What's new

Indonesia Defence Forum

Well , i don't know about respect but i saw a neccesity when i see one . All these US sponsored CCP " containment effort " in the region will proceed much more smoothly if we were willing to dip our toe in the party and get wet while at it . With our political neutrality stance's history . People will noticed some thing are about to go very wrong ....
And that alone send a very .... Very strong message . Whose Administration is be damned .

Its about political regime longevity. Anything came out from any US administration can only last at most 8 years (2 presidential term). While CCP has always play the long game measured in decades.
 
its all coming together .......

TNI AL butuh pesawat patroli maritim multifungsi anti-kapal selam
Kamis, 8 Oktober 2020 18:41 WIB

TNI AL butuh pesawat patroli maritim multifungsi anti-kapal selam

TNI AL menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait kebutuhan pesawat patroli maritim multifungsi (Multirole MPA) di Gedung Neptunus, Markas Besar Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Kamis (8/10/2020). (ANTARA/ HO-Dispenal)
Jakarta (ANTARA) - Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Angkatan Laut Laksda TNI Didik Setiyono mengatakan TNI Angkatan Laut saat ini membutuhkan pesawat patroli maritim multifungsi (Multirole Maritime Patrol Aircraft/ MPA) berkemampuan anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan untuk mendukung tugas pokok TNI AL.

Untuk memperoleh saran dan masukan yang membangun terkait kebutuhan itu, TNI AL menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Neptunus, Markas Besar Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Kamis.

“Saya berharap agar dalam kegiatan FGD ini diperoleh saran dan masukan yang membangun terkait jenis pesawat udara Multirole MPA yang sesuai untuk TNI AL dihadapkan dengan tugas pokok TNI dan TNI AL dalam rangka menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia," ujar Didik.

Baca juga: KN Pulau Nipah-321 bayangi kapal Penjaga Pantai China keluar ZEEI

Ia mengatakan bahwa kebutuhan pesawat patroli maritim canggih itu muncul mengingat tuntutan pengamanan dan kedaulatan nasional kawasan perairan Indonesia saat ini semakin berat, juga mengingat adanya keterbatasan kemampuan armada patroli yang dimiliki TNI AL.

"Perkembangan lingkungan strategis di kawasan saat ini menuntut adanya kemampuan pengamanan di wilayah perairan Indonesia, baik dalam segi penegakan hukum maupun kemampuan menghadapi ancaman yang berdimensi militer," kata Didik.

Misalnya, lanjut Didik, patroli kawasan di Laut Cina Selatan (LCS). Ia menilai ada kerawanan tinggi berdimensi militer yang dapat muncul di sana, mengingat adanya tumpang tindih klaim antara negara-negara yang bersengketa.

"Hal itu menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan yang memiliki tingkat kerawanan tinggi, baik kerawanan terhadap pelanggaran hukum maupun kerawanan terjadinya konflik terbuka antara negara yang bersengketa," ujar Didik.

Baca juga: TNI AL luncurkan Kapal PC 40 M produksi dalam negeri

Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan adanya kemampuan menggelar operasi yang lebih efektif dan efisien berupa penguatan pesawat MPA berkemampuan anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan yang berfungsi sebagai perpanjangan mata dan perpanjangan tangan unsur-unsur TNI AL dalam mendukung tugas pokok TNI.

Sebab, apabila Indonesia tidak mampu mengamankan kepentingan nasionalnya, maka akan menimbulkan ancaman terhadap sumber daya yang dimiliki Indonesia dan juga akan mengundang pihak-pihak lain yang bersengketa untuk mengintervensi kebijakan pertahanan Indonesia untuk kepentingannya masing-masing.

Didik menilai intervensi itu dapat merugikan posisi Indonesia sebagai negara Non-Blok.

“Dengan eskalasi tingkat kerawanan tersebut, Indonesia harus siap dan mampu melindungi kepentingannya di Laut Natuna Utara dengan mengandalkan kekuatannya sendiri," ujar Asops Kasal.

Baca juga: TNI AL evaluasi menyeluruh kondisi kapal perang sudah "berumur"

FGD tersebut diikuti secara fisik oleh peserta dari Satuan Kerja Mabesal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Waasrena Kasal Laksma TNI Erwin S. Aldedharma dan Waasops Kasal Laksma TNI Irvansyah turut hadir menyaksikan kegiatan tersebut.

Selain itu, acara juga dilaksanakan secara virtual bersama Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 1,2, dan 3; Komando Armada 1,2, dan 3; Seskoal, Puspenerbal, dan Dislitbangal.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2020

Poseidon P8
 
Its about political regime longevity. Anything came out from any US administration can only last at most 8 years (2 presidential term). While CCP has always play the long game measured in decades.

