What's new

Indonesia Defence Forum

my eyes.... my eyes.... #nextpageplease #letsmoveon #needsightsforsoreeyes... :p:

12747568_169635700079988_563254686_n.jpg

12677713_1046069665452735_1850758848_n.jpg

11324886_948108361878123_1185976605_n.jpg

11311903_491423044357320_615306571_n.jpg
 
Last edited:
.
Desainnya di ukir2in padahal masih purwarupa :smokin: rilex aja masbro yg penting itu performanya.
Itu juga kyknya buat gantiin yg lebih jelek di bwh ini.
pts4.jpg
Hehe, betul sekali mas. Prototipe kendaraan yg diatas itu sebetulnya cuma sejenis truck amfibi untuk angkut logistik, sama rolenya dengan PTS-4 atau Kapa. Jadi desain umumnya ya memang kotak2 seperti itu, yg penting sih performanya.. Tp emang camonya doang sih yg keliatan sedikit norak, mungkin kalo warnanya ijo polos atau abu-abu bakal terlihat lebih manis :)
 
. . .
Singapore Airshow 2016: Indonesia to upgrade Hawk 200/209s with RWR self-protection

main_p0075011.jpg


Indonesia received 32 Hawk 200 aircraft in the mid-1990s, of which about half are thought to still be operational. Finmeccanica's Singapore-based prime contractor Aptronics PTE Ltd will provide a new radar warning receiver system for an initial batch of aircraft in the first instance, with an option to provide further systems in future. Source: BAE Systems
The Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udar, or TNI-AU) is to upgrade its BAE Systems Hawk 200/209 in the light attack and light fighter aircraft with a new radar warning receiver (RWR) self-protection system.

An unspecified number of the TNI-AU's Hawk 200/209 aircraft are to be equipped with the Finmeccanica SEER RWR under the programme, which was announced during the Singapore Airshow on 16 February.

Finmeccanica's Singapore-based prime contractor Aptronics PTE Ltd will provide the SEER RWR kits to the TNI-AU for installation aboard an initial batch of aircraft in the first instance, with an option to provide further systems in future. Once integrated, the SEER RWR will replace the legacy Sky Guardian 200 RWR currently fitted.

The SEER RWR has been developed by Finmeccanica's Airborne and Space Systems Division and is based on the SG200-D RWR that has been selected to equip the UK Royal Air Force's (RAF's) Boeing Chinook HC4/5/6 and Westland Puma HC2 rotary-winged platforms.

Its selection for Indonesia's Hawk fleet comes on the back of successful trials aboard a pair of Czech Air Force Aero L-159 Advanced Light Combat Aircraft (ALCA). According to Finmeccanica these trials saw the system integrated onto the ALCA aircraft in under three hours, before identifying air-, land-, and sea-based threats at significant ranges with a high degree of accuracy and operating with 100% reliability during the exercise.

The TNI-AU received the first of its 32 Hawk 200/209 aircraft in 1996, of which about half are thought to still be operational. The type is flown in both the ground attack and air defence roles by Aviation Squadron 1 in Supadio and Aviation Squadron 12 in Pekanbaru.

While the single-seat Hawk 200/209 is no longer in production, the latest variant 100-series is in service throughout the world and the region, and is still being offered in the dual trainer/light attack roles.

Want to read more? For analysis on this article and access to all our insight content, please enquire about our subscription options ihs.com/contact




To read the full article, Client Login
(334 of 633 words)

Singapore Airshow 2016: Indonesia to upgrade Hawk 200/209s with RWR self-protection | IHS Jane's 360
 
. .
"Tak apa-apa. Mereka (Rusia) senang kok, dari pada tak ada yang beli," kata Ryamizard di sela acara Singapore Airshow, Selasa, 16 Februari 2016. :enjoy:

ouch....
for those who cant read indonesian: he says: "it's okay. they're glad for it, it's better then no one buying it"

seriously thought, he should be more careful when giving a statement... at least give a politically correct statement...
 
. .
Singapore Airshow 2016: Boeing in talks with potential Asia-Pacific customer for Maritime Surveillance Aircraft

Ridzwan Rahmat, Singapore - IHS Jane's Navy International

16 February 2016




The MSA is being pitched to operators looking for a maritime surveillance platform but without the high-end anti-submarine and anti-surface warfare capabilities. Source: Bombardier Aerospace



Key Points
•Boeing has begun talks with a potential customer in the Asia-Pacific region for the Maritime Surveillance Aircraft
•Company's optimism in ongoing discussions suggest that the platform has successfully differentiated itself from cheaper competitors in the region

Boeing is currently in discussions with a potential customer in the Asia-Pacific region for its Maritime Surveillance Aircraft (MSA), James Detwiler, who oversees global sales and marketing at the company, said on 16 February.

