Boeing MSA ini keunggulanya apa dibanding CN235/295 MPA? Dirgantara Indonesia dimaksimalin lah perannya. Kalau masih suka telat, penaltinya aja yang harus dipertegas. Klo ada barang substitusi impor yang diproduksi di dalam negeri kalau bisa ya jangan impor....
Hihi, katanya perangkat internalnya yang nyediain Boeing, pesawatnya terserah pake apa juga bisa, yang mau masang juga terserah tapi nanti mereka yang kasih asistensi. Cuman insting cewek doang kok
Really, you always have list A1 before some media release news..
eh udah ada artikelnya nih yang soal globaleye
Sistem GlogalEye Saab diperkenalkan
Selasa, 16 Februari 2016 21:54 WIB | 3.509 Views
Pewarta: Ade Marboen
GlobalEye dari sistem AEW&C Saab, Swedia, dalam paparan di Singapore Air Show, Selasa. GlobalEye memiliki banyak subsistem dan sensor, di antaranya sensor EO/IR, radar pengamatan maritim, komunikasi satelit, AIS maritim, EOS, ISAR, ESM/electronic intelligent, EriEye ER radar, IFF/ADS-B, datalink, dan sistem lain. (saab.com)
Changi, Singapura (ANTARA News) - Sistem kendali dan peringatan dini (AEW&C) yang baru dari Saab, GlobalEye, diluncurkan dan dinyatakan jauh lebih canggih dan efisien ketimbang sistem pendahulunya, EriEye.
Diperkenalkan kepada publik penerbangan dunia secara perdana di Singapore Air Show 2016, di Changi, Singapura, Selasa, sistem GlobalEye dikombinasikan dan dibangun di atas pijakan pesawat jet bisnis Bombardier 6000.
Adalah Direktur Senior Pengamatan Udara Saab, Erick Windberg, yang mengenalkan sistem GlobalEye itu secara resmi dalam presentasinya di gelaran kedirgantaraan Asia itu.
Salah satu basis kerja utama GlobalEye adalah pranata AESA (
Active Electronically Scanned Array) dari generasi terkini dengan berbagai penyempuraan dari EriEye yang menjadi pendahulu.
Dalam tinjauan langsung ke hanggar produksinya di Gotheborg, Swedia, tahun lalu, EriEye ditampilkan kebolehannya dalam mengendus, mengenali, dan memberi peringatan dini atas kehadiran obyek-obyek di udara, darat, dan laut.
Bahkan ukuran hingga sebesar bola kaki yang mengapung di laut bisa dia bedakan dan kenali dari jarak 400 kilometer dan dari ketinggian jelajah di atas awan
stratocumulus.
Pada saat bersamaan, obyek-obyek lain yang ada dalam jangkauan 400 kilometernya bisa dia terakan secara presisi dan data yang disebar melalui sistem datalink disajikan dalam berbagai bentuk dan tampilan.
Dia juga bisa menganalisis obyek-obyek yang paling potensial mengancam kepentingan dan keselamatan operator sesuai misi yang disandang. Swedia sebagai negara maritim dan bertetangga langsung dengan Rusia memakai sistem AEW&C buatan negaranya ini.
EriEye bisa dipasang di pesawat terbang berbaling-baling Saab 340 dan juga pesawat jet bisnis Embraer 145 buatan Embraer SA, Brazil. Kini basisnya diperluas, yaitu Bombardier 6000 buatan Kanada, dengan operator sistem radar dan peringatan dini sebanyak lima orang.
Bombardier 6000 untuk kepentingan pijakan GlobalEye ini memiliki kemampuan terbang tanpa henti hingga 11 jam pada ketinggian di atas 30.000 kaki dari permukaan laut.
Kini, kata Windberg, “Kemampuannya meningkat hingga 70 persen lebih, dengan ukuran dan pemakaian energi yang sama. Ini sebagai permisalan dari sekian banyak perubahan yang kami dapat lakukan dan masih terus berkembang.”
