too big ? i really prefer this platform to use 35mm + long range ATGM such as Brimstone or Spike , TNI should also have insight that this catamaran could potentially become a future platform for our USV
Indonesia Defence Forum
- Thread starter nufix
- Start date
Kansel
FULL MEMBER
- Joined
- Aug 28, 2019
- Messages
- 1,214
- Reaction score
- 1
- Country
- Location
our NASAMS will also use mercedes benz ACTROS for their carrier platform .
Kansel
FULL MEMBER
- Joined
- Aug 28, 2019
- Messages
- 1,214
- Reaction score
- 1
- Country
- Location
Yep
___________________________________________
Chopper formation by IDAF 4th wing
Pict:Jeff Prananda
Attachments
based on the PDF that i read here .
https://assets.new.siemens.com/siem...b10017-00-7600wssinavydcproppermasyn72dpi.pdf
the changbogo class and the Old Overhauled Nanggala already equipped with SINAVY-DC by siemens that also had capability to degauss the whole submarine hull to hide it's magnetic signature , the only thing left to make our subs a legit silent hunter is the AIP module .
https://assets.new.siemens.com/siem...b10017-00-7600wssinavydcproppermasyn72dpi.pdf
the changbogo class and the Old Overhauled Nanggala already equipped with SINAVY-DC by siemens that also had capability to degauss the whole submarine hull to hide it's magnetic signature , the only thing left to make our subs a legit silent hunter is the AIP module .
Jatosint
FULL MEMBER
- Joined
- Jan 4, 2019
- Messages
- 298
- Reaction score
- 0
- Country
- Location
The weapon configuration will depend on its role/mission requirements, here are my previous thoughts on Tank Boat roles and choice of weapons:
BTW, the news said that it can carry 5 crew + 60 troops but looking at its dimensions......does it really have space for 65 people??
15-25 troops still realistic , have a look of this russian project 02800 , i think the antasena would fill the same role .The weapon configuration will depend on its role/mission requirements, here are my previous thoughts on Tank Boat roles and choice of weapons:
BTW, the news said that it can carry 5 crew + 60 troops but looking at its dimensions......does it really have space for 65 people??
Kansel
FULL MEMBER
- Joined
- Aug 28, 2019
- Messages
- 1,214
- Reaction score
- 1
- Country
- Location
I wonder if they can fit this ship into our LPDThe weapon configuration will depend on its role/mission requirements, here are my previous thoughts on Tank Boat roles and choice of weapons:
BTW, the news said that it can carry 5 crew + 60 troops but looking at its dimensions......does it really have space for 65 people??
Really hope they consider the automation of this tho.
Jatosint
FULL MEMBER
- Joined
- Jan 4, 2019
- Messages
- 298
- Reaction score
- 0
- Country
- Location
IMO, if not for the we 30mm RWS, actually we already have KMC Komodo for that role, Same speed (40 knots) more space (3 crews + 30 troops)
So maybe, instead of pouring money for the so called 'Tank Boat', it is better to make an up-armored and up-gunned version of our KMC Komando, similar to US/Swedish littoral patrol boat (??)
Each of our LPDs are able to carry two 24 meter LCUs
Compared to the 24m LCU, Tank Boat is 5 meters shorter but 1,5 wider. If you look at this picture, there's still some distance between the two LCUs and the well dock wall.
Therefore, I think our LPDs can carry two Tank Boats
Last edited:
Nike
ELITE MEMBER
- Joined
- Mar 28, 2013
- Messages
- 13,867
- Reaction score
- 24
- Country
- Location
using Darto eye mk VI surveillance optics,
Bakamla should invest more on surveillance aircraft. King Air 350 ER MPA or Twin otter mpa version is a nice choice from budget view and commonality there is not much problem to operate them. There is also helicopter units and more KN NIPAH like vessels
Btw, the issue had been resolved. And we are starting to guide our "Marine militia"
Our western fleets should be comprised of our state the art vessels, most largest vessels combatant as our bigger and larger neighbours usually operated in Western area of operation like China, Singapore, India and Thailand.
Bakamla should invest more on surveillance aircraft. King Air 350 ER MPA or Twin otter mpa version is a nice choice from budget view and commonality there is not much problem to operate them. There is also helicopter units and more KN NIPAH like vessels
Btw, the issue had been resolved. And we are starting to guide our "Marine militia"
Our western fleets should be comprised of our state the art vessels, most largest vessels combatant as our bigger and larger neighbours usually operated in Western area of operation like China, Singapore, India and Thailand.
