What's new

Indonesia Defence Forum

CIRNOV UAD DAN TNI AD RISET RUDAL SASARAN UDARA
25 JULI 2018 DIANEKO_LC 4 KOMENTAR


Center for Integrated Research and Innovation (Cirnov) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta bersama Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat melakukan penelitian dan akhirnya berhasil membuat rudal sasaran udara.

Dilansir dari laman Suara Merdeka (25/ 07), Peneliti Cirnov UAD Prof Hariyadi mengungkapkan, rudal atau peluru kendali merupakan senjata ampuh untuk melumpuhkan sasaran terbang. Senjata ini sangat vital sehingga harus dikuasai dan dimiliki negara. Karena itulah kampus menggandeng Dislitbang TNI AD membuat dan mengembangkan rudal kaliber 70 milimeter yang mampu menghantam sasaran seperti pesawat, pesawat tempur, drone, dan sejenisnya dengan kecepatan tinggi.

‘’Pembuatan rudal yang dapat mengejar sasaran di udara sudah dilakukan sejak tahun 2016 dan telah berhasil diujitembakkan tiap tahun untuk penyempurnaan yang mendapat dukungan dari PT Pindad dan Pustekbang Lapan untuk uji aerodinamik dan telemetri,’’ papar pakar fisika metrologi, elektronika dan instrumentasi tersebut.

Uji tembak rudal produk lokal tersebut merupakan rudal kaliber 70 dengan kecepatan tinggi yang pertama kali dibuat anak bangsa Indonesia. Selama ini uji-uji tembak banyak dilakukan untuk roket-roket balistik dalam negeri yang tidak mengejar sasaran.

Rudal ini merupakan jenis antipesawat terbang dengan kategori jarak dekat hingga jangkauan 4.000 meter dengan teknologi fire and forget, yakni menembak sasaran tanpa harus memandunya.

Ini sekelas rudal panggul antipesawat Strela buatan Rusia, Stinger (Ameriksa Serikat), dan QW (Tiongkok).

Menurut Hariyadi, rudal buatan UAD dan TNI AD memungkinkan bagian seeker (pencari sasaran-Red) mengunci sasaran yang telah dibidik secara akurat menggunakan deteksi pancaran sinar infra merah yang dihasilkan sasaran seperti pesawat terbang dan helikopter. Kemudian, bersama dengan subsistem kendali akan melakukan manuver gerakan untuk mencapai sasaran.

Cukup rumit sehingga di sinilah pentingnya penguasaan ilmu fisika optik dan material yang memadai untuk dapat membuat dan mengembangkan rudal.

Sistem kendali yang bergerak sangat cepat melebihi kecepatan suara dalam mengejar pesawat tempur tidak mudah dibuat. Hal yang harus diperhatikan antara lain aspek kestabilan rudal selama terbang, tekanan udara, berat yang berubah seiring dengan pembakaran bahan roket pendorong, juga respons seeker yang harus cepat sehingga diperlukan kemampuan penguasaan teknologi yang sangat berbeda dari teknologi kendali pada robot yang bergerak lambat.

Profesor yang pernah melanglang buana ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat itu menjelaskan sejumlah tahapan pembuatan rudal. Salah satu tahapan yakni uji karakteristik bahan propelan roket yang dilakukan di Lapangan Tembak, Laboratorium Disltibang TNI AD, Batujajar, Bandung, Jawa Barat.

Uji ini sangat penting untuk dapat mengetahi performa roket pendorong untuk rudal yang harus disesuaikan dengan sistem kendali yang di dalamnya. Ada bagian pencari sasaran, sirip, penyeimbang atau stabiliser, dan lainnya.

‘’Kami memiliki rencana besar pengembangan riset hingga produksi rudal kaliber 70 milimeter. Riset ini sebagai langkah awal untuk membuat dan memproduksi sendiri rudal antisasaran udara yang mudah dioperasikan, murah, antiembargo, dan sesuai postur TNI,’’ tandas Hariyadi.