Soviet Union being outclassed by US albeit their Regime too always play'long term game
 
Soviet Union being outclassed by US albeit their Regime too always play'long term game

As i edited my previous reply for him. As long as our core interest still aligned and a lot of freebies + discount to be pocketed around .... ?? It's in our nature for RI and US to be closely cooperating equally based on the shared common ground .
 
https://poskota.co/nasional/empat-negara-jadi-tujuan-kuliah-kerja-pasis-seskoau-a-57-secara-virtual/
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
POSKOTA.CO – Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai kebijakan, strategi dan desain dibidang peningkatan sumber daya manusia, alih teknologi pertahanan dan penerapan revolusi industri 4.0, maka empat negara menjadi tujuan Kuliah Kerja Luar Negeri (KKLN) Perwira Siswa (Pasis) Seskoau Angkatan Ke-57 yang diadakan secara virtual dari Bangsal Srutasala, Seskoau, Lembang. Selasa (29/09/2020). Keempat negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan dan India.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adapun narasumber dari kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari ini antara lain Atase Udara Amerika Serikat Colonel Brian McCullough dan perwakilan Boeing Company, Director General Air Combat Enablers Air Commodore Wendy Blyth, Atase Pertahanan Australia Brigadier Justin Roocke dan Asisten Sekretaris Industri Pertahanan Danielle Tuckfield serta perwakilan dari Airbus Company, perwakilan dari India Air Force Group Captain Manish Sinha dan perwakilan dari Hindustan Aerospace Limited Industries, Dr. G Srikantha Sharma dan Dr. C.G. Shivaprasad, serta Atase Pertahanan Korea Selatan Captain (Navy) Jung Yeun Soo dan perwakilan Korea Aerospace Industries.
View attachment 675979
View attachment 675980

hope they learn for what they really need.
Air Force

its all coming together .......

TNI AL butuh pesawat patroli maritim multifungsi anti-kapal selam
Kamis, 8 Oktober 2020 18:41 WIB

TNI AL butuh pesawat patroli maritim multifungsi anti-kapal selam

TNI AL menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait kebutuhan pesawat patroli maritim multifungsi (Multirole MPA) di Gedung Neptunus, Markas Besar Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Kamis (8/10/2020). (ANTARA/ HO-Dispenal)
Jakarta (ANTARA) - Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Angkatan Laut Laksda TNI Didik Setiyono mengatakan TNI Angkatan Laut saat ini membutuhkan pesawat patroli maritim multifungsi (Multirole Maritime Patrol Aircraft/ MPA) berkemampuan anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan untuk mendukung tugas pokok TNI AL.

Untuk memperoleh saran dan masukan yang membangun terkait kebutuhan itu, TNI AL menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Neptunus, Markas Besar Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Kamis.

“Saya berharap agar dalam kegiatan FGD ini diperoleh saran dan masukan yang membangun terkait jenis pesawat udara Multirole MPA yang sesuai untuk TNI AL dihadapkan dengan tugas pokok TNI dan TNI AL dalam rangka menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia," ujar Didik.

Baca juga: KN Pulau Nipah-321 bayangi kapal Penjaga Pantai China keluar ZEEI

Ia mengatakan bahwa kebutuhan pesawat patroli maritim canggih itu muncul mengingat tuntutan pengamanan dan kedaulatan nasional kawasan perairan Indonesia saat ini semakin berat, juga mengingat adanya keterbatasan kemampuan armada patroli yang dimiliki TNI AL.

"Perkembangan lingkungan strategis di kawasan saat ini menuntut adanya kemampuan pengamanan di wilayah perairan Indonesia, baik dalam segi penegakan hukum maupun kemampuan menghadapi ancaman yang berdimensi militer," kata Didik.

Misalnya, lanjut Didik, patroli kawasan di Laut Cina Selatan (LCS). Ia menilai ada kerawanan tinggi berdimensi militer yang dapat muncul di sana, mengingat adanya tumpang tindih klaim antara negara-negara yang bersengketa.

"Hal itu menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan yang memiliki tingkat kerawanan tinggi, baik kerawanan terhadap pelanggaran hukum maupun kerawanan terjadinya konflik terbuka antara negara yang bersengketa," ujar Didik.

Baca juga: TNI AL luncurkan Kapal PC 40 M produksi dalam negeri

Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan adanya kemampuan menggelar operasi yang lebih efektif dan efisien berupa penguatan pesawat MPA berkemampuan anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan yang berfungsi sebagai perpanjangan mata dan perpanjangan tangan unsur-unsur TNI AL dalam mendukung tugas pokok TNI.

Sebab, apabila Indonesia tidak mampu mengamankan kepentingan nasionalnya, maka akan menimbulkan ancaman terhadap sumber daya yang dimiliki Indonesia dan juga akan mengundang pihak-pihak lain yang bersengketa untuk mengintervensi kebijakan pertahanan Indonesia untuk kepentingannya masing-masing.