Detwiler was responding to a question from IHS Jane's during a media briefing at the Singapore Airshow 2016 in which he gave updates on the latest developments on the Bombardier Challenger 605 business jet-based aircraft.

"The interest we have received for the MSA truly is global," said Detwiler, who described ongoing talks with the potential Asia-Pacific customer as "very optimistic". "The MSA has been equipped with the same mission systems as the P-8A Poseidon and is well suited to tackle maritime piracy and maritime border security challenges in this region," he said, adding that there has also been interest from Europe and the Middle East.

According to an IHS Jane's report from October 2015, the Boeing MSA has been equipped with the P-8A Poseidon mission system, the Selex ES Seaspray 7300 active electronically scanned array radar, and a FLIR Systems Star Safire 380 electro-optic/infrared turret. The aircraft, which has an endurance of in excess of eight hours in maritime patrol profile, can accommodate two pilots and between three and five mission crew members.

Detwiler has, however, declined to disclose any further details on the potential customer with which the company is currently in talks, saying only that the country is not an operator of the company's P-8A Poseidon.

Source:
Singapore Airshow 2016: Boeing in talks with potential Asia-Pacific customer for Maritime Surveillance Aircraft | IHS Jane's 360

Perhaps this news has related to what @madokafc said previously..
 
Last edited:
.
Boeing MSA ini keunggulanya apa dibanding CN235/295 MPA? Dirgantara Indonesia dimaksimalin lah perannya. Kalau masih suka telat, penaltinya aja yang harus dipertegas. Klo ada barang substitusi impor yang diproduksi di dalam negeri kalau bisa ya jangan impor....

CN235_PATMAR-02.jpg


Kalau emang punya duit, sekalian tuh bikin CN235 ASW + gunship :)
 
Last edited:
.
Boeing MSA ini keunggulanya apa dibanding CN235/295 MPA? Dirgantara Indonesia dimaksimalin lah perannya. Kalau masih suka telat, penaltinya aja yang harus dipertegas. Klo ada barang substitusi impor yang diproduksi di dalam negeri kalau bisa ya jangan impor....

CN235_PATMAR-02.jpg

Hihi, katanya perangkat internalnya yang nyediain Boeing, pesawatnya terserah pake apa juga bisa, yang mau masang juga terserah tapi nanti mereka yang kasih asistensi. Cuman insting cewek doang kok

Really, you always have list A1 before some media release news.. :lol:
eh udah ada artikelnya nih yang soal globaleye

Sistem GlogalEye Saab diperkenalkan
Selasa, 16 Februari 2016 21:54 WIB | 3.509 Views
Pewarta: Ade Marboen
20160216saab-globaleye_picture.jpg

GlobalEye dari sistem AEW&C Saab, Swedia, dalam paparan di Singapore Air Show, Selasa. GlobalEye memiliki banyak subsistem dan sensor, di antaranya sensor EO/IR, radar pengamatan maritim, komunikasi satelit, AIS maritim, EOS, ISAR, ESM/electronic intelligent, EriEye ER radar, IFF/ADS-B, datalink, dan sistem lain. (saab.com)

Changi, Singapura (ANTARA News) - Sistem kendali dan peringatan dini (AEW&C) yang baru dari Saab, GlobalEye, diluncurkan dan dinyatakan jauh lebih canggih dan efisien ketimbang sistem pendahulunya, EriEye.



Diperkenalkan kepada publik penerbangan dunia secara perdana di Singapore Air Show 2016, di Changi, Singapura, Selasa, sistem GlobalEye dikombinasikan dan dibangun di atas pijakan pesawat jet bisnis Bombardier 6000.



Adalah Direktur Senior Pengamatan Udara Saab, Erick Windberg, yang mengenalkan sistem GlobalEye itu secara resmi dalam presentasinya di gelaran kedirgantaraan Asia itu.



Salah satu basis kerja utama GlobalEye adalah pranata AESA (Active Electronically Scanned Array) dari generasi terkini dengan berbagai penyempuraan dari EriEye yang menjadi pendahulu.



Dalam tinjauan langsung ke hanggar produksinya di Gotheborg, Swedia, tahun lalu, EriEye ditampilkan kebolehannya dalam mengendus, mengenali, dan memberi peringatan dini atas kehadiran obyek-obyek di udara, darat, dan laut.



