What's new

Indonesia Defence Forum

Purnawirawan TNI AU: Jangan Terlalu Berharap dengan Su-35
11 hours ago Ery
Su-35-rusia-2.jpg

Jet tempur Sukhoi Su-35 Angkatan Udara Rusia. Sumber gambar: twitter/ @smmsyria


IndoAviation – Seorang purnawirawan TNI Angkatan Udara berpendapat bahwa jangan terlalu besar memberi harapan terhadap jet tempur Sukhoi Su-35 Flanker E. Ada empat alasan yang dikemukakan Marsdya TNI (Purn) Eris Heriyanto terkait pendapatnya tersebut.

Alasan pertama, alumni Akademi Angkatan Udara tahun 1976 ini mengatakan bahwa platform Su-35 merupakan pengembangan dari jenis sebelumnya, yakni Su-27 Flanker. Seperti diketahui, Su-27 merupakan jet tempur generasi ke-4, sementara Su-35 generasi 4++. Akan terkesan tanggung bila Indonesia mengakuisisi Su-35, karena jet tempur generasi ke-5 dengan kemampuan siluman telah hadir.

“Kemampuan platform ini (Su-35) bagus dikecepatan rendah dan stabilitasnya,” imbuh Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional periode 2006-2007 ini kepada IndoAviation beberapa waktu lalu.

Merujuk pada sejarah bangsa ini, kekuatan udara Indonesia pernah disegani dunia internasional. Bagaimana tidak, pada tahun-tahun awal kemerdekaan Angkatan Udara Indonesia pernah disokong sejumlah pesawat paling canggih di masanya.

Pesawat-pesawat itu antara lain adalah pembom strategis Tupolev Tu-16 Badger; pesawat intai OV-10 Bronco dan P-51 Mustang; pesawat tempur F86F Sabre, MiG-15 Fagot, dan MiG-17 Fresco, MiG-19 Farmer, dan MiG-21 Fishbed.

Meskipun pada saat itu perekonomian belum sangat kuat, ditambah lagi stabilitas politik hingga keamanan rutin dipecahkan Belanda dan pemberontak lokal, tapi Indonesia masih mampu mengakuisisi deretan pesawat legendaris tersebut.

Walaupun kondisi perekonomian Indonesia saat ini mengalami degradasi ketimbang sejumlah negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, mungkin pemerintah perlu mempertimbangkan kembali untuk memperkuat TNI AU dengan generasi pesawat yang superior pada era sekarang seperti jet tempur generasi ke-5 yang berkemampuan siluman dan memiliki radar aktif.

Alasan kedua, dari segi avionik Flanker E hanya didukung radar pasif PESA (passive electronically scanned array). Padahal jet tempur sekelasnya seperti Saab JAS 39E/F Gripen, Dassault Rafale, dan Eurofighter Typhoon telah dilengkapi radar aktif AESA (active electronically scanned array).

“Avionik memegang peranan yang sangat penting bagi pesawat tempur, khususnya radar. Radar yang ada di Su-35 bukan EASA radar, namun pasif scanned array (PESA) yang mana akurasinya jauh dari EASA radar,” jelasnya.

Mantan pilot penempur F-16 Fighting Falcon dan F-5 Tiger II TNI AU dengan callsignMustang” ini menerangkan, pada pertempuran udara modern, siapa yang mendeteksi lebih dulu dialah yang memperoleh kesempatan memenangkan pertempuran lebih besar.

Alasan ketiga, pria yang masih aktif menjadi anggota Tim Pelaksana Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) ini menjelaskan bahwa bentuk Su-35 lebih besar dari pesawat tempur sekelasnya, sehingga akan mudah terdeteksi pesawat lawan.

Terakhir, mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan ini menilai dukungan logistik pesawat buatan Rusia tersebut sangat mahal.

“Selain itu, kelemahan pesawat Rusia adalah logistic support yang sangat mahal (life cycle cost). Dengan pertimbangan-pertimbangan ini, kita tidak bisa menaruh kepercayaan terhadap Su-35. Masih jauh dibandingkan dengan kemampuan pesawat F-35 yang dimiliki tetangga-tetangga kita,” tandasnya.