Didik menilai intervensi itu dapat merugikan posisi Indonesia sebagai negara Non-Blok.

“Dengan eskalasi tingkat kerawanan tersebut, Indonesia harus siap dan mampu melindungi kepentingannya di Laut Natuna Utara dengan mengandalkan kekuatannya sendiri," ujar Asops Kasal.

Baca juga: TNI AL evaluasi menyeluruh kondisi kapal perang sudah "berumur"

FGD tersebut diikuti secara fisik oleh peserta dari Satuan Kerja Mabesal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Waasrena Kasal Laksma TNI Erwin S. Aldedharma dan Waasops Kasal Laksma TNI Irvansyah turut hadir menyaksikan kegiatan tersebut.

Selain itu, acara juga dilaksanakan secara virtual bersama Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 1,2, dan 3; Komando Armada 1,2, dan 3; Seskoal, Puspenerbal, dan Dislitbangal.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2020

Navy

Are they scrambling for Poseidon?
 
Rumors are that Mark Esper plans to resign after the November election regardless of whether Trump gets re-elected or not... So he probably wants to get this done now before there's a change of heart in the next administration, especially if the Dems get to win this November... It's good that Prabowo (and by association, us) is finally getting the due respect from the US both as the defense minister and as a rising regional power..

My guess is Esper just can't stand the all those political "tug of war" within US DoD. Even a guy such as Mad Dog end up resigning. I also extremely doubt the invitation is due to Esper want to wrap things up before November election. This look like something that has been in the plan for quite a while.

I also doubt the US administration (in genera at least) recognize Indonesia as regional power. In most likely case most of them never even heard of Indonesia.
 
I dont think so, just firing exercise I believe. That is job with high risk since they could make some people not happy with their investigation. I also hope that people working in high risk government/pubic job like KPK/Police detective etc can still retain/carry their gun after retirement since the retirement can be the period where the revenge can happen. Once that persons passed away, then the gun should be taken back by police.

This happen with one member of my big family who was a high rank detective Police officer, he get killed after he reached retirement. In case he was allowed to bring pistol, I believe he can still be alive since the killers themselves dont use gun to kill him.

Thats true. I do think that these PPNS do fit that job description. There is only 30 of them on the payroll. My understanding is that they already do some of their riskier assignments with TNI/Polri escort, but being trained in firearms will allow them better independence and might save the time needed in calling backup (especially in remote areas)

I have a friend who has worked as legal council for big commodity company (Oil & Coal), he said that a lot of remote area outside of Java and Bali really do feel like the wild west sometimes, with armed gangster ect. Though he did say that Petroleum gangster is usually small fry compared to coal gangster since they just 'mafia distribusi' rather than controlling the entire supply chain. (Not including big mafia in Gov BUMN ya)
 
There's plan for that, don't worry

Somewhere along the line i once heard a big plan for the army . On how they intend to make KODAM as full plus brigade strength mechanized force . With the independent support batts . While Div only for KOSTRAD ( 1 mechanized div and 1 para raider div ) . ment as hammer while the KODAM as an anvil . Now KOSTRAD goes 2 and half Div i don't know where they plan to go from the previous idea . One question that i never get the answer was .. what's the army solution for the mountainous specialized warfare group ( Papua ring a bell here )
I know they keep the kujangs as an embryo but they still clueless if i may bold to say on to the direction they where to aim at ...
 
Somewhere along the line i once heard a big plan for the army . On how they intend to make KODAM as full plus brigade strength mechanized force . With the independent support batts . While Div only for KOSTRAD ( 1 mechanized div and 1 para raider div ) . ment as hammer while the KODAM as an anvil . Now KOSTRAD goes 2 and half Div i don't know where they plan to go from the previous idea . One question that i never get the answer was .. what's the army solution for the mountainous specialized warfare group ( Papua ring a bell here )
I know they keep the kujangs as an embryo but they still clueless if i may bold to say on to the direction they where to aim at ...
All I heard for PUSPENERBAD's expansion under MEF was 2 full Apache attack helicopter squadrons and 2 heavy lift squadrons.
 
Last edited:
A

All I heard for PUSPENERBAD's expansion under MEF was 2 full Apache attack helicopter squadrons and 2 heavy lift squadrons.

That's only part of the " Grand plans " termed first during the SBY's clans in the army reins . Note the first SAKTI and SAMAR was iniated during that time along the concept of mechanized mobile infantry themes . The idea is try to make a hybrd concept between 101st and 82nd style . Air assault yet still para's qualify on moment notice and full pledged heavy mechanized div were still equipped and trained as a heavy hammer do .
On how they will works on the air mobility concept . i have no idea . not to mention the original creator was allready out of the loop .
But , the KOSTRAD hybrid's Brigade creation was mean some semblance of the core idea are well taken and implemented by the top brass i assumed .
 

Latest posts

Back
Top Bottom