Photo: Jajaran TNI AD melakukan uji coba propelan bahan dorong roket untuk rudal sasaran udara karya asli Indonesia. (24/ 07) (SM)


ARMY and some universities institution researching the development of manpads for Army use
where is the photo?
 
http://www.angkasareview.com/2018/0...itempatkan-di-gmf-aeroasia-selama-tiga-tahun/

Teknisi TNI AU Akan Ditempatkan di GMF AeroAsia Selama Tiga Tahun
Juli 25, 2018 Berita No comments
Screen-Shot-2017-12-13-at-1.42.34-PM-e1513147469545.png
GMF AeroAsia
ANGKASAREVIEW.COM – TNI Angkatan Udara akan menempatkan personel teknik perawatan mesin pesawat di PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF AeroAsia) dalam kurun tiga tahun per satu kali penugasan. Personel yang akan ditempatkan dipilih terlebih dahulu oleh TNI AU berdasarkan kompetensi yang dimiliki.

Selain melaksanakan pengabdiannya di GMF, personel tersebut juga akan mendapatkan peningkatan kemampuan di anak perusahaan Garuda Indonesia itu.

Penandatanganan kerja sama antara PT GMF AeroAsia dengan TNI AU telah dilaksanakan oleh Asisten Personel (Aspers) KSAU Marsda TNI Anastasius Sumadi dan Direktur Human Capital dan Corporate Affairs GMF Asep Kurnia di Tangerang, pada 20 Juli lalu.

Aspers KSAU mengapresiasi tercapainya kerja sama ini yang sekaligus membuktikan dukungan TNI AU sebagai bagian dari kekuatan pertahanan matra udara. Dikatakan, TNI AU sudah siap dengan personel yang akan ditugaskan di GMF nantinya.

“TNI AU telah menyiapkan prajurit yang memiliki kualifikasi dan kompetensi untuk melaksanakan pengabdiannya di PT GMF Aero Asia,” jelas Anastasius Sumadi.

Senada dengan hal itu, GMF AeroAsia menyambut baik atas tercapainya kesepakatan yang merupakan simbiosis mutualisma dengan TNI AU dan telah dijajaki sejak setahun terakhir ini.

“Dengan perjanjian ini diharapkan dapat memantik lahirnya hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme dari kedua belah pihak,” kata Asep Kurnia yang didampingi Direktur Business and Base Operation GMF Tazar Marta Kurniawan.

TNI-AU-dan-GMF-AeroAsia-Angkasa-Review.png
Dispenau
Sobat AR, seperti diketahui, TNI AU mengoperasikan sejumlah pesawat B737 baik di Skadron Udara 5 maupun di Skadron Udara 17 termasuk pesawat hibah dari Garuda Indonesia. Perawatan pesawat ini membutuhkan peningkatan kemampuan bagi para teknisinya.

Sementara GMF AeroAsia sebagai sebuah industri perawatan pesawat (MRO) yang memiliki cakupan yang luas di satu sisi juga membutuhkan personel-personel bantuan kedinasan melalui penugasan dari TNI AU. Selain jenis pesawat yang telah disebutkan, GMF AeroAsia juga memiliki sertifikasi untuk perawatan pesawat-pesawat lainnya.

Bagi personel teknik TNI AU sendiri, kesempatan penugasan di GMF AeroAsia akan menambah wawasan, pengetahuan, dan peningkatan kemampuan.

Roni Sontani


Some of Indonesian Air Force technicians will be assigned for three years to Garuda Maintenance Facility to sharpen their skill.

Apakah ini clue kalo Poseidon dan Pegasus serta A400m semakin dekat ?
Why Pegasus? If anything it's the MRTT as GIA operates substantial number of A330 no?
 