Tentang pijakan sistem yang memakai pesawat jet bisnis Bombardier 6000, diyakini juga sebagai upaya Saab Aeronautics untuk meraih pasar lebih luas.
“Sejauh ini kami telah menandatangani kontrak pembelian dengan Uni Emirat Arab senilai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat untuk pembelian dua unit GlobalEye ini,” kata Windberg. Kontrak itu ditandatangani di Dubai Air Show 2015, pada November lalu.
“Kami kini memiliki bukan saja pijakan baru namun sistem radar yang benar-benar baru dengan kemampuan yang jauh meningkat. Uni Emirat Arab mendapatkan hal ini,” kata dia.
Yang menjadi pokok fokus pengembangan adalah berbagai kemungkinan untuk membangun sistem AEW&C yang disesuaikan secara khusus untuk keperluan pemesan.
“Termasuk juga untuk Indonesia. Kami tahu bahwa Indonesia memiliki sistem persenjataan dan pertahanan dari Timur dan Barat. Semuanya bisa dipadukan dengan sistem GlobalEye ini dan kami telah mengerjakan hal itu pada beberapa negara,” katanya.
Secara bisnis, pasar yang kini dibidik untuk GlobalEye adalah Timur Tengah, Asia, dan Eropa.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Sistem GlogalEye Saab diperkenalkan - ANTARA News
CN-235 PT Dirgantara Indonesia hadir di Singapore Air Show 2016
Selasa, 16 Februari 2016 22:57 WIB | 3.362 Views
Pewarta: Ade Marboen
Pesawat militer CN-235 TNI AU. Foto menunjukkan pesawat terbang buatan PT Dirgantara Indonesia itu yang dialokasikan menjadi pesawat patroli maritim. (wikipedia.org)
Changi, Singapura (ANTARA News) - Pesawat terbang komuter berbaling-baling buatan PT Dirgantara Indonesia, CN-235, hadir di antara 64 pesawat terbang yang tampil dalam peragaan statik di Singapore Air Show 2016, di Changi, Singapura.
PT Dirgantara Indonesia menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang mendekatkan diri dengan khalayak penerbangan internasional di ajang kedirgantaraan, yang digelar rutin tiap dua tahun sejak 2008 itu.
Dilihat di arena peragaan statik Singapore Air Show 2016, Selasa, CN-235 diparkir di ujung paling utara arena itu, bertetangga dengan pesawat angkur berat buatan Airbus Military, A400M, dari Tentera Udara Diraja Malaysia, ATR-72-600 dari pabrikannya, Avions de Transport Regionale, pesawat jet bisnis Global 5000 (maskapai Streit), dan Gulfstream G650ER (Qatar Air).
Pada hari perdana alias hari pembukaan Singapore Air Show 2016, khalayak yang hadir dikhususkan untuk para pejabat militer dan pemerintahan negara peserta atau undangan dan pebisnis penerbangan.
Banyak lobi dan pembicaraan tingkat tinggi terjadi di antara mereka, di antaranya Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, dan CEO Airbus Group, Tom Ender, dan calon penggantinya, Dirk Hoke, bersama Kepala Airbus Military, Fernando Alonso.
Airbus Industrie yang memiliki divisi bisnis pesawat terbang sipil, pesawat terbang militer (Airbus Military), dan pesawat helikopter (Eurocopter), memang menjadi rekan pengembangan PT Dirgantara Indonesia sejak masa perusahaan penerbangan Spanyol, CASA, berdiri.
Spanyol menjadi salah satu negara pendiri Airbus Industrie, bersama Prancis, Jerman, dan Italia.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, dalam keterangannya, menyatakan, “Singapore Air Show merupakan ajang menampilkan keunggulan PT Dirgantara Indonesia di Asia dan dunia untuk membuktikan kemampuan bangsa menguasai teknologi kedirgantaraan.”
Jika di luar ruang CN-235 diperagakan kepada publik, maka model skala N219 yang digadang-gadang akan merebut pasar pesawat komuter ringan de Havilland DHC-6 dari Kanada, diperagakan di gerai PT Dirgantara Indonesia yang terletak di blok C77, tidak terlalu jauh dari gerai PT Garuda Indonesia.
