big step for us to develop our indigenous RAM for IFX later for now baru bisa di aplikasikan di kapal semoga developing biar bisa dipake ke Fighter lancar
 

Attachments

  • blackhornetbrimob.mp4_000000135.jpg
    blackhornetbrimob.mp4_000000135.jpg
    162.6 KB · Views: 1,948
  • blackhornetbrimob.mp4_000000540.jpg
    blackhornetbrimob.mp4_000000540.jpg
    157.3 KB · Views: 1,953
  • blackhornetbrimob.mp4_000003277.jpg
    blackhornetbrimob.mp4_000003277.jpg
    154.8 KB · Views: 1,953
  • blackhornetbrimob.mp4_000011623.jpg
    blackhornetbrimob.mp4_000011623.jpg
    137.7 KB · Views: 1,946
  • blackhornetbrimob.mp4_000014224.jpg
    blackhornetbrimob.mp4_000014224.jpg
    36.9 KB · Views: 1,944
idaf-new-air-power-system-male-ch4-drone-2.jpg

INDONESIA
ALASANNYA PEMBELIAN IMPOR ALAT MILITER INDONESIA TURUN SIGNIFIKAN
1 OKTOBER 2019 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Arab Saudi, Australia, dan China menjadi pembeli senjata dan perlengkapan militer terbesar di dunia pada tahun 2018, menurut lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Dilansir dari laman ABC (01/ 09/ 2019), Peringkat Australia melonjak dari peringkat keempat di tahun 2017, menjadi pembeli senjata impor terbesar kedua di dunia, setelah Arab Saudi.

Sementara peringkat Indonesia yang pernah menduduki peringkat kelima, telah turun ke peringkat 22, yang artinya pembelian impor alat utama sistem senjata, atau alutsista, telah turun signifikan.

Sejumlah pengamat militer dan pertahanan di Indonesia mengatakan merosotnya peringkat Indonesia disebabkan karena membandingkan tren belanja militer yang secara global sedang mengalami peningkatan.

Negara Pengimpor Senjata Militer Terbanyak

RANGKING 2018 RANGKING 2017 NEGARA
1 1 Arab Saudi
2 4 Australia
3 6 China
4 2 India
5 3 Mesir
22 5 Indonesia
Sumber: Stockholm International Peace Research Institute

“Secara domestik belanja militer Indonesia justru mengalami kenaikan. Tapi kalau dibaca secara tren di kawasan dan global pembelanjaan alutsista kita mungkin kurang cepat atau kurang besar,” ujar Muhammad Haripin, pengamatan pertahanan dari LIPI.

Menurut data yang ia miliki malah sebaliknya, telah terjadi peningkatan signifikan dari impor alat utama sistem senjata pada periode 2017-2018, contohnya akuisisi Main Battle Tank (MBT) Leopard pabrikan Jerman.

Di tahun 2017 nilai akuisisi Indonesia untuk salah satu tank tercanggih di dunia itu hanya 49 unit. Namun, di tahun 2018, Indonesia kembali mengakuisisi MBT hingga hampir 2 kali lipat menjadi 79 unit.

Sehingga sejauh ini total nilai repositori Indonesia untuk MBT ini menjadikan 30 unit.

“Akuisisi MBT Leopard ini menjadi yang paling signifikan dari sisi kuantitas,” paparnya.

Pengamat pertahanan dan militer lainnya, Connie Rahakundini Bakrie mengatakan penurunan impor alutisista bisa dikatakan sebagai sebuah “prestasi”.

“Ini membuktikan komitmen pemerintah untuk memicu tumbuhnya kemandirian industri pertahanan,” ujar Connie kepada ABC Indonesia.

Kemana larinya anggaran pertahanan?

barakuda-australia-6.jpg

Kapal selam Barakuda (Reuters)

Di Indonesia, Kementerian Pertahanan menjadi salah satu instansi pemerintah yang mendapatkan anggaran paling besar dalam APBN 2020.

Alokasi anggaran Kemenhan mencapai Rp 131,2 triliun, atau meningkat 19,7 persen dari tahun 2019, untuk memenuhi kebutuhan belanja pegawai di tubuh TNI dan serta belanja alutsista.

“Supaya pertahanan bisa terjaga dengan baik, sehingga harus meningkatkan persenjataan” ujar Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani di Kantor Kemenkeu, pekan lalu.

Tapi menurut Connie anggaran pengadaan yang meningkat ini jauh dari harapan untuk secara signifikan meningkatkan kesiapan dan gelar TNI.

“Anggaran 2020 itu akan terserap ke Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 serta satuan baru, seperti Komando Operasi Khusus, selain juga belanja pegawai,” tambahnya.

Bukan Berarti Indonesia Tak Punya Uang

medium-tank-harimau-hitam-dalam-rangka-persiapan-peringatan-hut-tni-ke-72-tahun-2017-di-banten-basin-ilan-kurumu.jpg

Medium Tank Harimau Hitam dalam rangka persiapan peringatan HUT TNI ke-72 tahun 2017 di Banten. (Basin Ilan Kurumu)

Sementara pengamat pertahanan dari Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Bandung, Muradi menilai merosotnya peringkat Indonesia dalam hal belanja perlengkapan militer disebabkan strategi nasional di bidang alutsista.

