What's new

Indonesia Defence Forum

masa sih sudah habis, yang bikin budgetnya bego apa!? jamannya Madame Susi ga pernah dengar kapal ga melaut karena ga ada budget lol....alasan dibuat buat

Anggaran tahun ini masih menteri yg lama yg buat gan. Dan sorry aja madam Susi kebanyakan pencitraan ama wartawan jadinya kalau ada hal2x seperti ini ga ter ekspose karena ditutupi berita lainnya.
Sorry aja bagi fans club nya madame Susi walaupun beliaunya memang bagus urusan shock-n-awe lawan maling ikan tapi namanya menteri itu urusannya bukan cuma ngeledakin kapal dan pose utk wartawan, tapi juga me MANAGE budgeting, pembuatan policy, dsb dan selama ini madame Susi kalau saya lihat udah seperti corong suaranya PETA, Greenpeace, dan sejenisnya sedangkan ybs harusnya belain kepentingan (kesejahteraan) nelayan lokal bukan NGO ASING
 
pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal.jpg

INDONESIA
‘LANDING DOCKS ACQUISITION PROJECT’ FILIPINA, MUNGKINKAH PT PAL MENANG?
1 JANUARI 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Bid Submission and Opening untuk Landing Docks Acquisition Project Filipina pada tanggal 26 November 2019 lalu telah menghasilan penawar terendah yaitu galangan kapal lokal Megaship Builders Inc., yang bekerja sama dengan galangan kapal Malaysia, Sing Kiong Hong Dockyards Sdn Bhd.

Masalahnya adalah, Megaship Builders atau bahkan mitra usaha patungannya Sing Kiong Hong Dockyards belum pernah membangun kapal tipe Landing Platform Dock. Kedua perusahaan tampaknya tidak memiliki pengalaman baik dalam memasang, mengintegrasikan dan mendukung peralatan dan subsistem militer.

Tetapi mereka dapat bergabung dengan penawaran karena TWG (Technical Working Group) Angkatan Laut Filipina hanya membutuhkan penawar yang memiliki pengalaman dalam membangun kapal sekitar 7.000 ton atau displacement yang lebih tinggi, tanpa menentukan jenis kapal yang mereka buat sebelumnya.

Singkatnya, adalah kesalahan Angkatan Laut Filipina sehingga perusahaan tersebut dapat bergabung dan bahkan menjadi penawar terendah untuk proyek tersebut karena rinciannya yang tidak jelas dan tidak lengkap mengenai spesifikasi dan persyaratan teknis.

pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal-1.jpg


Dilansir dari laman PH Defense Resource (31/ 12/ 2019), Sing Kiong Hong Dockyards JV adalah penawar terendah untuk Proyek Akuisisi kapal jenis LPD Angkatan Laut Filipina, tampaknya mereka mungkin menabrak “batas” selama tahap Post Qualification Inspection (PQI) yang dilakukan bulan ini.

Dan berdasarkan informasi yang diterima MaxDefense setelah memposting berita tentang Megaship Builders – Sing Kiong Hong Dockyards JV menjadi penawar terendah untuk proyek ini, tampaknya mereka gagal dalam Post Qualification Inspection (PQI) karena alasan keuangan dan teknis, yang mungkin termasuk kurangnya pengalaman mereka dalam membangun kapal seperti LPD atau kapal angkut militer dengan ukuran dan desain yang serupa.

Jika perusahaan patungan itu telah Post-Disqualified, itu artinya penawar terendah kedua akan diberi kesempatan untuk “mencuri pertunjukan”. Dan dalam hal ini, penawar terendah kedua adalah galangan kapal milik negara Indonesia PT PAL (Persero), yang merupakan pembangun LPD kelas Tarlac, yang sudah digunakan oleh Angkatan Laut Filipina.

Sekarang masih harus dilihat apakah PT PAL akan dapat lulus Post Qualification Inspection yang akan dilakukan oleh DND-Bids and Awards Committee (DND-BAC) dan Philippine Navy Technical Working Group (TWG).

pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal-2.jpg


PT PAL sebelumnya telah melewati PQI untuk Proyek Akuisisi Strategic Sealift Vessel (SSV), yang berarti PT PAL memiliki pengalaman dalam bagaimana PQI dilakukan, dan bagaimana cara melewatinya.

Seandainya PT PAL lulus PQI, itu akan menjadi dasar bagi dikeluarkannya Notice of Award (NOA), yang pada gilirannya akan menyebabkan PT PAL menerima kontrak untuk proyek tersebut.