CN-235 dirancang dibuat bersama CASA dengan PT Dirgantara Indonesia. Secara keseluruhan, 230 unit CN-235 telah diserahkan kepada pemesan, termasuk militer Amerika Serikat, yang menempatkan pesawat komuter ini dalam Skuadron Operasi Khusus 427, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Karolina Utara.
Korea Selatan salah satu negara pemakai CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia, selain TNI AU.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
CN-235 PT Dirgantara Indonesia hadir di Singapore Air Show 2016 - ANTARA News
Indonesian Army bought UMS Skeldar UAV, (known as Rajawali UAV)
Singapore Airshow 2016: Indonesian Army acquires three Rajawali UAVs
Ridzwan Rahmat, Singapore - IHS Jane's Defence Weekly
16 February 2016
A mock-up of the Rajawali-330 UAV at the Singapore Airshow 2016. The Indonesian Army awarded a contract for three such platforms in December 2015. Source: IHS/Ridzwan Rahmat
Key Points
- The Indonesian Army has signed a contract for three fixed-wing surveillance UAVs
- Acquisition is in line with the wider aspiration to leverage on unmanned systems for defence-related operations
The Indonesian Army (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat, or TNI-AD) has signed a contract for three fixed-wing surveillance and reconnaissance UAVs known as the Rajawali-330.
The platform is based on UMS SKELDAR's F-330 fixed-wing surveillance UAV and is being co-developed under licence by Indonesian defence equipment manufacturer PT Bhinneka Dwi Persada (BDP).
"The contract was awarded in December 2015", said Christeven Bong, PT BDP's executive engineer, in an interview with
IHS Jane's at the Singapore Airshow 2016 on 16 February. "The contract includes three operational UAVs with associated sensors, three training UAVs, and related command-and-control components such as operator consoles," said Bong. He has however declined to reveal the value of the contract, citing confidentiality issues.
The Rajawali-330 has an overall length of 2.27 m, a height of 0.9 m, and a wingspan of 3.3 m. It has a maximum take-off weight of 21.5 kg and can carry a maximum payload of 10 kg. Powered by a single piston engine, the Rajawali-330 has a top speed of 70 kt and a cruise speed of 43 kt. At maximum payload, the UAV has endurance in excess of eight hours.
The platforms to be delivered to the TNI-AD will each carry one electro-optical/infrared camera for day and night surveillance, one hyperspectral camera, and one mapping camera with Light Detection and Ranging (LIDAR) capabilities.
According to the company, the first platform will be delivered at the end of March 2016 with subsequent deliveries made by the end of the year.
Singapore Airshow 2016: Indonesian Army acquires three Rajawali UAVs | IHS Jane's 360
Simulasi Tempur Di LautPrajurit TNI AL berjaga dengan senjata PSU Metaliyur 12,7 mm diatas Kapal Angkatan Laut (KAL) I.5.13 Maribaya saat simulasi peran tempur bahaya permukaan di perairan laut jawa wilayah Tegal, Jawa Tengah, Rabu (17/2). Simulasi oleh Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal yang meliputi peran parade lambung kanan atau kiri, peran pemanduan, peran muka belakang dan peran persiapan kapal berlayar dan bertempur tersebut untuk menguji kesiapan personel dan mengasah kemampuan tempur di laut. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Simulasi Tempur Di LautPrajurit TNI AL menyiapkan amunisi senjata PSU Metaliyur 12,7 mm diatas Kapal Angkatan Laut (KAL) I.5.13 Maribaya saat simulasi peran tempur bahaya permukaan di perairan Laut Jawa wilayah Tegal, Jawa Tengah, Rabu (17/2). Simulasi oleh Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tegal yang meliputi peran parade lambung kanan atau kiri, peran pemanduan, peran muka belakang dan peran persiapan kapal berlayar dan bertempur tersebut untuk menguji kesiapan personel dan mengasah kemampuan tempur di laut. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)