F-16V, Saab Gripen & FA-50 Golden Eagle are currently the 3 candidates for the Indonesian Air Force Hawk 100/200 Replacement.
Viper dan Super Hercules, Kuda Hitam untuk TNI AU
November 13, 2016
Randall L. Howard (kiri) dan Richard Johnston (kanan) menjelaskan keunggulan-keunggulan F-16V dan C-130J Super Hercules. Sumber gambar: Suharso Rahman
Kompetisi jet tempur dan pesawat angkut militer untuk TNI Angkatan Udara, diprediksi akan makin ketat mengingat sejumlah negara memberikan tawaran menarik kepada Pemerintah Indonesia terkait performa pesawat, transfer teknologi, dan ofset yang menjadi syarat pembelian alutsista dari luar negeri.
Untuk pesawat tempur, selain pengganti F-5 peluang masih terbuka lebar dalam dekade ini mengingat dua skadron Hawk 100/200 yang ada di Pekanbaru dan Pontianak pada 2026 sudah harus punya pengganti karena pada masa itu Hawk 100/200 telah mengabdi 30 tahun di TNI AU. Itu artinya, dalam sepuluh tahun mulai dari sekarang TNI AU sudah harus mengkaji jet tempur mana yang paling cocok untuk menggantikan Hawk 100/200.
Wakil Asisten Perencanaan (Waasrena) KSAU, Marsma TNI Arif Mustofa, memberikan sedikit bocoran kepada Angkasa. Dikatakan, untuk pengganti Hawk 100/200 saat ini ada tiga pesawat yang sedang dikaji. Ketiganya adalah jet tempur mesin tunggal, yakni Saab Gripen, Lockheed Martin F-16 Viper, dan KAI FA-50 Golden Eagle. “Ketiga pesawat ini berpeluang, terutama Gripen danViper silakan bertarung,” ujar Arif di Jakarta, 1 November 2016.
Randall L. Howard, Pengembangan Bisnis F-16 Lockheed Martin, dalam ajang Indo Defence 2016 di Jakarta mengatakan, Pemerintah Indonesia tahun lalu telah menanyakan kemungkinan Indonesia membeli F-16V dan meminta penjelasan kepada Lockheed Martin mengenai performa dan harga F-16
Viper. Pemerintah AS pun telah memberikan respons pada awal 2016 dan menyatakan bahwa Indonesia bisa membeli F-16V berikut segala persenjataannya. “Ya, Pemerintah AS telah mengatakan bahwa Indonesia boleh membeli F-16V berikut segala persenjataannya,” papar Howard kepada beberapa jurnalis termasuk
Angkasa.
F-16 Viper. Sumber gambar: Lockheed Martin
Dijelaskan Howard, F-16V merupakan produk F-16 termutakhir dengan teknologi terkini dari seluruh keluarga F-16 yang telah diproduksi sebanyak 4.500 unit di mana 3.300 unit di antaranya saat ini masih dioperasikan di 24 negara (27 operator).
“Viper dilengkapi beragam avionik canggih dan radar terbaru AESA. Lockheed Martin bukan pertama kali mengintegrasikan radar AESA, melainkan sudah punya pengalaman seperti pada F-22
Raptor, F-16 Block 60, dan F-35
Lightning II. Radar AESA yang digunakan Viper, punya komunalitas 85% dengan radar yang digunakan pada F-35,” ujar Randy panggilan Randall.
Radar AESA yang dimaksud, tidak lain adalah AN/APG-83 SABR (
Scalable Agile Beam Radar) buatan Northrop Grumman yang mulai digunakan sejak 2008. Radar AESA ini merupakan turunan dari radar AESA AN/APG-77 (F-22), AN/APG-80 (F-16 Block 60), dan AN/APG-81 (F-35). SABR terpilih menjadi platform radar
Viper karena kemampuannya yang terdepan dan biaya perawatannya yang paling efisien.
Efisiensi dan penghematan lainnya, akan didapat oleh operator
Viperkarena F-16V memiliki umur penggunaan yang panjang, yakni 12.000 jam terbang, meningkat dari umur rata-rata F-16 yang 8.000 jam terbang.
Randall menambahkan, keuntungan lain bila Indonesia mengoperasikan
Viper adalah ketersediaan dukungan F-16 yang sangat luas di seluruh dunia. Dengan produksi yang sangat banyak, 3.300 unit saat ini beroperasi, tidak ada kekhawatiran Indonesia untuk tidak mendapatkan suku cadang F-16. Demikian jua dengan syarat ofset atau transfer teknologi, Lockheed Martin akan memberikannya kepada Indonesia.
“Perlu Anda ketahui, untuk ofset dan transfer teknologi, Lockheed Martin adalah yang terbesar melakukan hal itu dengan nilai mencapai 45 miliar dolar AS di seluruh dunia. Tidak ada perusahaan lain yang bisa menandingi,” tambah Howard.
Artinya, mengenai ofset, hal itu dipandang bukan sesuatu yang baru bagi Lockheed Martin. “Contohnya kami membuat F-16 di Korea, Turki, Belgia, dan negara lainnya. Dengan Indonesia pun sama. Hal yang bisa dilakukan misalnya produksi bersama komponen F-16,” tandasnya.
Randall berpromosi, dibandingkan pesawat tempur mesin tunggal sekelasnya, F-16V adalah yang terunggul. Pesawat ini terbang lebih cepat, membawa persenjataan lebih banyak, dan radius tempurnya paling jauh. Soal sebutan F-16
Viper dengan Block 70, hal itu dibenarkan oleh Howard. “Ya betul, F-16 Block 70 adalah
Viper yang menggunakan mesin buatan General Electric, sementara Block 72 adalah yang menggunakan mesin Pratt & Whitney,” ujarnya.
http://angkasa.co.id/info/militer/angkatan-udara/viper-dan-super-hercules-kuda-hitam-untuk-tni-au/