Kemenangan oleh PT PAL juga menguntungkan bagi Angkatan Laut Filipina, karena kedua belah pihak sudah memiliki pengalaman kerja sebelumnya dalam membangun kapal serupa, dan desain yang ditawarkan PT PAL sebenarnya merupakan versi perbaikan dari kelas Tarlac. Ini berarti retensi desain akan membuat kesamaan dan dukungan logistik menjadi lebih sederhana dan lebih efisien, dibandingkan dengan memiliki desain LPD yang berbeda dari yang ada yang sudah dioperasikan Angkatan Laut Filipina.

pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal-3.jpg


MaxDefense hanya berharap bahwa Angkatan Laut Filipina akan mendapatkan peningkatan lebih lanjut pada desain kapal, mengingat mereka gagal untuk memasukkan peningkatan pada kapasitas dek helikopter yang memungkinkan helikopter masa depan Angkatan Udara Filipina, mungkin termasuk helikopter sedang (medium) dan berat (heavy) seperti Helikopter Mi-17 Rusia dan CH-47 Chinook Amerika.

Berikut adalah video yang diposting oleh PT PAL tentang apa yang dapat ditawarkannya kepada Angkatan Laut Filipina. Perhatikan bahwa barang yang tidak termasuk dalam persyaratan teknis tidak akan dikirimkan oleh galangan kapal yang menang, termasuk meriam 76mm Super Rapid, CIWS, dll.


All photos: PAL offered new design on its SSV 123m (PAL)
 
pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal.jpg

INDONESIA
‘LANDING DOCKS ACQUISITION PROJECT’ FILIPINA, MUNGKINKAH PT PAL MENANG?
1 JANUARI 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Bid Submission and Opening untuk Landing Docks Acquisition Project Filipina pada tanggal 26 November 2019 lalu telah menghasilan penawar terendah yaitu galangan kapal lokal Megaship Builders Inc., yang bekerja sama dengan galangan kapal Malaysia, Sing Kiong Hong Dockyards Sdn Bhd.

Masalahnya adalah, Megaship Builders atau bahkan mitra usaha patungannya Sing Kiong Hong Dockyards belum pernah membangun kapal tipe Landing Platform Dock. Kedua perusahaan tampaknya tidak memiliki pengalaman baik dalam memasang, mengintegrasikan dan mendukung peralatan dan subsistem militer.

Tetapi mereka dapat bergabung dengan penawaran karena TWG (Technical Working Group) Angkatan Laut Filipina hanya membutuhkan penawar yang memiliki pengalaman dalam membangun kapal sekitar 7.000 ton atau displacement yang lebih tinggi, tanpa menentukan jenis kapal yang mereka buat sebelumnya.

Singkatnya, adalah kesalahan Angkatan Laut Filipina sehingga perusahaan tersebut dapat bergabung dan bahkan menjadi penawar terendah untuk proyek tersebut karena rinciannya yang tidak jelas dan tidak lengkap mengenai spesifikasi dan persyaratan teknis.

pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal-1.jpg


Dilansir dari laman PH Defense Resource (31/ 12/ 2019), Sing Kiong Hong Dockyards JV adalah penawar terendah untuk Proyek Akuisisi kapal jenis LPD Angkatan Laut Filipina, tampaknya mereka mungkin menabrak “batas” selama tahap Post Qualification Inspection (PQI) yang dilakukan bulan ini.

Dan berdasarkan informasi yang diterima MaxDefense setelah memposting berita tentang Megaship Builders – Sing Kiong Hong Dockyards JV menjadi penawar terendah untuk proyek ini, tampaknya mereka gagal dalam Post Qualification Inspection (PQI) karena alasan keuangan dan teknis, yang mungkin termasuk kurangnya pengalaman mereka dalam membangun kapal seperti LPD atau kapal angkut militer dengan ukuran dan desain yang serupa.

Jika perusahaan patungan itu telah Post-Disqualified, itu artinya penawar terendah kedua akan diberi kesempatan untuk “mencuri pertunjukan”. Dan dalam hal ini, penawar terendah kedua adalah galangan kapal milik negara Indonesia PT PAL (Persero), yang merupakan pembangun LPD kelas Tarlac, yang sudah digunakan oleh Angkatan Laut Filipina.

Sekarang masih harus dilihat apakah PT PAL akan dapat lulus Post Qualification Inspection yang akan dilakukan oleh DND-Bids and Awards Committee (DND-BAC) dan Philippine Navy Technical Working Group (TWG).

pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal-2.jpg


PT PAL sebelumnya telah melewati PQI untuk Proyek Akuisisi Strategic Sealift Vessel (SSV), yang berarti PT PAL memiliki pengalaman dalam bagaimana PQI dilakukan, dan bagaimana cara melewatinya.