Nike
ELITE MEMBER
- Joined
- Mar 28, 2013
- Messages
- 13,867
- Reaction score
- 24
- Country
- Location
Sharing work PT LEN for Indonesia Black Eagle MALE UAV , is commited for development of Flight control system, Ground control system and payload mission system. And this including simulation mission system.
----------- @@@ ---------------
Intermezzo
Our police forces had new technology to observe and mitigate forest fire, especially in Sumatra area. But during training and briefing for member of North Sumatra police, there is "unique" accident happened. Chief of Police command in Riau Police department made emergency call toward his member on the field....the rest you can read it yourselves
https://m.goriau.com/berita/baca/ta...-bentakbentak-kapolda-begini-kejadiannya.html
----------- @@@ ---------------
Intermezzo
Our police forces had new technology to observe and mitigate forest fire, especially in Sumatra area. But during training and briefing for member of North Sumatra police, there is "unique" accident happened. Chief of Police command in Riau Police department made emergency call toward his member on the field....the rest you can read it yourselves
https://m.goriau.com/berita/baca/ta...-bentakbentak-kapolda-begini-kejadiannya.html
gondes
FULL MEMBER
- Joined
- Aug 9, 2016
- Messages
- 226
- Reaction score
- 0
- Country
- Location
Blak-blakan Wahyu Sakti Trenggono
Bicara Industri Pertahanan, Wamenhan: Harusnya Tak Rugi
Deden Gunawan - detikNews
Jumat, 13 Mar 2020 06:56 WIB
Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono (Foto: Citra Nur Hasanah / 20detik)
Jakarta -
Mengembangkan industri pertahanan menjadi tugas utama Wahyu Sakti Trenggono sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Dia yang dijuluki 'Juragan Menara' harus membenahi setidaknya tiga industri pertahanan strategis yakni PT Pindad (Perindustrian TNI Angkatan Darat), PT PAL (Penataran Angkatan Laut), dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Dalam tiga bulan pertama sebagai wakil menteri, dia tak cuma mempelajari sejumlah undang-undang terkait sebagai pijakan, juga menemukenali berbagai permasalahan di ketiga perusahaan tersebut.
"Saya tiga bulan pertama itu ketika diberi tugas oleh beliau (Jokowi) langsung belajar menyeluruh seperti kuliah 16 SKS," kata Trenggono kepada Tim Blak-blakan detik.com.
Dari kajiannya, alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Bandung itu optimistis ketiga industri pertahanan tersebut dapat berkembang lebih maju. Syaratnya, antara lain dukungan penuh dari pemerintah, memodernisasi alat produksi, dan meningkatkan kapasitas manajemen di dalamnya.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah, kata lelaki kelahiran Semarang, 3 November 1962 tersebut, berbagai sarana angkutan udara TNI ke depan akan menggunakan produk PT DI. Khusus PT PAL diberi tugas untuk menggarap dua kapal fregat senilai 720 juta USD atau sekitar Rp 11 triliun dalam lima tahun ke depan.
Proyek ini bekerja sama dengan Denmark untuk transfer teknologi, dan dikerjakan sepenuhnya di galangan kapal PT PAL di Surabaya.
"PAL ini seharusnya menjadi perusahaan perkapalan nasional yang paling hebat di kawasan. Nah, harusnya gak ada cerita dia rugi itu, gak ada. Kalau sampai dia rugi pasti ada salah manajemen," kata Trenggono.
Kepada PT Pindad dia secara khusus meminta agar sejumlah peralatan produksi, khususnya di sektor amunisi dan peluru dibuat dengan mesin yang lebih canggih. Sebab kebutuhan peluru untuk TNI/Polri per tahun mencapai satu miliar butir. Tapi kapasitas produksi Pindad selama ini hanya 250 juta butir peluru.
"Ternyata alat produksinya jadul banget, buatan 1960. Coba bayangin dari zaman gue (baru) lahir (1962) mesin itu masih dipakai," kata Trenggono diiringi tawa.
Dengan berbagai stimulus dan pembenahan yang akan dilakukan, Master Manajemen dari ITB itu berharap industri pertahanan nasional bisa meningkatkan kapasitas produksinya selain terus meningkatkan kualitas yang sudah teruji.
