KKP: Udang masih jadi primadona permintaan global
Minggu, 25 Oktober 2020 20:09 WIB
Komoditas udang vaname. ANTARA/HO-KKP
Pandemi ini bisa menjadi potensi kita untuk memenuhi permintaan global
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyatakan komoditas udang sampai sekarang masih menjadi primadona permintaan global untuk sektor kelautan dan perikanan.
"Meski pandemi COVID-19 masih berlangsung, namun udang masih menjadi primadona dengan permintaan global yang masih sangat tinggi hingga saat ini," kata Slamet Soebjakto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, udang merupakan komoditas yang memberikan pangsa dominan terhadap devisa ekspor yakni sekitar 40 persen terhadap nilai total ekspor produk perikanan nasional.
Ia berpendapat bahwa petambak udang di tengah pandemi COVID-19 ini masih tetap bersemangat dan produktif melakukan proses produksinya, seperti dalam bisnis budidaya udang di Pantura Jawa.
"Pandemi ini bisa menjadi potensi kita untuk memenuhi permintaan global, karena saat ini kita ketahui bersama sejumlah negara pesaing penghasil udang vaname terbesar dunia seperti India tengah
lockdown," ujarnya.
Di samping itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga menyampaikan semangat UU Cipta Kerja (Omnibus Law) di sektor perikanan budidaya antara lain membuka peluang masuknya investasi di bidang akuakultur.
"Pelaku usaha maupun investor untuk tidak lagi merasa ragu terjun dalam bisnis budidaya udang. Saat ini Pemerintah tengah memfasilitasi penyederhanaan berbagai jenis izin yang tidak diperlukan dan dinilai menghambat investasi masuk di usaha ini," tegas Edhy.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan, semangat Omnibus Law atau UU Cipta Kerja yang bertujuan untuk memudahkan investasi masuk, sebenarnya sudah berjalan di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Semangat omnibus law sudah berjalan di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ini dibuktikan dengan lahirnya Sistem Informasi Izin Layanan Cepat (Silat) untuk perizinan kapal tangkap ukuran di atas 30 GT yang berlaku secara online pada akhir 2019," kata Menteri Edhy.
Ia memaparkan, sistem Silat memangkas waktu pengurusan dari yang tadinya 14 hari menjadi satu jam.
Hingga 7 Oktober 2020, berdasarkan data dari KKP, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari ribuan izin yang dikeluarkan Silat nilainya mencapai lebih dari Rp470 miliar.
Kemudahan perizinan kini juga berlaku di sektor perikanan budidaya, di mana sekarang prosesnya satu pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sementara KKP bertindak sebagai pengawas bersama dengan pemerintah daerah.
"Tadinya butuh 21 izin untuk bisa memulai usaha budidaya di Indonesia," ucapnya.
Baca juga: Indonesia dipersiapkan jadi pusat budi daya udang jerbung-putih dunia
Baca juga: KKP targetkan 1.000 hektare tambak udang di Buol Sulteng
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2020
https://www.antaranews.com/berita/1803769/kkp-udang-masih-jadi-primadona-permintaan-global
Indonesia's manufacturing exports top US$94 bln
23rd October 2020
Head of the Data and Information Center of the Industry Ministry, R Janu Suryanto. (ANTARA/HO-Industry Ministry Public Relations/sh)
Jakarta (ANTARA) - Indonesia’s manufacturing industry recorded US$94.36 billion in exports in January-September this year, contributing 80.5 percent to the country’s total exports for the period.
“It means that our industry sector is still aggressively penetrating the international market amid this difficult time as an impact of the COVID-19 pandemic,” head of the Data and Information Center of the Industry Ministry, R Janu Suryanto, said here on Friday.
According to the Central Statistics Agency (BPS), Indonesia’s total exports in January-September, 2020 were valued at $117.19 billion, with the manufacturing industry accounting for 80.5 percent of the exports.
“The trade balance in the manufacturing industry in the period of January to September, 2020 showed a surplus of US$8.87 billion,” Suryanto informed.
The food industry recorded the highest exports of $21.31 billion, or up 10.5 percent, compared to the same period of 2019.
The basic metal industry was next with $16.96 billion in exports, or up 30.7 percent compared to the same period of last year; followed by chemical goods ($9 billion); textiles and garments ($8 billion); and, paper and paper goods ($5.16 billion).
“During January to September, 2020, some industry sectors have shown significant increase in exports compared to last year,” Suryanto remarked.
Among the sectors that recorded export growth of more than 10 percent are printing industry and recording media reproduction, which chalked up exports of $29.78 million, or up 27.8 percent; furniture $1.59 billion (up 15.2 percent); and pharmaceutical industry, chemical, and traditional drugs at $484.79 million (up 10.1 percent).
Exports of the manufacturing industry in September increased 7.3 percent (m-to-m) to $11.56 billion compared to the previous month's exports, which were recorded at $10.77 billion.
“Manufacturing industry trade balance in September had a surplus of $2.04 billion,” he added.
The industry’s exports in September also recorded a year-to-year increase of 6.6 percent.
“In September, 2020, China became the main export destination country for Indonesia's manufacturing industry, followed by the United States, Japan, Singapore, and India,” Suryanto noted. (INE)
Related news: Minister flags off exports worth Rp10.68 bln to US, Europe
Related news: Manufacturing industry contributes 75 percent of total exports
EDITED BY INE
Reporter: Sella PG, Sri Haryati
Editor: Suharto
COPYRIGHT © ANTARA 2020
Indonesia’s manufacturing industry recorded US$94.36 billion in exports in January-September this year, contributing 80.5 percent to the country’s ...
en.antaranews.com