What's new

Indonesia Defence Forum

>>> Ndak jelas apa maunya... Bisa kejadian kisruh pengadaan model AW101 nih...

Sedangkan dengan rencana A400M, kata KSAU, ini semua keputusan ada di Kementerian Pertahanan.
“Kemarin ada demo, itu pun Kementerian Pertahanan belum memutusakan, tapi justru Kementerian BUMN yang ingin bisa mengoperasikan pesawat itu,” jawab KSAU.

Untuk lebih jelasnya, KSAU menyarankan untuk menanyakannya langsung kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno.
“Nanti bisa ditanyakan ke Menteri BUMN, yang saya dengar pada waktu itu adalah ingin membuat tol udara, nanti spesifik bisa ditanyakan ke Ibu Menteri,” jelas Hadi kepada Angkasa.

Lanjut Hadi menerangkan, keinginan Kementerian BUMN membeli pesawat angkut berat A400M itu nantinya akan diserahkan ke sipil, yakni Pelita dan sebagainya. “Bukan ke Angkatan Udara,” tegas Hadi.

http://www.tribunnews.com/nasional/...adron-angkut-beratnya-begini-penjelasan-kasau

Wow!! Mau bikin tol udara pake A400?? apa2an ini? kok jd aneh... Mungkin KSAU pengenya tipe J kali


Mirip satu scene di band of brothers
 
Credit to TNI Angkatan Udara Twitter.

C69On2DUwAANSb_.jpg


 
Last edited:
>>> Ndak jelas apa maunya... Bisa kejadian kisruh pengadaan model AW101 nih...

Sedangkan dengan rencana A400M, kata KSAU, ini semua keputusan ada di Kementerian Pertahanan.
“Kemarin ada demo, itu pun Kementerian Pertahanan belum memutusakan, tapi justru Kementerian BUMN yang ingin bisa mengoperasikan pesawat itu,” jawab KSAU.

Untuk lebih jelasnya, KSAU menyarankan untuk menanyakannya langsung kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno.
“Nanti bisa ditanyakan ke Menteri BUMN, yang saya dengar pada waktu itu adalah ingin membuat tol udara, nanti spesifik bisa ditanyakan ke Ibu Menteri,” jelas Hadi kepada Angkasa.

Lanjut Hadi menerangkan, keinginan Kementerian BUMN membeli pesawat angkut berat A400M itu nantinya akan diserahkan ke sipil, yakni Pelita dan sebagainya. “Bukan ke Angkatan Udara,” tegas Hadi.

http://www.tribunnews.com/nasional/...adron-angkut-beratnya-begini-penjelasan-kasau

Aneh banget. CMIIW, tapi tol udara bawaannya kan barang2x sipil/komersial. Kenapa pake pesawat militer? Pesawat militer nggak didesain dengan hitungan2x bisnis. Fedex sama UPS aja nggak ada yang pake pesawat militer. Kecuali pemerintah mau menguras APBN dengan subsidi biaya operasional A400M yang besar.

Kalo utk tol laut bisa pake pesawat yang sudah populer seperti A330-200 Freighter. Jangan alergi beli seken kalo cuma utk kargo karena Fedex sama UPS juga banyak beli pesawat penumpang seken converted to freighter. Kalo Garuda ada A330 yg mau pensiun, nah convert itu ke cargo. Perawatan bisa di GMF Aero. Terlebih lagi A400M bawaannya cuma 37 ton, sementara A330-F bawaannya 60-65 ton.

English summary: I was comparing the use of A400M vs A330-F or converted-F for a civilian operator doing civilian missions.
 
Aneh banget. CMIIW, tapi tol udara bawaannya kan barang2x sipil/komersial. Kenapa pake pesawat militer? Pesawat militer nggak didesain dengan hitungan2x bisnis. Fedex sama UPS aja nggak ada yang pake pesawat militer. Kecuali pemerintah mau menguras APBN dengan subsidi biaya operasional A400M yang besar.

Kalo utk tol laut bisa pake pesawat yang sudah populer seperti A330-200 Freighter. Jangan alergi beli seken kalo cuma utk kargo karena Fedex sama UPS juga banyak beli pesawat penumpang seken converted to freighter. Kalo Garuda ada A330 yg mau pensiun, nah convert itu ke cargo. Perawatan bisa di GMF Aero. Terlebih lagi A400M bawaannya cuma 37 ton, sementara A330-F bawaannya 60-65 ton.