Sama seperti pengamat lainnya, Muradi mengatakan Indonesia tidak lagi hanya impor saja dalam pengadaan alutsista.

“Turun peringkat bukan berarti kita tidak punya uang … tapi kita juga bisa membangun, merancang, memproduksi dan menguasai teknologi,” ujarnya kepada ABC Indonesia.

Tak hanya itu, meski dengan anggaran terbatas, TNI tetap memperkuat alutsista dengan salah satu caranya lewat mengakuisisi.

“Jadi Indonesia punya target pengadaan 1000 tank, solusinya kita joint kerjasama dengan Turki membuat Tank Harimau.”

Contoh lainnya, Indonesia baru saja negosiasi pembelian pesawat tempur KF-X dari Korea dan sepakat melakukan ‘co-production’ dengan negara tersebut.

Negara Pengekspor Senjata Militer Terbanyak

RANGKING 2018 RANGKING 2017 NEGARA
1 1 Amerika Serikat
2 2 Rusia
3 3 Perancis
4 4 Jerman
5 9 Spanyol
Sumber: Stockholm International Peace Research Institute

Tak Ingin Tergantung Negara Lain

Muhammad Haripin mengatakan pengadaan alutsista mengacu pada ‘Minimum Essential Force’, sebuah strategi untuk mencapai kekuatan pokok minimum sebagai pertahanan yang ideal dan disegani di tingkat regional dan internasional.

“Kalau lihat dokumen MEF, kita butuh banyak anggaran untuk patroli maritim, Angkatan Laut juga butuh kapal patrol … dan daftar belanja kita banyak sebenarnya, anggaran terus naik.”

Dengan perdagangan alutsista yang semakin dinamis, Indonesia pun sekarang banyak memiliki pilihan, seperti membelinya dari Swedia, Perancis, bahkan China.

Kerjasama militer dengan banyak negara juga sejalan dengan status Indonesia sebagai negara bebas aktif, seperti yang diutarakan Muradi.

“Agar kalau terjadi apa-apa kita tidak tergantung dengan negara atau blok tertentu” katanya.

Yang terpenting, menurut Connie, adalah mewujudkan kekuatan TNI sebagai poros maritim, dirgantara dan permukaan di dunia.

“Menhan baru di kabinet mendatang sebaiknya membuat ‘road map’ industri pertahanan yang lebih tertata dan terkolaborasi antara BUMN, BUMS, agar integrasi pelaku industri pertahanan semakin terwujud.”

Photo: CH-4 TNI AU (Jenda)

Editor: (D.E.S)

Any logical answer? Or we saving budget for mef 3?
 
idaf-new-air-power-system-male-ch4-drone-2.jpg

INDONESIA
ALASANNYA PEMBELIAN IMPOR ALAT MILITER INDONESIA TURUN SIGNIFIKAN
1 OKTOBER 2019 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Arab Saudi, Australia, dan China menjadi pembeli senjata dan perlengkapan militer terbesar di dunia pada tahun 2018, menurut lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Dilansir dari laman ABC (01/ 09/ 2019), Peringkat Australia melonjak dari peringkat keempat di tahun 2017, menjadi pembeli senjata impor terbesar kedua di dunia, setelah Arab Saudi.

Sementara peringkat Indonesia yang pernah menduduki peringkat kelima, telah turun ke peringkat 22, yang artinya pembelian impor alat utama sistem senjata, atau alutsista, telah turun signifikan.

Sejumlah pengamat militer dan pertahanan di Indonesia mengatakan merosotnya peringkat Indonesia disebabkan karena membandingkan tren belanja militer yang secara global sedang mengalami peningkatan.

Negara Pengimpor Senjata Militer Terbanyak

RANGKING 2018 RANGKING 2017 NEGARA
1 1 Arab Saudi
2 4 Australia
3 6 China
4 2 India
5 3 Mesir
22 5 Indonesia
Sumber: Stockholm International Peace Research Institute

“Secara domestik belanja militer Indonesia justru mengalami kenaikan. Tapi kalau dibaca secara tren di kawasan dan global pembelanjaan alutsista kita mungkin kurang cepat atau kurang besar,” ujar Muhammad Haripin, pengamatan pertahanan dari LIPI.

Menurut data yang ia miliki malah sebaliknya, telah terjadi peningkatan signifikan dari impor alat utama sistem senjata pada periode 2017-2018, contohnya akuisisi Main Battle Tank (MBT) Leopard pabrikan Jerman.

Di tahun 2017 nilai akuisisi Indonesia untuk salah satu tank tercanggih di dunia itu hanya 49 unit. Namun, di tahun 2018, Indonesia kembali mengakuisisi MBT hingga hampir 2 kali lipat menjadi 79 unit.