Bahkan ukuran hingga sebesar bola kaki yang mengapung di laut bisa dia bedakan dan kenali dari jarak 400 kilometer dan dari ketinggian jelajah di atas awan stratocumulus.



Pada saat bersamaan, obyek-obyek lain yang ada dalam jangkauan 400 kilometernya bisa dia terakan secara presisi dan data yang disebar melalui sistem datalink disajikan dalam berbagai bentuk dan tampilan.



Dia juga bisa menganalisis obyek-obyek yang paling potensial mengancam kepentingan dan keselamatan operator sesuai misi yang disandang. Swedia sebagai negara maritim dan bertetangga langsung dengan Rusia memakai sistem AEW&C buatan negaranya ini.



EriEye bisa dipasang di pesawat terbang berbaling-baling Saab 340 dan juga pesawat jet bisnis Embraer 145 buatan Embraer SA, Brazil. Kini basisnya diperluas, yaitu Bombardier 6000 buatan Kanada, dengan operator sistem radar dan peringatan dini sebanyak lima orang.



Bombardier 6000 untuk kepentingan pijakan GlobalEye ini memiliki kemampuan terbang tanpa henti hingga 11 jam pada ketinggian di atas 30.000 kaki dari permukaan laut.



Kini, kata Windberg, “Kemampuannya meningkat hingga 70 persen lebih, dengan ukuran dan pemakaian energi yang sama. Ini sebagai permisalan dari sekian banyak perubahan yang kami dapat lakukan dan masih terus berkembang.”



Tentang pijakan sistem yang memakai pesawat jet bisnis Bombardier 6000, diyakini juga sebagai upaya Saab Aeronautics untuk meraih pasar lebih luas.



“Sejauh ini kami telah menandatangani kontrak pembelian dengan Uni Emirat Arab senilai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat untuk pembelian dua unit GlobalEye ini,” kata Windberg. Kontrak itu ditandatangani di Dubai Air Show 2015, pada November lalu.



“Kami kini memiliki bukan saja pijakan baru namun sistem radar yang benar-benar baru dengan kemampuan yang jauh meningkat. Uni Emirat Arab mendapatkan hal ini,” kata dia.



Yang menjadi pokok fokus pengembangan adalah berbagai kemungkinan untuk membangun sistem AEW&C yang disesuaikan secara khusus untuk keperluan pemesan.



“Termasuk juga untuk Indonesia. Kami tahu bahwa Indonesia memiliki sistem persenjataan dan pertahanan dari Timur dan Barat. Semuanya bisa dipadukan dengan sistem GlobalEye ini dan kami telah mengerjakan hal itu pada beberapa negara,” katanya.



Secara bisnis, pasar yang kini dibidik untuk GlobalEye adalah Timur Tengah, Asia, dan Eropa.

Editor: Tasrief Tarmizi

COPYRIGHT © ANTARA 2016
Sistem GlogalEye Saab diperkenalkan - ANTARA News

CN-235 PT Dirgantara Indonesia hadir di Singapore Air Show 2016
Selasa, 16 Februari 2016 22:57 WIB | 3.362 Views
Pewarta: Ade Marboen
20160216CN-235_MPA_Persuader_Pichugin.jpg

Pesawat militer CN-235 TNI AU. Foto menunjukkan pesawat terbang buatan PT Dirgantara Indonesia itu yang dialokasikan menjadi pesawat patroli maritim. (wikipedia.org)

Changi, Singapura (ANTARA News) - Pesawat terbang komuter berbaling-baling buatan PT Dirgantara Indonesia, CN-235, hadir di antara 64 pesawat terbang yang tampil dalam peragaan statik di Singapore Air Show 2016, di Changi, Singapura.



PT Dirgantara Indonesia menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang mendekatkan diri dengan khalayak penerbangan internasional di ajang kedirgantaraan, yang digelar rutin tiap dua tahun sejak 2008 itu.



Dilihat di arena peragaan statik Singapore Air Show 2016, Selasa, CN-235 diparkir di ujung paling utara arena itu, bertetangga dengan pesawat angkur berat buatan Airbus Military, A400M, dari Tentera Udara Diraja Malaysia, ATR-72-600 dari pabrikannya, Avions de Transport Regionale, pesawat jet bisnis Global 5000 (maskapai Streit), dan Gulfstream G650ER (Qatar Air).



Pada hari perdana alias hari pembukaan Singapore Air Show 2016, khalayak yang hadir dikhususkan untuk para pejabat militer dan pemerintahan negara peserta atau undangan dan pebisnis penerbangan.