English summary: I was comparing the use of A400M vs A330-F or converted-F for a civilian operator doing civilian missions.

Setuju, nggak mungkin feasible menggunakan pesawat kargo militer untuk menjalankan bisnis komersial. Biaya operasionalnya sangat-sangat mahal. CN-235 kan dulu pernah digunakan sebagai armada Merpati, hasilnya boros dan nggak kompetitif. Takutnya cuma buat proyekan aja nih.

There's something fishy about all this. We are talking about $2Billion acquisition budget here. That's huge.
 
Last edited:
Indonesia, Malaysia, Philippines to Start Joint Patrols in the Sulu Seai
Jakarta. The Indonesian, Malaysian and Philippine authorities will start joint patrols on the Sulu Sea next month to end the years of lawlessness in its waters.


Malaysian Navy chief Adm. Ahmad Kamarulzaman said on Tuesday (14/03) that the partnership shows the level of trust between the three governments.

"We first discussed it a year ago and now, we are looking at launching our first joint operation from Sandakan [in the Malaysian state of Sabah] sometime next month," Kamarulzaman told Singaporean Channel News Asia.

"This is unique in the sense that not very often can you achieve this level of consensus, showing that all sides are serious in mitigating the challenges at sea especially due to kidnap for ransom and other cross-border crime," he added.

According to Kamarulzaman, the initiative in the Sulu Sea will involve maritime patrols and air patrols of the waters and coastline. The partnership is designed after the current multilateral patrols in the Strait of Malacca that have successfully reduced the number of piracy and kidnapping cases to almost zero.

Philippine President Rodrigo Duterte has also given Malaysia and Indonesia the green light to pursue militant boats in Philippine waters.


The Sulu Sea, between Sabah and South Philippines, has been known to security experts as the "wild, wild east," where militant groups such as Abu Sayyaf terrorize the region.
http://jakartaglobe.id/news/indonesia-malaysia-philippines-start-joint-patrols-sulu-sea/

Trilateral Sulu Sea Patrols Set to Kick Off

Indonesia, Malaysia and the Philippines could inaugurate the much-anticipated initiative as early as next month.

Even though Indonesia, Malaysia, and the Philippines had reached an agreement on limited, coordinated trilateral patrols to tackle security challenges in the Sulu-Sulawesi Seas between them last year, the patrols themselves have yet to take off.

As I’ve written before, that is no surprise to seasoned observers. Carrying out patrols in the one million square kilometer tri-border area – long a hub for transnational organized crime and terrorist threats – is a much more complex arrangement than some sensationalist media accounts have suggested

But there are now signs that we could finally see patrols take off in the next couple of months. The clearest public indication of this has come from Philippine Defense Secretary Delfin Lorenzana, who said last week at a news conference that patrols would be inaugurated sometime in April or May

...

While the desire to emulate the Malacca Straits is laudable, the Sulu Sea comes with its own share of unique complications, from lingering disputes between the countries involved to sensitivities over sovereignty that could pose challenges. At this point, it is too early to say whether these patrols will eventually evolve into something like the MSP. But the commitment by the three countries to this and the early signs of its implementation that Ahmad and Lorenzana have talked about suggest that there is definitely some promise.

read more in:
http://thediplomat.com/2017/03/trilateral-sulu-sea-patrols-set-to-kick-off/

now i'm still wondering whether or not there's gonna be a "clean up" mission on land by these there forces...

the related news from last year:
Nations unite against Abu Sayyaf group
Margareth S. Aritonang
The Jakarta Post
Jakarta | Fri, November 18, 2016 | 10:34 am

Indonesia, Malaysia and the Philippines have agreed to initiate joint army training to advance efforts to secure the Sulu Sea from rampant piracy.

Indonesian Defense Minister Ryamizard Ryacudu explained that each of the countries would first begin its own army personnel training in January 2017 before conducting the joint training later in the year.

The military training will take place in Indonesia’s Tarakan in North Kalimantan, Malaysia’s Tawao Island and the Philippines’ Bongao Island.

Ryamizard said Army soldiers set to participate in the joint military training would form a special force tasked with facing the notorious Abu Sayyaf militant group that masterminded a series of recent kidnappings in Sulu waters, located in the southwestern Philippines.