Seandainya PT PAL lulus PQI, itu akan menjadi dasar bagi dikeluarkannya Notice of Award (NOA), yang pada gilirannya akan menyebabkan PT PAL menerima kontrak untuk proyek tersebut.

Kemenangan oleh PT PAL juga menguntungkan bagi Angkatan Laut Filipina, karena kedua belah pihak sudah memiliki pengalaman kerja sebelumnya dalam membangun kapal serupa, dan desain yang ditawarkan PT PAL sebenarnya merupakan versi perbaikan dari kelas Tarlac. Ini berarti retensi desain akan membuat kesamaan dan dukungan logistik menjadi lebih sederhana dan lebih efisien, dibandingkan dengan memiliki desain LPD yang berbeda dari yang ada yang sudah dioperasikan Angkatan Laut Filipina.

pal-offered-new-design-on-its-ssv-123m-pal-3.jpg


MaxDefense hanya berharap bahwa Angkatan Laut Filipina akan mendapatkan peningkatan lebih lanjut pada desain kapal, mengingat mereka gagal untuk memasukkan peningkatan pada kapasitas dek helikopter yang memungkinkan helikopter masa depan Angkatan Udara Filipina, mungkin termasuk helikopter sedang (medium) dan berat (heavy) seperti Helikopter Mi-17 Rusia dan CH-47 Chinook Amerika.

Berikut adalah video yang diposting oleh PT PAL tentang apa yang dapat ditawarkannya kepada Angkatan Laut Filipina. Perhatikan bahwa barang yang tidak termasuk dalam persyaratan teknis tidak akan dikirimkan oleh galangan kapal yang menang, termasuk meriam 76mm Super Rapid, CIWS, dll.


All photos: PAL offered new design on its SSV 123m (PAL)
This is just the exact google translate from previous page lol.
From old ARC page writen that PT PAL already disqualified because can not give ToT to them, but from this news it seems the fight still running lol
 
This is just the exact google translate from previous page lol.
From old ARC page writen that PT PAL already disqualified because can not give ToT to them, but from this news it seems the fight still running lol
Cause Phils restarting their LPD procurement and the reason im posting this thing once again cause not everyone can understand English very well.
 
A detail article of Indonesia first MALE UAV.

https://angkasa.news/hot_news/detai...hitam-akan-dilengkapi-senjata-pada-tahun-2024

Asli Buatan Indonesia, Drone Elang Hitam Akan Dilengkapi Senjata Pada Tahun 2024

Selasa, 31 Desember 2019 17:10
Penulis : Beny Adrian

jlhnD2cOZ0DSggsredIbKU1ELWkwbhTNvcju6sIr.jpeg

Drone MALE dengan nama Elang Hitam. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Angkasa.news – Sebuah kebanggaan tentunya bisa menyaksikan peluncuran (roll-out) pesawat terbang nir awak (PUNA) dengan kemampuan MALE (medium altitude long endurance). Dalam kondisi yang berbeda, mengingatkan kita ketika pesawat N250 diluncurkan puluhan tahun lalu dari tempat yang sama.

Bertempat di hangar rotary wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Konsorsium Pengembangan PTTA (pesawat terbang tanpa awak, nama lain dari penyebutan PUNA) Kelas MALE secara resmi meluncurkan drone, Senin (30/12).

Berhubung Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro batal hadir karena harus mengikuti kegiatan presiden, prosesi peluncuran diikuti pemberian nama drone ini pun diserahkan kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Hammam Riza.

“Menristek memberikan nama kepada MALE ini adalah Elang Hitam, Black Eagle,” ucap Hammam di ujung sambutannya. Dengan kata lain, kehadiran Elang Hitam akan melengkapi dua drone yang sudah dikembangkan pemerintah selama ini yaitu Wulung dan Alap-Alap.

Tampilan Elang Hitam memang mudah dikenali. Hidung besar sebagai rumah bagi sistem avionik, kamera, dan muatan lainnya seperti sensor optik dan infra merah, mengingatkan kita kepada drone yang sudah beroperasi di dunia. Begitu juga ekor model gawangan dengan mesin ditanam di belakangnya, memang persis MQ-9 Reaper.

WhatsApp%20Image%202019-12-31%20at%204.43.47%20PM.jpeg

Penekanan tombol sirine tanda roll out drone MALE Elang Hitam. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Konsorsium Pengembangan PUNA Elang Hitam terdiri dari Kementerian Pertahanan (Kemhan), BPPT, TNI AU, Lapan, PTDI, PT Len, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Konsorsium ini dibentuk pada 2015 yang secara formal disahkan melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada 2017.