Sehingga sejauh ini total nilai repositori Indonesia untuk MBT ini menjadikan 30 unit.

“Akuisisi MBT Leopard ini menjadi yang paling signifikan dari sisi kuantitas,” paparnya.

Pengamat pertahanan dan militer lainnya, Connie Rahakundini Bakrie mengatakan penurunan impor alutisista bisa dikatakan sebagai sebuah “prestasi”.

“Ini membuktikan komitmen pemerintah untuk memicu tumbuhnya kemandirian industri pertahanan,” ujar Connie kepada ABC Indonesia.

Kemana larinya anggaran pertahanan?

barakuda-australia-6.jpg

Kapal selam Barakuda (Reuters)

Di Indonesia, Kementerian Pertahanan menjadi salah satu instansi pemerintah yang mendapatkan anggaran paling besar dalam APBN 2020.

Alokasi anggaran Kemenhan mencapai Rp 131,2 triliun, atau meningkat 19,7 persen dari tahun 2019, untuk memenuhi kebutuhan belanja pegawai di tubuh TNI dan serta belanja alutsista.

“Supaya pertahanan bisa terjaga dengan baik, sehingga harus meningkatkan persenjataan” ujar Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani di Kantor Kemenkeu, pekan lalu.

Tapi menurut Connie anggaran pengadaan yang meningkat ini jauh dari harapan untuk secara signifikan meningkatkan kesiapan dan gelar TNI.

“Anggaran 2020 itu akan terserap ke Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 serta satuan baru, seperti Komando Operasi Khusus, selain juga belanja pegawai,” tambahnya.

Bukan Berarti Indonesia Tak Punya Uang

medium-tank-harimau-hitam-dalam-rangka-persiapan-peringatan-hut-tni-ke-72-tahun-2017-di-banten-basin-ilan-kurumu.jpg

Medium Tank Harimau Hitam dalam rangka persiapan peringatan HUT TNI ke-72 tahun 2017 di Banten. (Basin Ilan Kurumu)

Sementara pengamat pertahanan dari Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Bandung, Muradi menilai merosotnya peringkat Indonesia dalam hal belanja perlengkapan militer disebabkan strategi nasional di bidang alutsista.

Sama seperti pengamat lainnya, Muradi mengatakan Indonesia tidak lagi hanya impor saja dalam pengadaan alutsista.

“Turun peringkat bukan berarti kita tidak punya uang … tapi kita juga bisa membangun, merancang, memproduksi dan menguasai teknologi,” ujarnya kepada ABC Indonesia.

Tak hanya itu, meski dengan anggaran terbatas, TNI tetap memperkuat alutsista dengan salah satu caranya lewat mengakuisisi.

“Jadi Indonesia punya target pengadaan 1000 tank, solusinya kita joint kerjasama dengan Turki membuat Tank Harimau.”

Contoh lainnya, Indonesia baru saja negosiasi pembelian pesawat tempur KF-X dari Korea dan sepakat melakukan ‘co-production’ dengan negara tersebut.

Negara Pengekspor Senjata Militer Terbanyak

RANGKING 2018 RANGKING 2017 NEGARA
1 1 Amerika Serikat
2 2 Rusia
3 3 Perancis
4 4 Jerman
5 9 Spanyol
Sumber: Stockholm International Peace Research Institute

Tak Ingin Tergantung Negara Lain

Muhammad Haripin mengatakan pengadaan alutsista mengacu pada ‘Minimum Essential Force’, sebuah strategi untuk mencapai kekuatan pokok minimum sebagai pertahanan yang ideal dan disegani di tingkat regional dan internasional.

“Kalau lihat dokumen MEF, kita butuh banyak anggaran untuk patroli maritim, Angkatan Laut juga butuh kapal patrol … dan daftar belanja kita banyak sebenarnya, anggaran terus naik.”

Dengan perdagangan alutsista yang semakin dinamis, Indonesia pun sekarang banyak memiliki pilihan, seperti membelinya dari Swedia, Perancis, bahkan China.

Kerjasama militer dengan banyak negara juga sejalan dengan status Indonesia sebagai negara bebas aktif, seperti yang diutarakan Muradi.

“Agar kalau terjadi apa-apa kita tidak tergantung dengan negara atau blok tertentu” katanya.

Yang terpenting, menurut Connie, adalah mewujudkan kekuatan TNI sebagai poros maritim, dirgantara dan permukaan di dunia.

“Menhan baru di kabinet mendatang sebaiknya membuat ‘road map’ industri pertahanan yang lebih tertata dan terkolaborasi antara BUMN, BUMS, agar integrasi pelaku industri pertahanan semakin terwujud.”

Photo: CH-4 TNI AU (Jenda)

Editor: (D.E.S)

Any logical answer? Or we saving budget for mef 3?

Saving our valas, we cant afford to spend much on imported arms and increasing deficit and further push Rupiah value. So far much spending is spent on domestic made support system like LST, LPD, Patrol boats, patrol aircraft, APC like Komodo, Anoa, ilsv, small arms and other.
 
Back
Top Bottom