What's new

Indonesia Defence Forum

kapal-patroli-combat-boat-produksi-pt-palindo-marine_20180209_170640.jpg
KAL-Pulau-Yapen (1).gif
more PT Palindo patrol combat boat for makassar papua patrol area.

18.85 m ... 47 knot
 
1 Ton Sabu Disita dari Kapal Berbendera Singapura, Nilainya Capai Rp 1,5 T

2272701192.JPG

Empat ABK Kapal Sunrise Glory dijaga ketat pasukan KRI Sigurot 864 usai diamakankan kemarin. Tidak saja menggunakan dokumen palsu, kapal ini juga kerap berganti bendera dan memiliki dua nama kapal(KOMPAS.COM/ HADI MAULANA)

BATAM, KOMPAS.com - MV Sunrise Glory, kapal yang diamankan KRI Sigurot 864 sekitar pukul 15.30 WIB, Rabu (7/2/2018) lalu, ternyata mengangkut narkotika golongan I jenis sabu sebanyak 1 ton yang disimpan dalam 41 karung beras.

Nilainya minimal mencapai sekitar Rp 1,5 triliun. Angka tersebut diperkirakan bisa menyelamatkan 5 juta jiwa pengguna narkoba dengan asumsk 1 gram sabu dikonsumsi oleh 5 orang.

Kapal yang dikomandani Mayor Laut Arizzona itu ditangkap di perairan Selat Phillip, perbatasan antara Singapura dan Batam.

Barang haram ini ditemukan di atas tumpukan beras dalam palka tempat penyimpanan bahan makanan dan minuman.

Hal ini terungkap setelah kapal digeser dari Dermaga Batu Ampar ke Dermaga Lanal Batam dan dilakukannya pemeriksaan oleh Tim WFQR Lantamal IV/Lanal Batam, BNN Pusat, Bea Cukai Pusat serta Bea Cukai Batam.

Tepat pada pukul 18.00 WIB, Jumat (9/2/2018) Tim berhasil menemukan barang bukti tersebut

Komandan Lanal Batam, Kolonel Laut (E) Iwan Setiawan membenarkan temuan tersebut. Bahkan ia mengatakan temuan ini akan disampaikan langsung oleh Wakasal.

"Kalau tidak ada halangan pagi ini, Sabtu (10/2/2018) bertempat di Dermaga Lanal Batam, dilaksanakan Pers Conference oleh Bapak Wakasal tentang hasil tangkapan TNI AL dari KRI Sigurot-864, berupa sabu-sabu sebanyak 1 ton dari kapal MV Sunrise Glory berbendera Singapura," kata Iwan, Jumat (9/2/2018) malam tadi.

Pres Conference ini juga akan dihadiri dihadiri Kabareskrim Polri, Ka BNN, Aspam Kasal, Pangarmabar, Kadispamal dan Kadispenal.

Awalnya, KRI Sigurot 864 mengamankan kapal Sunrise Glory karena diduga menggunakan dokumen palsu dan kerap ganti bendera sesuai negara yang dilewati.

Proses penangkapan berawal saat KRI Sigurot-864 sedang patroli di perairan Selat Singapura. Petugas kemudian mendeteksi adanya kapal nelayan berbendera Singapura melintas di luar jalur pelayaran dan memasuki wilayah perairan Indonesia.

Selama proses pemeriksaan awal, ditemukan MV Sunrise Glory merupakan kapal ikan yang mengibarkan bendera Singapura dengan empat orang ABK berkewarganegaraan Taiwan.

Kapal Sunrise Glory seharusnya berbendera Indonesia, karena seluruh dokumen kapal berasal dari Indonesia.

Sesuai informasi dari nahkoda, kapal tersebut berlayar dari Malaysia menuju Taiwan. Namun setelah dicocokkan dengan dokumen Port Clearance, kapal tersebut berlayar dari Malaysia menuju Thailand.

Parahnya lagi seluruh dokumen yang dimiliki kapal hanya foto copy atau tanpa dokumen asli. Dan kapal ini rencananya akan digunakan menangkap ikan di perairan Taiwan.

Kapal ini juga diduga Phantom Ship karena berbendera ganda. Kapal diduga memiliki nama Sun De Man 66.

Itu artinya, kemungkinan kapal memiliki beberapa nama, serta diduga pernah menjadi Target Operasi (TO) karena membawa narkoba atau barang selundupan.