Dari kesepakatan tahun 2015, turut disepakatidesign, requirement, objective (DRO) dari MALE yang diinginkan.
Proses perancangan dimulai denganpreliminary design, basic design, dan kemudian dilanjutkan pembuatan dua model untuk uji terowong angin pada 2016 dan 2018.

Pengembangan PUNA atau PTTA Elang Hitam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan TNI AU yang diproyeksikan akan mengoperasikan drone MALE dalam jumlah banyak dalam beberapa tahun ke depan.

Namun untuk memenuhi kebutuhan cepat saat ini, TNI AU membeli enam drone CH-4 Rainbow buatan China. Menurut Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu, TNI AU akan mengoperasikan dua skadron drone dengan kekuatan enam pesawat CH-4.

“Inisiasi pelaksanaan riset MALE ini diawali oleh Balitbang Kemhan dan PTDI tahun 2015-2016. Program konsorsium MALE merupakan proyek strategis nasional sebagaimana diinginkan BUMN industri pertahanan untuk peningkatan kemandirian industri pertahanan,” ungkap Dirut PTDI Elfien Goentoro.

Dari spesifikasi Elang Hitam (Black Eagle) yang dipaparkan saat roll out, disebutkan bahwa drone karya anak bangsa ini mampu terbang hingga 30 jam.

Dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle secara simultan, konsep operasi MALE memungkinkan TNI mampu melakukan pengawasan di darat dan laut.

WhatsApp%20Image%202019-12-31%20at%204.43.47%20PM%20(2).jpeg

Tampak belakang Elang Hitam yang menggunakan mesin baling-baling. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien dan kemampuan payload lebih besar dengan jangkauan radius terbang juga lebih jauh, merupakan sebuah kebutuhan bagi Indonesia.

“Ini tentu untuk mengantisipasi persoalan dan ancaman terhadap NKRI terutama masalah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan dan pencurian sumber daya alam,” urai Hammam sambil menambahkan bahwa pembangunan industri pertahanan harus menjadi niat kita semua.

Hammam juga menegaskan bahwa kebijakan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) harus ditempatkan sebagai kebijakan strategis dan dijalankan oleh semua pihak terkait dalam rangka menghadirkan teknologi kunci untuk MALE.

Teknologi kunci dimaksud adalah FCS (flight control system) untuk memampukan Elang Hitam melakukan auto take off dan landing. Hammam juga menyinggung teknologi kunci lainnya mulai dari mission system, weapon, platform integration, material composite,synthetic aperture radar, inertial navigation system, electro optic targeting system, dan guidance system.

“Teknologi kunci ini tidak dapat diberikan negara lain secara cuma-cuma. Tidak ada lagi hal yang lebih patut kita laksanakan dengan menguasai teknologi ini. Penguasaan teknologi adalah amanat UU,” tegas Hammam kepada angkasa.news.

"Elang Hitam akan menjadikan kekuatan kita dalam melaksanakan ISTAR,” yakin Hammam. ISTAR adalah singkatan dari intelligence, surveillance, target acquisition,recoinnassance.

Penegasa Hammam diaminkan oleh anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan yang juga menyaksikan roll out.

“Kita negara ASEAN pertama yang berani membuat sendiri UAV MALE,” ungkap mantan penyiar radio ini. Farhan memastikan dukungan maksimal dari Komisi I dalam program pengembangan MALE ini.

“Secara politik kita kuat dan Komisi I komitmen TKDN 40 persen harus terpenuhi 2024. Kita harus development, walau mahal ya tidak apa-apa tapi kita harus memilikinya, jangan beli lagi,” aku Farhan.

Menurut Dirut PTDI Elfien Goentoro, Elang Hitam akan melengkapi dua skadron UAV yang dioperasikan TNI AU. “Nanti kan jadi dua skadron, CH-4 beli enam dan kita lengkapi jadi 10. Kita masih punya waktu sampai jadi kombatan tahun 2024,” jelasnya.

WhatsApp%20Image%202019-12-31%20at%204.43.47%20PM%20(3).jpeg

Drone MALE Elang Hitam akan menjadi kekuatan udara yang dioperasikan TNI AU. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Menyinggung CH-4, Farhan mengakui bahwa pembangunan Elang Hitam bisa jadi akan membawa dampak politik karena masalah industri pertahanan menjadi persaingan internasional.

“Kita mengetahui bahwa risiko politisasi dan lobi-lobi bisnis industri pertahanan dunia pasti ada. Semakin sedikit keterlibatan manusia dan alutsista, makin rentang untuk mengundang hacker kelas dunia,” kata Farhan kembali menegaskan bahwa Indonesia mempunya political will yang kuat dalam membangun drone MALE.

Roadmap pengembangan MALE ditetapkan dari 2019 hingga 2024. Program ini dibagi menjadi dua tahap hingga nantinya menjadi MALE Kombatan.