TNI AU siap bentuk tiga skuadron di Papua
Kamis, 26 Juli 2018 13:43

Pewarta : Muhsidin

KSAU_1.jpg

KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna bersama keluarga pahlawan nasional Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang diabadikan menjadi nama Lanud Lombok, Kamis (26/7). (Antaranews Papua/Muhsidin)

Biak (Antaranews Papua) - Markas besar TNI Angkatan Udara tengah menyiapkan pembentukan tiga skuadron di wilayah Timur Indonesia dalam upaya menjaga kedaulatan serta meningkatkan pengamanan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya Provinsi Papua dan Papua Barat.

"Program TNI AU untuk pembetukan tiga satuan Skuadron terdiri Skuadron Tempur, Skuadron pesawat angkut Hercules serta Skuadron pesawat tampak awak (UAV)," kata KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, di Biak, Kamis.

Ia mengatakan pengembangan tiga Skuadron TNI AU di wilayah Papua sebagai pengembangan kebijakan strategis alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Udara.

Untuk lokasi Skuadron baru TNI AU di Papua, menurut KSAU Marsekal Yuyu, sampai sekarang sedang dilakukan kajian tim Mabes TNI Angkatan Udara.

Kehadiran skuadron baru TNI di Papua, lanjut KSAU Marsekal Yuyu, sudah sangat mendesak untuk dapat direaliasikan guna meningkatkan kekuatan sistem pertahanan udara di wilayah Timur Indonesia, khususnya Provinsi Papua.

"Kedaulatan wilayah udara NKRI dari Sabang hingga Merauke harus tetap terjaga melalui kehadiran satuan prajurit TNI Angkatan Udara, ya Mabes TNI AU sangat berharap pembentukan tiga skuadron bisa terealiasi tahun 2019," ujarnya.

Menyinggung Lanud mana yang akan dijadikan base operasional pembentukan Skuadron baru, menurut KSAU Yuyu, hingga saat ini sudah ada yang disiapkan di wilayah Papua.

"Untuk lokasi Lanud mana yang siap membentuk Skuadron baru akan menjadi prioritas Mabes TNI Angkatan Udara melalui Koopsau III," katanya.

Kunjungan kerja KSAU Marsekal Yuyu Sutisna di Lanud Manuhua Biak untuk memimpin sertijab Komndan Lanud Silas Papare Jayapura, dan peresmian peningkatan status type A Lanud Manuhua Biak dan Lanud Jayapura serta peresmian pergantian delapan nama Lanud di Indonesia berlatar belakang nama pahlawan Nasional.
Editor : Anwar Maga

https://papua.antaranews.com/berita/469029/tni-au-siap-bentuk-tiga-skuadron-di-papua

Indonesian Air Force ready to establish at 2019 three squadrons in Papua (each 1 squadron for fighters, hercules and UAVs)
 
ARMY and some universities institution researching the development of manpads for Army use
not a manpad, but target drone

Tidak Mau Main-main, TNI AU Berlatih Setahun Persiapan Bertarung di Pitch Black 2018
Juli 26, 2018 Artikel, Berita No comments
Penerbang-Skadron-Udara-3.jpg
Penlanud IWJ
ANGKASAREVIEW.COM – Ajang latihan tempur udara multinasional dua tahunan ‘Exercise Pitch Black 2018’ yang diselenggarakan oleh Angkatan Udara Australia (RAAF) menjadi tolak ukur kemampuan dari masing-masing negara peserta. Tidak mau asal ikut atau hanya ‘bermain-main’ saja, TNI AU pun melakukan persiapan selama setahun penuh.

Bila dalam pelaksanaan Pitch Black 2012 TNI AU menurunkan kekuatan empat Su-27SKM/30MK2 Flankerdari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan maka dalam Pitch Black 2018 kekuatan yang dikerahkan adalah delapan F-16C-52ID Fighting Falcon, jet tempur terbaru TNI AU yang dibeli dari Paman Sam dan dioperasikan oleh Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.

Sebanyak 24 pesawat F-16C/D Block 25 diakuisisi Indonesia dan ditingkatkan kemampuannya hingga setara Block 52. Selain Skadron Udara 3, Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau juga mengoperasikan pesawat ini.

Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Samsul Rizal saat melepas keberangkatan 8 F-16 dan 3 C-130 Hercules (pesawat pendukung) mengatakan, latihan Pitch Black merupakan latihan multinasional dan melaksanakan skenario pertempuran udara mendekati sesungguhnya.

Pitch-Black-2018-TS-1627-Angkasa-Review.png
Penlanud IWJ
“Sebanyak 12 negara dan 140 pesawat. Masing-masing negara membawa alutsistanya seperti Sukhoi, F-18, dan F-16 terbaru. Skenario yang dibuat dalam latihan ini mendekati operasi udara sesungguhnya, tentu dengan dukungan teknologi yang sangat maju,” ujar penerbang F-5E/F Tiger II lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1990 ini sebagaimana dicuplik AntaraTV, Rabu (25/7).

Sementara itu Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Gusti Made Yoga Ambara menyatakan, terkait persiapan untuk ikut dalam Pitch Black 2018, pihaknya sejak tahun lalu telah melaksanakan kegiatan penerbangan berupa latihan tempur udara.

“Tahun kemarin kami sudah melatihkan beberapa kegiatan penerbangan mulai dari 1v1 (satu lawan satu), 2v2, maupun 4v2. Kami sudah melakukan latihan pertempuran skala kecil di TNI AU. Kebetulan tahun kemarin juga kami sudah melaksanakan latihan dengan Australia sehingga kami saat ini sudah siap,” ujar alumni AAU 2000 yang telah telah membukukan lebih dari 2.000 jam terbang di F-16 ini.

Pitch-Black-2018-TS-1625-Angkasa-Review.png
Penlanud IWJ
Sobat AR, keikutsertaan Skadron Udara 3 dalam latihan tempur udara di belahan selatan ini membawa harapan besar bagi peningkatan kemampuan para penerbang dan bertambahnya wawasan mengenai teknologi modern pertempuran udara. TNI AU melibatkan 87 personel termasuk 12 penerbang dan enam orang peninjau dari Mabesau.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Novyan Samyoga saat dihubungi Angkasa Review mengatakan, para penerbang F-16 yang dikirim TNI AU dalam latihan ini akan mengikuti seluruh rangkaian latihan yang dilaksanakan. “Mereka akan mengikuti seluruh materi yang dilaksanakan dalam Pitch Black 2018,” ujarnya.

Exercise Pitch Black 2018 dilaksanakan pada 27 Juli hingga 17 Agustus 2018. Sejumlah pesawat tempur dan pesawat-pesawat pendukung telah berkumpul di RAAF Darwin, Australia. Beberapa di antaranya sempat transit di Indonesia. Seperti jet tempur Su-30MKI dari Angkatan Udara India (IAF) yang singgah di Lanud El Tari, Kupang. Kemudian Saab Gripen C/D dari AU Thailand (RTAF), dan F-18D Hornet dari AU Malaysia (RMAF).
 
not a manpad, but target drone

Tidak Mau Main-main, TNI AU Berlatih Setahun Persiapan Bertarung di Pitch Black 2018
Juli 26, 2018 Artikel, Berita No comments
Penerbang-Skadron-Udara-3.jpg
Penlanud IWJ
ANGKASAREVIEW.COM – Ajang latihan tempur udara multinasional dua tahunan ‘Exercise Pitch Black 2018’ yang diselenggarakan oleh Angkatan Udara Australia (RAAF) menjadi tolak ukur kemampuan dari masing-masing negara peserta. Tidak mau asal ikut atau hanya ‘bermain-main’ saja, TNI AU pun melakukan persiapan selama setahun penuh.

Bila dalam pelaksanaan Pitch Black 2012 TNI AU menurunkan kekuatan empat Su-27SKM/30MK2 Flankerdari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan maka dalam Pitch Black 2018 kekuatan yang dikerahkan adalah delapan F-16C-52ID Fighting Falcon, jet tempur terbaru TNI AU yang dibeli dari Paman Sam dan dioperasikan oleh Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.