Banyak lobi dan pembicaraan tingkat tinggi terjadi di antara mereka, di antaranya Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, dan CEO Airbus Group, Tom Ender, dan calon penggantinya, Dirk Hoke, bersama Kepala Airbus Military, Fernando Alonso.



Airbus Industrie yang memiliki divisi bisnis pesawat terbang sipil, pesawat terbang militer (Airbus Military), dan pesawat helikopter (Eurocopter), memang menjadi rekan pengembangan PT Dirgantara Indonesia sejak masa perusahaan penerbangan Spanyol, CASA, berdiri.



Spanyol menjadi salah satu negara pendiri Airbus Industrie, bersama Prancis, Jerman, dan Italia.



Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, dalam keterangannya, menyatakan, “Singapore Air Show merupakan ajang menampilkan keunggulan PT Dirgantara Indonesia di Asia dan dunia untuk membuktikan kemampuan bangsa menguasai teknologi kedirgantaraan.”



Jika di luar ruang CN-235 diperagakan kepada publik, maka model skala N219 yang digadang-gadang akan merebut pasar pesawat komuter ringan de Havilland DHC-6 dari Kanada, diperagakan di gerai PT Dirgantara Indonesia yang terletak di blok C77, tidak terlalu jauh dari gerai PT Garuda Indonesia.



CN-235 dirancang dibuat bersama CASA dengan PT Dirgantara Indonesia. Secara keseluruhan, 230 unit CN-235 telah diserahkan kepada pemesan, termasuk militer Amerika Serikat, yang menempatkan pesawat komuter ini dalam Skuadron Operasi Khusus 427, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Karolina Utara.



Korea Selatan salah satu negara pemakai CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia, selain TNI AU.

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © ANTARA 2016
CN-235 PT Dirgantara Indonesia hadir di Singapore Air Show 2016 - ANTARA News

Indonesian Army bought UMS Skeldar UAV, (known as Rajawali UAV)

Singapore Airshow 2016: Indonesian Army acquires three Rajawali UAVs
Ridzwan Rahmat, Singapore - IHS Jane's Defence Weekly
16 February 2016


1635115_-_MAIN.jpg

A mock-up of the Rajawali-330 UAV at the Singapore Airshow 2016. The Indonesian Army awarded a contract for three such platforms in December 2015. Source: IHS/Ridzwan Rahmat
Key Points
  • The Indonesian Army has signed a contract for three fixed-wing surveillance UAVs
  • Acquisition is in line with the wider aspiration to leverage on unmanned systems for defence-related operations
The Indonesian Army (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat, or TNI-AD) has signed a contract for three fixed-wing surveillance and reconnaissance UAVs known as the Rajawali-330.

The platform is based on UMS SKELDAR's F-330 fixed-wing surveillance UAV and is being co-developed under licence by Indonesian defence equipment manufacturer PT Bhinneka Dwi Persada (BDP).

"The contract was awarded in December 2015", said Christeven Bong, PT BDP's executive engineer, in an interview with IHS Jane's at the Singapore Airshow 2016 on 16 February. "The contract includes three operational UAVs with associated sensors, three training UAVs, and related command-and-control components such as operator consoles," said Bong. He has however declined to reveal the value of the contract, citing confidentiality issues.

The Rajawali-330 has an overall length of 2.27 m, a height of 0.9 m, and a wingspan of 3.3 m. It has a maximum take-off weight of 21.5 kg and can carry a maximum payload of 10 kg. Powered by a single piston engine, the Rajawali-330 has a top speed of 70 kt and a cruise speed of 43 kt. At maximum payload, the UAV has endurance in excess of eight hours.

The platforms to be delivered to the TNI-AD will each carry one electro-optical/infrared camera for day and night surveillance, one hyperspectral camera, and one mapping camera with Light Detection and Ranging (LIDAR) capabilities.

According to the company, the first platform will be delivered at the end of March 2016 with subsequent deliveries made by the end of the year.
Singapore Airshow 2016: Indonesian Army acquires three Rajawali UAVs | IHS Jane's 360

20160217antarafoto-simulasi-tempur-laut-170216-ol-1.jpg



Simulasi Tempur Di LautPrajurit TNI AL berjaga dengan senjata PSU Metaliyur 12,7 mm diatas Kapal Angkatan Laut (KAL) I.5.13 Maribaya saat simulasi peran tempur bahaya permukaan di perairan laut jawa wilayah Tegal, Jawa Tengah, Rabu (17/2). Simulasi oleh Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal yang meliputi peran parade lambung kanan atau kiri, peran pemanduan, peran muka belakang dan peran persiapan kapal berlayar dan bertempur tersebut untuk menguji kesiapan personel dan mengasah kemampuan tempur di laut. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
20160217antarafoto-simulasi-tempur-laut-170216-ol-2.jpg