Fase 1 dengan kemampuan ISTAR (non-weaponized) dilaksanakan dari 2019-2023. Dilanjutkan Fase 2 weaponized pada 2023-2024.

Rencananya prototipe pertama drone Elang Hitam akan terbang pada Juni 2020.

Spesifikasi Teknis:

  • Mesin: 4-Stroke Engine
  • Take off power: 110-150 HP
  • Propeller: 2
  • MTOW: 1.115 kg
  • Berat kosong: 575 kg
  • Maks payload: 300 kg
  • Kapsitas BBM: 420 kg
  • Radius operasi: 250 km (LOS)
  • Ketinggian jelajah: 3.000–5.000 m
  • Ketinggian: 7.200 m
  • Lama terbang: 30 jam
  • Kecepatan jelajah maks: 235 km/jam
  • Take off: 700 m
  • Landing: 500 m
  • Panjang: 8,30 m
  • Rentang sayap: 16 m
  • Tinggi: 1,02 m
 
Last edited:
seems China probing again the resolves of our Country over our claims on North Natuna Sea EEZ, time to invest more on heavy Coast Guard ships and starting to ramming their patrol vessels if they still insist the same
 
A detail article of Indonesia first MALE UAV.

https://angkasa.news/hot_news/detai...hitam-akan-dilengkapi-senjata-pada-tahun-2024

Asli Buatan Indonesia, Drone Elang Hitam Akan Dilengkapi Senjata Pada Tahun 2024

Selasa, 31 Desember 2019 17:10
Penulis : Beny Adrian

jlhnD2cOZ0DSggsredIbKU1ELWkwbhTNvcju6sIr.jpeg

Drone MALE dengan nama Elang Hitam. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Angkasa.news – Sebuah kebanggaan tentunya bisa menyaksikan peluncuran (roll-out) pesawat terbang nir awak (PUNA) dengan kemampuan MALE (medium altitude long endurance). Dalam kondisi yang berbeda, mengingatkan kita ketika pesawat N250 diluncurkan puluhan tahun lalu dari tempat yang sama.

Bertempat di hangar rotary wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Konsorsium Pengembangan PTTA (pesawat terbang tanpa awak, nama lain dari penyebutan PUNA) Kelas MALE secara resmi meluncurkan drone, Senin (30/12).

Berhubung Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro batal hadir karena harus mengikuti kegiatan presiden, prosesi peluncuran diikuti pemberian nama drone ini pun diserahkan kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Hammam Riza.

“Menristek memberikan nama kepada MALE ini adalah Elang Hitam, Black Eagle,” ucap Hammam di ujung sambutannya. Dengan kata lain, kehadiran Elang Hitam akan melengkapi dua drone yang sudah dikembangkan pemerintah selama ini yaitu Wulung dan Alap-Alap.

Tampilan Elang Hitam memang mudah dikenali. Hidung besar sebagai rumah bagi sistem avionik, kamera, dan muatan lainnya seperti sensor optik dan infra merah, mengingatkan kita kepada drone yang sudah beroperasi di dunia. Begitu juga ekor model gawangan dengan mesin ditanam di belakangnya, memang persis MQ-9 Reaper.

WhatsApp%20Image%202019-12-31%20at%204.43.47%20PM.jpeg

Penekanan tombol sirine tanda roll out drone MALE Elang Hitam. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Konsorsium Pengembangan PUNA Elang Hitam terdiri dari Kementerian Pertahanan (Kemhan), BPPT, TNI AU, Lapan, PTDI, PT Len, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Konsorsium ini dibentuk pada 2015 yang secara formal disahkan melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada 2017.

Dari kesepakatan tahun 2015, turut disepakatidesign, requirement, objective (DRO) dari MALE yang diinginkan.
Proses perancangan dimulai denganpreliminary design, basic design, dan kemudian dilanjutkan pembuatan dua model untuk uji terowong angin pada 2016 dan 2018.

Pengembangan PUNA atau PTTA Elang Hitam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan TNI AU yang diproyeksikan akan mengoperasikan drone MALE dalam jumlah banyak dalam beberapa tahun ke depan.

Namun untuk memenuhi kebutuhan cepat saat ini, TNI AU membeli enam drone CH-4 Rainbow buatan China. Menurut Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu, TNI AU akan mengoperasikan dua skadron drone dengan kekuatan enam pesawat CH-4.

“Inisiasi pelaksanaan riset MALE ini diawali oleh Balitbang Kemhan dan PTDI tahun 2015-2016. Program konsorsium MALE merupakan proyek strategis nasional sebagaimana diinginkan BUMN industri pertahanan untuk peningkatan kemandirian industri pertahanan,” ungkap Dirut PTDI Elfien Goentoro.