“It’s part of a concrete action we, ASEAN countries, are taking to secure the region,” he said in Jakarta on Thursday.

Ryamizard said the training locations would later become posts for a joint taskforce assigned to help secure Sulu waters.

The need for joint army training was discussed during a meeting between Ryamizard and his Malaysian and Philippines counterparts, Datuk Seri Hishammuddin Hussein and Delfin Lorenzana, held on the sidelines of the ASEAN Defense Ministers’ Meeting (ADMM) retreat earlier this week in Laos.

Both Malaysia and the Philippines welcomed the initiative, which will add to a joint sea patrol in Sulu waters that the three countries previously agreed upon. (hwa)
http://www.thejakartapost.com/news/2016/11/18/nations-unite-against-abu-sayyaf-group.html

did i misunderstood or does it sound like they are planning to have a military operation sometimes next year?
because the article said "army soldiers".... and also said "this initiative will add to a joint sea patrol". which confirm it further that it is not just sea patrol.... right?
 
Last edited:
bmp-3f-pendaratan-amphibi-akhiri-aks-tni-al-2017-2.jpg

FROM INDONESIA
PT-76 MARINIR AKAN DIGANTIKAN BMP-3F
16 MARCH 2017 DIANEKO_LC LEAVE A COMMENT
KepaIa Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, mengatakan, untuk menjadikan Korps Marinir berkelas dunia, TNI AL akan terus memodernisasi alat utama sistem persenjataan melalui kebijakan minimum essential force (MEF).

“Untuk melengkapi Korps Marinir agar memiliki postur sebagai marinir yang betul-betul kelas dunia, maka pengadaan kendaraan tempur akan terus ditambah,” kata KSAL usai memimpin serah terima jabatan Komandan Korps Marinir (Dankormar) dari Mayjen TNI (Mar) RM Trusono, kepada Mayjen TNI (Mar) Bambang Suswantono, di Lapangan Apel Bhumi Marinir Cilandak Jakarta SeIatan, Kamis.

Ia juga menyebutkan, ada beberapa alutsista yang akan diperbarui di antaranya, mengganti kendaraan tempur tank PT-76 buatan 1960 yang sudah tua dengan BMP-3F.

“Tahun ini akan masuk sekitar 30 unit. Kita juga akan lengkapi dengan kapal pengangkut kendaraan artileri BTR. Karena BTR kita sebagian di Lebanon, dari 11 unit baru datang empat unit yang datang,” katanya.

Ade juga mengajak Dankormar ikut memantau kondisi alutsista yang ada dan yang baru masuk. Sehingga, alutsista tersebut betul-betul memenuhi kebutuhan marinir sesuai fungsinya sebagai pasukan pendarat untuk proyeksi kekuatan dari laut.

Tak hanya itu, melalui validasi organisasi, TNI AL akan menajamkan proyeksi tiga armada, dimana saat ini baru memiliki dua armada, yakni Armatim di Surabaya dan Armabar di Jakarta.

Dengan penambahan satu armada yang rencananya berada di Papua, maka kekuatan Marinir akan bertambah, dari 2 Divisi Pasmar menjadi 3 Divisi Pasmar.

Selain itu, kata Ade, nantinya setiap Lantamal Kelas A diproyeksikan memiliki kekuatan 1 batalyon marinir untuk membantu pertahanan pangkalan.

“Sedangkan untuk Lanal tipe B, nantinya akan diisi oleh satu kompi Marinir plus. Sementara Lanal tipe C akan diisi satu kompi Marinir minus. Sehingga, kekuatan Marinir tersebar di seluruh Indonesia dan ikut mempercepat pembangunan wilayah,” jelasnya.

Mantan Kasum TNI ini menambahkan, Marinir yang terlibat di pangkalan mengemban tugas pertahanan pantai. Oleh sebab itu kelengkapan alutsista untuk pertahanan pantai akan dilengkapi artileri medan (Armed), radar pantai, termasuk menghadapi perang elektronika dan cyber.

Photo : BMP-3F dalam gelaran AKS 2017 TNI AL (defence.pk)

Sumber : Antara

Indonesian Navy ready to replace PT 76 light tank with BMP3F
 

Country Latest Posts

Back
Top Bottom