Tidak hanya itu, setelah dilakukan pemeriksaan detail, tak satupun ikan hasil tangkapan yang ditemukan. Bahkan alat tangkap ikan juga tidak ada.

KRI Sigurot 864 of TNI-AL apprehended Singapore Flagged ship carrying 1 tonne of Shabu equal to 1.5 Trillion Rupiah. This 1 tonne shabu could be used by 5 million drug users. Salute!!

http://regional.kompas.com/read/201...l-berbendera-singapura-nilainya-capai-rp-15-t
Kapal udh di tahan sejak beberapa hari sebelumnya di batu ampar. Sampe semalam baru di pindahin ke Lanal. Bukan di temukan, Ini kapal emang udh TO :sniper:
 
TNI AL receive another AS-565 MBe Panther

27544844_892435634263592_5351124324638598363_n.jpg



Sidoarjo, koranmemo.com -
Air Wing 1 Puspenerbal get one unit of Panther AS 565 helicopter in Base Ops TNI Lanudal Juanda, Friday, (9/2/2018). In addition to maintaining the existence of security and sovereignty of jurisdiction in the national waters, this helicopter will serve as a peacekeeping assets of the world under the auspices of the United Nations (UN) in the territorial waters of Lebanon. This procession begins with the delivery of Standart Certificate of Airworthiness from Kapuslaik Baranahan Kemhan Laksma TNI Edy Sulistyadi, S.T., to PT. Dirgantara Indonesia (Persero) is represented by Kadiv Helicopter Completion Center, Ahmad Taufik Junaedi and forwarded to Danpuspenerbal First Vice Admiral Dwika Tjahja S., SH, then performed the Ordination and Deregation of AS 565 MBe helicopter (S / N: 7036) to HS-4207 . In his speech, Commander of First Vice Admiral Dwika Tjahja S., SH, said that in building the second phase of the Navy power of 2015-2019, Naval Flight Navy gradually continue to develop Defense System Main Equipment (AlutSista) aircraft for anti submarine (AKS), anti surface, tactical recoon, helicopter landing, fast logistics support and training purpose. Panther will strengthen the corvette and frigate Navy. "Helicopter aircraft is certainly has the most advanced capabilities in its class," he said after the handover procession. The need for the aircraft, said First Admiral Dwika Tjahja, is certainly to respond to threats that disrupt the existence of security and sovereignty of national water jurisdictions that have strategic value for the sake of shipping, trade, communication, fishery, mining and so forth. Along with the development of a highly dynamic strategic environment, the challenges of future tasks facing will be increasingly complex and difficult and cover a considerable dimension, whether in the field of Military Operations For War and Military Operations Other Than War. Therefore the AS 565 pather MBe HS-4207 helicopter aircraft will be projected as an air element for the TNI Konga XXVIII-J / Unifil (United Nations Interim Force in Lebanon) TNI Task Force Task Force. 2017/2018 which will serve as a peacekeeping force under the auspices of the United Nations (UN) in the territorial waters of Lebanon February 26, 2018. "This helicopter plane we will fly from Indonesia by using cargo plane to Lebanon. Because, the ship was waiting there, " he said. (NewspaperMemo)

http://www.straitstimes.com/singapore/indonesias-armed-forces-chief-receives-award
ST_20180210_CHSAF10_3756182.jpg

PHOTO: MINDEF
PUBLISHED
FEB 10, 2018, 5:00 AM SGT
Indonesia's armed forces chief Hadi Tjahjanto has received a prestigious Singapore military award for his role in strengthening defence ties between the Indonesian Air Force and the Republic of Singapore Air Force (RSAF) in his previous capacity as Chief of Staff of the Indonesian Air Force.

Air Chief Marshal (ACM) Hadi was awarded the Pingat Jasa Gemilang (Tentera) - or Meritorious Service Medal (Military) - conferred by President Halimah Yacob.

He was presented with the award by Minister for Defence Ng Eng Hen on Thursday.

The Singapore and Indonesian air forces carry out regular bilateral exercises.

Last September, they conducted the largest combined flypast to date between the RSAF and a foreign air force, to commemorate 50 years of diplomatic relations between the two countries.

ACM Hadi was visiting Singapore for the first time as Indonesia's armed forces chief.



On Thursday, he called on Prime Minister Lee Hsien Loong, Dr Ng and Chief of Defence Force Perry Lim.