Dari spesifikasi Elang Hitam (Black Eagle) yang dipaparkan saat roll out, disebutkan bahwa drone karya anak bangsa ini mampu terbang hingga 30 jam.

Dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle secara simultan, konsep operasi MALE memungkinkan TNI mampu melakukan pengawasan di darat dan laut.

WhatsApp%20Image%202019-12-31%20at%204.43.47%20PM%20(2).jpeg

Tampak belakang Elang Hitam yang menggunakan mesin baling-baling. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien dan kemampuan payload lebih besar dengan jangkauan radius terbang juga lebih jauh, merupakan sebuah kebutuhan bagi Indonesia.

“Ini tentu untuk mengantisipasi persoalan dan ancaman terhadap NKRI terutama masalah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan dan pencurian sumber daya alam,” urai Hammam sambil menambahkan bahwa pembangunan industri pertahanan harus menjadi niat kita semua.

Hammam juga menegaskan bahwa kebijakan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) harus ditempatkan sebagai kebijakan strategis dan dijalankan oleh semua pihak terkait dalam rangka menghadirkan teknologi kunci untuk MALE.

Teknologi kunci dimaksud adalah FCS (flight control system) untuk memampukan Elang Hitam melakukan auto take off dan landing. Hammam juga menyinggung teknologi kunci lainnya mulai dari mission system, weapon, platform integration, material composite,synthetic aperture radar, inertial navigation system, electro optic targeting system, dan guidance system.

“Teknologi kunci ini tidak dapat diberikan negara lain secara cuma-cuma. Tidak ada lagi hal yang lebih patut kita laksanakan dengan menguasai teknologi ini. Penguasaan teknologi adalah amanat UU,” tegas Hammam kepada angkasa.news.

"Elang Hitam akan menjadikan kekuatan kita dalam melaksanakan ISTAR,” yakin Hammam. ISTAR adalah singkatan dari intelligence, surveillance, target acquisition,recoinnassance.

Penegasa Hammam diaminkan oleh anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan yang juga menyaksikan roll out.

“Kita negara ASEAN pertama yang berani membuat sendiri UAV MALE,” ungkap mantan penyiar radio ini. Farhan memastikan dukungan maksimal dari Komisi I dalam program pengembangan MALE ini.

“Secara politik kita kuat dan Komisi I komitmen TKDN 40 persen harus terpenuhi 2024. Kita harus development, walau mahal ya tidak apa-apa tapi kita harus memilikinya, jangan beli lagi,” aku Farhan.

Menurut Dirut PTDI Elfien Goentoro, Elang Hitam akan melengkapi dua skadron UAV yang dioperasikan TNI AU. “Nanti kan jadi dua skadron, CH-4 beli enam dan kita lengkapi jadi 10. Kita masih punya waktu sampai jadi kombatan tahun 2024,” jelasnya.

WhatsApp%20Image%202019-12-31%20at%204.43.47%20PM%20(3).jpeg

Drone MALE Elang Hitam akan menjadi kekuatan udara yang dioperasikan TNI AU. Sumber: angkasa.news/ beny adrian

Menyinggung CH-4, Farhan mengakui bahwa pembangunan Elang Hitam bisa jadi akan membawa dampak politik karena masalah industri pertahanan menjadi persaingan internasional.

“Kita mengetahui bahwa risiko politisasi dan lobi-lobi bisnis industri pertahanan dunia pasti ada. Semakin sedikit keterlibatan manusia dan alutsista, makin rentang untuk mengundang hacker kelas dunia,” kata Farhan kembali menegaskan bahwa Indonesia mempunya political will yang kuat dalam membangun drone MALE.

Roadmap pengembangan MALE ditetapkan dari 2019 hingga 2024. Program ini dibagi menjadi dua tahap hingga nantinya menjadi MALE Kombatan.

Fase 1 dengan kemampuan ISTAR (non-weaponized) dilaksanakan dari 2019-2023. Dilanjutkan Fase 2 weaponized pada 2023-2024.

Rencananya prototipe pertama drone Elang Hitam akan terbang pada Juni 2020.