Simulasi Tempur Di LautPrajurit TNI AL menyiapkan amunisi senjata PSU Metaliyur 12,7 mm diatas Kapal Angkatan Laut (KAL) I.5.13 Maribaya saat simulasi peran tempur bahaya permukaan di perairan Laut Jawa wilayah Tegal, Jawa Tengah, Rabu (17/2). Simulasi oleh Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal yang meliputi peran parade lambung kanan atau kiri, peran pemanduan, peran muka belakang dan peran persiapan kapal berlayar dan bertempur tersebut untuk menguji kesiapan personel dan mengasah kemampuan tempur di laut. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
 
.
Hihi, katanya perangkat internalnya yang nyediain Boeing, pesawatnya terserah pake apa juga bisa, yang mau masang juga terserah tapi nanti mereka yang kasih asistensi. Cuman insting cewek doang kok

ya, okelah kalau begitu. sip.


pindad-anoa.jpg
 
Last edited:
.
Boeing MSA ini keunggulanya apa dibanding CN235/295 MPA? Dirgantara Indonesia dimaksimalin lah perannya. Kalau masih suka telat, penaltinya aja yang harus dipertegas. Klo ada barang substitusi impor yang diproduksi di dalam negeri kalau bisa ya jangan impor....
Keunggulannya sih selain soal endurance dan kecepatan (karena emang dia bermesin jet) juga dilengkapi dgn AESA multi-mode radar dan memiliki system yg hampir sama walaupun mungkin gak se-advance Poseidon. Jadi produk MSA ini bisa dibilang versi murahnya dari P8-Poseidon.

Tapi saya setuju, untuk TNI-AL mungkin ada baiknya klo armada CN-235MPA ini diperbanyak / dilengkapi dulu, setidaknya buat mengisi area blindspot yg masih blum tercover, selain tentunya juga sekalian memajukan industri dalam negeri.
 
.
Keunggulannya sih selain soal endurance dan kecepatan (karena emang dia bermesin jet) juga dilengkapi dgn AESA multi-mode radar dan memiliki system yg hampir sama walaupun mungkin gak se-advance Poseidon. Jadi produk MSA ini bisa dibilang versi murahnya dari P8-Poseidon.

Tapi saya setuju, untuk TNI-AL mungkin ada baiknya klo armada CN-235MPA ini diperbanyak / dilengkapi dulu, setidaknya buat mengisi area blindspot yg masih blum tercover, selain tentunya juga sekalian memajukan industri dalam negeri.

Soal endurance sepertinya CN235 masih lebih unggul, apalagi varian CN295. Soal kecepatan memang harus diakui tertinggal tapi untuk fungsi patroli maritim masih sangat memadai, dan pastinya lebih hemat secara operasional. Klo mau adopsi dalemannya sih oke2 aja, yang penting Industri dalam negeri tetap dilibatkan, dan proses pengadaanya transparan... pokoknya jangan ngejar2 kickback deh...
 
Last edited:
.
navy.jpg


Pengamanan

Sejumlah prajurit dari Satuan Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkopaska Koarmabar) TNI Angkatan Laut, tengah bersiap melakukan pengamanan kedatangan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Ade Supandi di dermaga Teluk Bayur Padang, 16 Februari 2016 untuk melihat secara langsung persiapan dan kelengkapan armada dalam menyambut kegiatan International Fleet Review (IRF) 2016, 2nd Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) dan 15th Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 yang akan diselenggarakan di kota Padang dan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat April 2016 mendatang. Dalam kegiatan ini Angkatan laut dari 36 Negara antara lain China, Australia, Bangladesh, Brunei Darrusalam, Cambodia, Rusia, Korea Selatan, Japan, Malaysia, Netherland, Pakistan, USA, Thailand akan ikut ambil bagian dalam latihan operasi Militer bersama. (Covesia Photo/Andri Mardiansyah)

-----------------------------
Inside CN235 MPA
airasia_qz8501-Indonesia_military_aircraft_search-cn235-291214-reuters.jpg


Ane prefer perbanyak dulu nh MPA, yg punya boeing main diatas 700m, Muuuahal. kalo dibeliin CN235 MPA lumayan tuh. Ato beli AWACS dari saab ajah duite IMHO
 
.

Country Latest Posts

Back
Top Bottom