He also reviewed a guard of honour at the Ministry of Defence and visited this year's Singapore Airshow.
 
Last edited:
Singapore Airshow 2018: PTDI continues expanding its portfolio

8th February 2018 - 04:02 GMT | by Gordon Arthur in Singapore

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) will deliver three NC-212i light transport aircraft – one to Vietnam and two to the Philippines – by midyear, Shephard learned at Singapore Airshow 2018.

Arie Wibowo, director of production at PTDI, said that certification for the NC-212i’s Genesys Aerosystems S-Tec 5000 digital autopilot system, a process being led by Airbus Defence & Space, should occur by ‘this summer’. Once achieved, this will allow three aircraft to be delivered to the Vietnam People’s Air Force and Philippine Air Force (PAF) respectively.

The Vietnamese aircraft is currently being used for the certification process. The aircraft were completed at PTDI’s Bandung facility some time ago, but have been awaiting their certificate. Delivery of the PAF aircraft has been delayed well after the original anticipated handover date of late 2015.

As well as manufacturing NC-212i and CN-235 aircraft, PTDI also manufactures fuselages for the Airbus H225M, as well as tail booms and door panels for the Bell 412.

PTDI is currently building a CN-235-220M transport aircraft for the Nepalese Army Air Wing. The Indonesian company expects a contract for a second aircraft to materialise this year too.

Wibowo highlighted the state-owned firm’s involvement in customising Airbus ‘green’ Fennec and Panther helicopters for the Indonesian military, including integrating weapon systems and FLIR sensors.

PTDI is putting a concerted effort into improving aerospace safety, with Wibowo noting that a new training facility will be set up within the next two years, likely in Bandung.

Wibowo said PTDI is exploring technological collaboration with Turkish Aerospace Industries (TAI) on a customised Anka MALE UAV solution for the Indonesian military.

A framework agreement will be signed in due course for what it considers a low-risk proposal. PTDI expects that an operational prototype could be ready with 12 months of an agreement being signed.

The Indonesian Air Force has a stated requirement for a MALE UAV, and the country would like to develop its own platform with technology transfers from a foreign OEM. Certainly, China is one manufacturer offering to cooperate with Indonesia.

However, because this indigenous development would take a considerable amount of time, PTDI is promoting an Anka-based solution to the government as a faster stop-gap solution. It is thus a business-to-business initiative.


PTDI continues to be involved in the joint KF-X fighter development programme with Korea Aerospace Industries (KAI) as well, despite struggles in keeping up with payments to South Korea. Approximately 80 PTDI technicians are currently working on the project in South Korea.

As the TNI-AU eyes the potential purchase of up to four Airbus A400M transport aircraft and 11 Sukhoi Su-35 fighters, PTDI expects to gain some involvement in terms of MRO as well. Given PTDI’s long experience of cooperation with Airbus, the company will be hoping for significant component or system production in the A400M programme.

https://www.shephardmedia.com/news/mil-log/singapore-airshow-2018-ptdi-continues-expanding-it/
 
All credit to Ongen Bonaparte
27657149_407946689645759_7077817532421873081_n.jpg

27655237_407507279689700_3455828357270531802_n.jpg

26804894_399591480481280_6293353466582587956_n.jpg


Illustration of cargo drone made by Salihara Drone Development
27540002_407033399737088_7511476544000661422_n.jpg


Rescue drone, also made by the same company
27749766_407034243070337_2866017064083085435_n.jpg
 
Pulau Miangas DIserbu Pasukan Intai Amfibi Korps Marinir

Prajurit Intai Amfibi Korps Marinir menyerbu Pulau Miangas dalam Latihan Pemantapan Taifib TW. IV Tahun 2017, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Sabtu (10/02/2018).