Spesifikasi Teknis:

  • Mesin: 4-Stroke Engine
  • Take off power: 110-150 HP
  • Propeller: 2
  • MTOW: 1.115 kg
  • Berat kosong: 575 kg
  • Maks payload: 300 kg
  • Kapsitas BBM: 420 kg
  • Radius operasi: 250 km (LOS)
  • Ketinggian jelajah: 3.000–5.000 m
  • Ketinggian: 7.200 m
  • Lama terbang: 30 jam
  • Kecepatan jelajah maks: 235 km/jam
  • Take off: 700 m
  • Landing: 500 m
  • Panjang: 8,30 m
  • Rentang sayap: 16 m
  • Tinggi: 1,02 m
Kinda confused with this statement:

"Menurut Dirut PTDI Elfien Goentoro, Elang Hitam akan melengkapi dua skadron UAV yang dioperasikan TNI AU. “Nanti kan jadi dua skadron, CH-4 beli enam dan kita lengkapi jadi 10. Kita masih punya waktu sampai jadi kombatan tahun 2024,” jelasnya."

^^ So TNI-AU plan to have 2 UAV Squadrons. 10 units each squadron that consist each with 6 CH-4 Rainbow with the remaining to be Black Eagles. Is that right? Is it just MALE UAV squadrons or include the existing Aerostar UAV and others?
 
Last edited:
seems China probing again the resolves of our Country over our claims on North Natuna Sea EEZ, time to invest more on heavy Coast Guard ships and starting to ramming their patrol vessels if they still insist the same
Its looks like they were trying to testified how we're going to respond their intrussion , since the last intrussion happened like in 2018 when susi still on desk .
 
Home Internasional Berita Asia Pasifik
Tolak Protes RI, China Klaim Kedaulatan di Dekat Natuna
CNN Indonesia
Rabu, 01/01/2020 19:04
Bagikan :
5801ad12-6636-42e9-9297-fbaf529287dc_169.jpg

Kapal China di perairan Natuna. (Dok. Dinas Penerangan Angkatan Laut)
lg.php

Jakarta, CNN Indonesia -- China menolak protes Indonesia yang menuding kapal ikan Tiongkok sempat memasuki perairan Natuna, Kepulauan Riau, secara ilegal baru-baru ini.

Beijing menegaskan bahwa pihaknya memiliki kedaulatan di wilayah Laut China Selatan dekat perairan Natuna, Kepulauan Riau, sehingga kapal-kapalnya boleh berlayar dengan bebas di kawasan tersebut.

"China memiliki kedaulatan atas Kepulauan Nansha dan memiliki hak berdaulat dan yurisdiksi atas perairan dekat dengan Kepulauan Nansha (yang terletak di Laut China Selatan)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam jumpa pers rutin di Beijing pada Selasa (31/12), seperti dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri China.

Lihat juga:
RI Kirim Protes Keras ke China karena Kapal Terobos Natuna
Geng menegaskan China juga memiliki hak historis di Laut China Selatan. Menurutnya, nelayan-nelayan China telah lama melaut dan mencari ikan di perairan itu dan sekitar Kepulauan Nansha, yang menurut Indonesia masih merupakan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.

Padahal, klaim China atas perairan yang menjadi jalur utama perdagangan internasional itu juga tumpang tindih dengan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Geng juga berdalih bahwa kapal yang berlayar di kawasan itu baru-baru ini adalah kapal penjaga pantai China yang tengah melakukan patroli rutin.

"Patroli rutin untuk menjaga ketertiban laut dan melindungi hak-hak dan kepentingan rakyat kami yang sah di perairan terkait," kata Geng.

Akibat insiden itu, Kemlu RI telah melayangkan protes kepada China dengan memanggil duta besarnya di Jakarta pada awal pekan ini.

Lihat juga:
Indonesia Tolak Klaim Kedaulatan China Dekat Laut Natuna Melalui pernyataannya pada Rabu (1/1), Kemlu RI menolak "klaim unilateral" China tersebut.

"Klaim historis China atas ZEE Indonesia dengan alasan bahwa para nelayan China telah lama beraktivitas di perairan dimaksud bersifat unilateral, tidak memiliki dasar hukum dan tidak pernah diakui oleh UNCLOS 1982. Argumen ini telah dibahas dan dimentahkan oleh Keputusan SCS Tribunal 2016," kata Kemlu RI.

"Indonesia juga menolak istilah 'relevant waters' yang diklaim oleh RRT karena istilah ini tidak dikenal dan tidak sesuai dengan UNCLOS 1982."

Meski berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, Indonesia tidak memiliki sengketa wilayah dengan China di perairan tersebut. Namun, Indonesia merupakan salah satu negara yang mendukung kode etik Laut China Selatan segera diterapkan.

Kode etik itu dibentuk sebagai pedoman negara-negara bertindak di perairan kaya sumber daya alam tersebut demi mencegah konflik.

https://m.cnnindonesia.com/internas...tes-ri-china-klaim-kedaulatan-di-dekat-natuna

MoD needs to release new white paper not gonna lie.
 