Sebanyak 24 pesawat F-16C/D Block 25 diakuisisi Indonesia dan ditingkatkan kemampuannya hingga setara Block 52. Selain Skadron Udara 3, Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau juga mengoperasikan pesawat ini.

Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Samsul Rizal saat melepas keberangkatan 8 F-16 dan 3 C-130 Hercules (pesawat pendukung) mengatakan, latihan Pitch Black merupakan latihan multinasional dan melaksanakan skenario pertempuran udara mendekati sesungguhnya.

Pitch-Black-2018-TS-1627-Angkasa-Review.png
Penlanud IWJ
“Sebanyak 12 negara dan 140 pesawat. Masing-masing negara membawa alutsistanya seperti Sukhoi, F-18, dan F-16 terbaru. Skenario yang dibuat dalam latihan ini mendekati operasi udara sesungguhnya, tentu dengan dukungan teknologi yang sangat maju,” ujar penerbang F-5E/F Tiger II lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1990 ini sebagaimana dicuplik AntaraTV, Rabu (25/7).

Sementara itu Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Gusti Made Yoga Ambara menyatakan, terkait persiapan untuk ikut dalam Pitch Black 2018, pihaknya sejak tahun lalu telah melaksanakan kegiatan penerbangan berupa latihan tempur udara.

“Tahun kemarin kami sudah melatihkan beberapa kegiatan penerbangan mulai dari 1v1 (satu lawan satu), 2v2, maupun 4v2. Kami sudah melakukan latihan pertempuran skala kecil di TNI AU. Kebetulan tahun kemarin juga kami sudah melaksanakan latihan dengan Australia sehingga kami saat ini sudah siap,” ujar alumni AAU 2000 yang telah telah membukukan lebih dari 2.000 jam terbang di F-16 ini.

Pitch-Black-2018-TS-1625-Angkasa-Review.png
Penlanud IWJ
Sobat AR, keikutsertaan Skadron Udara 3 dalam latihan tempur udara di belahan selatan ini membawa harapan besar bagi peningkatan kemampuan para penerbang dan bertambahnya wawasan mengenai teknologi modern pertempuran udara. TNI AU melibatkan 87 personel termasuk 12 penerbang dan enam orang peninjau dari Mabesau.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Novyan Samyoga saat dihubungi Angkasa Review mengatakan, para penerbang F-16 yang dikirim TNI AU dalam latihan ini akan mengikuti seluruh rangkaian latihan yang dilaksanakan. “Mereka akan mengikuti seluruh materi yang dilaksanakan dalam Pitch Black 2018,” ujarnya.

Exercise Pitch Black 2018 dilaksanakan pada 27 Juli hingga 17 Agustus 2018. Sejumlah pesawat tempur dan pesawat-pesawat pendukung telah berkumpul di RAAF Darwin, Australia. Beberapa di antaranya sempat transit di Indonesia. Seperti jet tempur Su-30MKI dari Angkatan Udara India (IAF) yang singgah di Lanud El Tari, Kupang. Kemudian Saab Gripen C/D dari AU Thailand (RTAF), dan F-18D Hornet dari AU Malaysia (RMAF).


Manpads surely look at this paragraphs

Rudal ini merupakan jenis antipesawat terbang dengan kategori jarak dekat hingga jangkauan 4.000 meter dengan teknologi fire and forget, yakni menembak sasaran tanpa harus memandunya.

Ini sekelas rudal panggul antipesawat Strela buatan Rusia, Stinger (Ameriksa Serikat), dan QW (Tiongkok).

Menurut Hariyadi, rudal buatan UAD dan TNI AD memungkinkan bagian seeker (pencari sasaran-Red) mengunci sasaran yang telah dibidik secara akurat menggunakan deteksi pancaran sinar infra merah yang dihasilkan sasaran seperti pesawat terbang dan helikopter. Kemudian, bersama dengan subsistem kendali akan melakukan manuver gerakan untuk mencapai sasaran.
 
Back
Top Bottom