Sebagai informasi, Sukhoi Su-35 Flanker-E atau Super Flanker merupakan pesawat jet tempur multiperan kelas berat buatan Rusia yang memiliki jangkauan lebih luas dari Su-27. Su-35 dikembangkan dari Su-27, dan awalnya diberi nama Su-27M. Pesawat ini dikembangkan untuk menandingi F-15 Eagle dan F-16.

Karena kesamaan fitur dan komponen yang dikandungnya, Su-35 dianggap sebagai sepupu dekat Sukhoi Su-30MKI, sebuah varian Su-30 yang diproduksi untuk India. Pesawat Su-35 perdana kemudian dikembangkan lagi menjadi Su-35BM, yang memasuki deretan produksi sebagai Su-35S untuk AU Rusia.

https://indoaviation.asia/purnawirawan-tni-au-jangan-terlalu-berharap-dengan-su-35/

Nope, that's just an opinion from an ex air force personnel.
Although he is member of KKIP his opinion doesn't reflect Indonesian government position regarding the SU35 purchase.

MoD still want to buy 11 SU35.

If we can get TOT to locally build the snecma engine in Indonesia then I am down with it, dump the F16 + SU35 and welcome Rafale.
 
Last edited:
Nuclear Power is a yes yes for me, and for Nuclear Weapon...No and Yes. It's always nice to have options, and also Nuclear Warheads are relatively easy to make once you know how to do it, but we need to first lobby the UNSC Permanent Members and acquire the necessary technology.

But seriously guys, when even Israel and Pakistan may have Nuclear Weapon, which gave them huge boost to deterrence, why can't we? it could helps us stay neutral and uphold "perdamaian dunia" by having more power leverage. Some of you guys always sees us as a "small country", "forever unworthy to have big guys' toys", we arent lol, we're big and getting bigger.
 
It's either them or the Chinese. And quite honestly I'd rather go with a country that doesn't subsidize their companies so that they can unfairly compete in the global market.
Or neither. We just continue our own thing like we do currently.

Look like it is cruise missile design that was tested by BPPT on wind tunnel and posted on instagram sometime ago that was later erased. The dimension is small but fit with turbojet engine that is currently being developed by one of our state own university.

IMG_9683-01-1200x800-1200x800.jpeg
Imagine if we research PDE or RDE engine as well.
 
Trump chance to be re elected being higher after today speeches, Trump reign actually means less war initiated by US, the more behaved iran, North Korea, the more fairer trade chance with US after snubbing China (in which all of us know Indonesia doesnt stand a chance to compete against China backing of their export commodities), more growth for US economy and all in all Trump is not kind of hypocrite to obstruct Indonesia US arms deals and relatively neutral against our internal policy
 
Nuclear Power is a yes yes for me, and for Nuclear Weapon...No and Yes. It's always nice to have options, and also Nuclear Warheads are relatively easy to make once you know how to do it, but we need to first lobby the UNSC Permanent Members and acquire the necessary technology.

But seriously guys, when even Israel and Pakistan may have Nuclear Weapon, which gave them huge boost to deterrence, why can't we? it could helps us stay neutral and uphold "perdamaian dunia" by having more power leverage. Some of you guys always sees us as a "small country", "forever unworthy to have big guys' toys", we arent lol, we're big and getting bigger.

https://m.cnnindonesia.com/internas...-iran-berminat-bantu-indonesia-bangun-nuklir#

I like if Indonesia considered as nuclear latency country like japan, australia etc. Btw if we had nuke weapon it is like "jilat ludah sndiri" we have nuclear weapon free zone. If we break it likely other SEA country will look us suspicious

Maybe dirty bomb anyone

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dirty_bomb
It is not WMD :D
 
No nuclear arms, better use conventional force but modern and integrated, kenek sanksi ekonomi kukut

SAM aja gk punya mau punya senjata nuklir wkwkwk
 
https://m.cnnindonesia.com/internas...-iran-berminat-bantu-indonesia-bangun-nuklir#

I like if Indonesia considered as nuclear latency country like japan, australia etc. Btw if we had nuke weapon it is like "jilat ludah sndiri" we have nuclear weapon free zone. If we break it likely other SEA country will look us suspicious

Maybe dirty bomb anyone

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dirty_bomb
It is not WMD :D
Stop dreaming on us having Nuclear weapon it's far more realistic for govt to create EMP, much more effective but less lethality.
 
Back
Top Bottom