Pada bagian lain, Trenggono juga berbicara ikhwal perang masa depan yang akan lebih banyak melibatkan teknologi Artifical Intelligent dan kendali jarak jauh. "Nanti alat perang itu tinggal pencet remote saja seperti dalam permainan game," ujarnya.
Bagaimana kesiapan para ahli industri pertahanan di tanah air menghadapi tantangan tersebut? Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Wahyu Sakti Trenggono, "3 Industri Pertahanan Unggulan" di detik.com, Jumat (13/3/2020).
https://news.detik.com/berita/d-493...232.972814219.1583902500-605015085.1574211019
No more sigma or lafayette... Iver confirmed kah?
Bicara Industri Pertahanan, Wamenhan: Harusnya Tak Rugi
Deden Gunawan - detikNews
Jumat, 13 Mar 2020 06:56 WIB
Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono (Foto: Citra Nur Hasanah / 20detik)
Jakarta -
Mengembangkan industri pertahanan menjadi tugas utama Wahyu Sakti Trenggono sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Dia yang dijuluki 'Juragan Menara' harus membenahi setidaknya tiga industri pertahanan strategis yakni PT Pindad (Perindustrian TNI Angkatan Darat), PT PAL (Penataran Angkatan Laut), dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Dalam tiga bulan pertama sebagai wakil menteri, dia tak cuma mempelajari sejumlah undang-undang terkait sebagai pijakan, juga menemukenali berbagai permasalahan di ketiga perusahaan tersebut.
"Saya tiga bulan pertama itu ketika diberi tugas oleh beliau (Jokowi) langsung belajar menyeluruh seperti kuliah 16 SKS," kata Trenggono kepada Tim Blak-blakan detik.com.
Dari kajiannya, alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Bandung itu optimistis ketiga industri pertahanan tersebut dapat berkembang lebih maju. Syaratnya, antara lain dukungan penuh dari pemerintah, memodernisasi alat produksi, dan meningkatkan kapasitas manajemen di dalamnya.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah, kata lelaki kelahiran Semarang, 3 November 1962 tersebut, berbagai sarana angkutan udara TNI ke depan akan menggunakan produk PT DI. Khusus PT PAL diberi tugas untuk menggarap dua kapal fregat senilai 720 juta USD atau sekitar Rp 11 triliun dalam lima tahun ke depan.
Proyek ini bekerja sama dengan Denmark untuk transfer teknologi, dan dikerjakan sepenuhnya di galangan kapal PT PAL di Surabaya.
"PAL ini seharusnya menjadi perusahaan perkapalan nasional yang paling hebat di kawasan. Nah, harusnya gak ada cerita dia rugi itu, gak ada. Kalau sampai dia rugi pasti ada salah manajemen," kata Trenggono.
Kepada PT Pindad dia secara khusus meminta agar sejumlah peralatan produksi, khususnya di sektor amunisi dan peluru dibuat dengan mesin yang lebih canggih. Sebab kebutuhan peluru untuk TNI/Polri per tahun mencapai satu miliar butir. Tapi kapasitas produksi Pindad selama ini hanya 250 juta butir peluru.
"Ternyata alat produksinya jadul banget, buatan 1960. Coba bayangin dari zaman gue (baru) lahir (1962) mesin itu masih dipakai," kata Trenggono diiringi tawa.
Dengan berbagai stimulus dan pembenahan yang akan dilakukan, Master Manajemen dari ITB itu berharap industri pertahanan nasional bisa meningkatkan kapasitas produksinya selain terus meningkatkan kualitas yang sudah teruji.
Pada bagian lain, Trenggono juga berbicara ikhwal perang masa depan yang akan lebih banyak melibatkan teknologi Artifical Intelligent dan kendali jarak jauh. "Nanti alat perang itu tinggal pencet remote saja seperti dalam permainan game," ujarnya.
Bagaimana kesiapan para ahli industri pertahanan di tanah air menghadapi tantangan tersebut? Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Wahyu Sakti Trenggono, "3 Industri Pertahanan Unggulan" di detik.com, Jumat (13/3/2020).
https://news.detik.com/berita/d-493...232.972814219.1583902500-605015085.1574211019
No more sigma or lafayette... Iver confirmed kah?
Similar threads