Home Internasional Berita Asia Pasifik
Tolak Protes RI, China Klaim Kedaulatan di Dekat Natuna
CNN Indonesia
Rabu, 01/01/2020 19:04
Bagikan :
5801ad12-6636-42e9-9297-fbaf529287dc_169.jpg

Kapal China di perairan Natuna. (Dok. Dinas Penerangan Angkatan Laut)
lg.php

Jakarta, CNN Indonesia -- China menolak protes Indonesia yang menuding kapal ikan Tiongkok sempat memasuki perairan Natuna, Kepulauan Riau, secara ilegal baru-baru ini.

Beijing menegaskan bahwa pihaknya memiliki kedaulatan di wilayah Laut China Selatan dekat perairan Natuna, Kepulauan Riau, sehingga kapal-kapalnya boleh berlayar dengan bebas di kawasan tersebut.

"China memiliki kedaulatan atas Kepulauan Nansha dan memiliki hak berdaulat dan yurisdiksi atas perairan dekat dengan Kepulauan Nansha (yang terletak di Laut China Selatan)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam jumpa pers rutin di Beijing pada Selasa (31/12), seperti dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri China.

Lihat juga:
RI Kirim Protes Keras ke China karena Kapal Terobos Natuna
Geng menegaskan China juga memiliki hak historis di Laut China Selatan. Menurutnya, nelayan-nelayan China telah lama melaut dan mencari ikan di perairan itu dan sekitar Kepulauan Nansha, yang menurut Indonesia masih merupakan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.

Padahal, klaim China atas perairan yang menjadi jalur utama perdagangan internasional itu juga tumpang tindih dengan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Geng juga berdalih bahwa kapal yang berlayar di kawasan itu baru-baru ini adalah kapal penjaga pantai China yang tengah melakukan patroli rutin.

"Patroli rutin untuk menjaga ketertiban laut dan melindungi hak-hak dan kepentingan rakyat kami yang sah di perairan terkait," kata Geng.

Akibat insiden itu, Kemlu RI telah melayangkan protes kepada China dengan memanggil duta besarnya di Jakarta pada awal pekan ini.

Lihat juga:
Indonesia Tolak Klaim Kedaulatan China Dekat Laut Natuna Melalui pernyataannya pada Rabu (1/1), Kemlu RI menolak "klaim unilateral" China tersebut.

"Klaim historis China atas ZEE Indonesia dengan alasan bahwa para nelayan China telah lama beraktivitas di perairan dimaksud bersifat unilateral, tidak memiliki dasar hukum dan tidak pernah diakui oleh UNCLOS 1982. Argumen ini telah dibahas dan dimentahkan oleh Keputusan SCS Tribunal 2016," kata Kemlu RI.

"Indonesia juga menolak istilah 'relevant waters' yang diklaim oleh RRT karena istilah ini tidak dikenal dan tidak sesuai dengan UNCLOS 1982."

Meski berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, Indonesia tidak memiliki sengketa wilayah dengan China di perairan tersebut. Namun, Indonesia merupakan salah satu negara yang mendukung kode etik Laut China Selatan segera diterapkan.

Kode etik itu dibentuk sebagai pedoman negara-negara bertindak di perairan kaya sumber daya alam tersebut demi mencegah konflik.

https://m.cnnindonesia.com/internas...tes-ri-china-klaim-kedaulatan-di-dekat-natuna

MoD needs to release new white paper not gonna lie.
Time to send the fleet there. Natuna is undoubtedly strategically very important to assert our sovereignty on the maritime frontier.
 
seems China probing again the resolves of our Country over our claims on North Natuna Sea EEZ, time to invest more on heavy Coast Guard ships and starting to ramming their patrol vessels if they still insist the same
Believing to chinese peaceful rise is only for naive people who think Nicolaus exists and brings gifts to your children at Christmas.
 
Natuna need to be reinforced, this gonna be strong flash points of many forces here. I am sure we can do that. Bring more soldiers/officers and bought strategic assets there to reinforced our claims. To have Bastion and coupled with Buk M2 or NASAMS here will give us an edge to encounter the worst possible cases along to made Natuna grand base for our white hull patrol fleets.
 
Believing to chinese peaceful rise is only for naive people who think Nicolaus exists and brings gifts to your children at Christmas.

We dont believe anyone to begin with, including Vietnam and USA LoL.
 
We dont believe anyone to begin with, including Vietnam and USA LoL.
Ok that’s the right though! “If you are not my friend you are a potential enemy”. Considering our country size you shall increase military spendings by 50pct and do more exercises with other major naval powers in Sc sea: US, Japan, RoK, Australia, etc. or if you like: Vietnam.

In dealing with chinese clowns cooperate more with three countries that are mostly familiar with them: VN, JP and RoK.
 

Country Latest Posts

Back
Top Bottom