Serbuan yang dilakukan oleh pasukan khusus Korps Marinir TNI Angkatan Laut tersebut, disaksikan langsung oleh Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) Bambang Suswantono, S.H., M.H., M.Tr (Han),

Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Lukman, S.T., M.Si. (Han), Komandan Pasmar-2 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Nur Alamsyah, Komandan Lantamal VIII Laksma TNI Ahmadi Heri Purnomo, S.E. MM,

Wadan Lantamal VIII Kolonel Marinir Budi Purnama, Asintel Kormar Kolonel Marinir Widodo, Asops Dankormar Kolonel Marinir Edi Juardi, Wadan Pasmar-1 Kolonel Marinir Siswoto

Komandan Kolatmar Kolonel Marinir Wurjanto, Asops Danpasmar-2 Kolonel Marinir Nawawi, Danlanal Melonguane Letkol Marinir Muh. Maftukin

Latihan Pemantapan Taifib TW. IV TA. 2017 bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan koordinasi taktik dan teknik unsur-unsur di jajaran Batalyon Intai Amfibi Korps Marinir

dalam melaksanakan tugas serta memelihara kemampuan dan keterampilan profesionalisme satuan untuk melaksanakan operasi-operasi khusus yang di berikan oleh komando atas.

Dengan manuver lapangan melalui tiga kemampuan yang dimilikinya yaitu aspek darat, aspek laut dan aspek udara, pasukan Intai Amfibi melaksanakan Terjun Tempur (Junpur) dengan menggunakan

pesawat Cassa NC-212 sebagai sarana infiltrasi untuk menguasai sasaran dermaga, BTS, dan Pantai Bolo, sedangkan Rubber Duck Operation (RDO) dengan pesawat Hercules C-130 menuju ke titik pendaratan untuk membebaskan sandera yang berada di Bandar Udara Miangas,

dan tim Sea Reder yang sebelumnya telah melakukan Long Range Navigation melaksanakan penyekatan di laut.

Latihan yang mengambil tema “Dengan Latihan Pemantapan Taifib Tahun 2017, Kita Tingkatkan Kemampuan Dan Profesionalisme Prajurit Yontaifib Guna MencapaiKkesiapsiagaan Operasional

Satuan Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok Korps Marinir” ini, diikuti oleh seluruh satuan Intai Amfibi yang ada di Korps Marinir, baik yang berada di Pasmar-1 maupun yang ada di Pasmar-2.

Adapun materi latihan yang dilatihkan kali ini mengacu pada tiga media (Tri Media) yaitu pada aspek udara meliputi Mobud, Combat Free Fall, Rubber Duck Operation, dan Pandu Para, aspek darat

meliputi Patroli, taktik kondisi tertentu, menembak Sniper, menembak reaksi, dan pembebasan sandera, aspek laut meliputi Long Range Navigation dan menembak diatas sea Rider, serta Intelijen

yang meliputi Infiltrasi dan Exfiltrasi, Cover Concealment dan Compartementation (C3), teknik Matbar, teknik Puldata, dan teknik penyampaian berita.

Pada pelaksanaan Latihan Pemantapan Satuan Intai Amfibi ini telah melibatkan 470 personel peserta latihan dan beberapa alut sista yang ada di jajaran TNI Angkatan Laut mulai: KRI LPD, Kal, Hercules C-130 dan Cassa NC-212.

27750099_893065600867262_5999116814532274349_n.jpg

27972068_893065700867252_5340013078451717933_n.jpg

27751583_893065260867296_8255234029944959276_n.jpg

27750447_893065434200612_2643479250921991692_n.jpg

27857944_893065317533957_2719053665330177355_n.jpg

27751939_893065484200607_4818016602109003112_n.jpg

27750386_893065370867285_1500068930260805324_n.jpg

http://wartakota.tribunnews.com/2018/02/10/pulau-miangas-diserbu-pasukan-intai-amfibi-korps-marinir
 
Agree, - a repeated lie can be the truth if left unchallenged -, by saying it is mere under license it negates very much Indonesia's part in developing it. Not every one knows right away what "N" is stands for and usually the article doesn't care to explain it either. Seems little and unimportant thing but enough to make people to sneer at our capability. I know because I had seen examples here on PDF, fortunately there are Indonesian members here to correct them, but what about out there?

We have to admit we are very very weak on this matter, in general, we tend to ignore what other says about us, it is good and bad at the same time.

And our medias are just mbeeehhh..., According to Tempo, we have the most number of media outlets in the world but (ironically) almost never they went out to set/correct things right let alone helping to create a strong positive image of Indonesia.

I disagree. What good is FACT if people don't know it. Apa gunanya fakta kalau yang beredar ( dan dibiarkan beredar ) itu artikel salah ttg CN235? We have to spread the FACTS. Otherwise, we will become the victim of lies. These magazines wrote wrongly about CN235. How will the readers know the fact about CN235 if we don't respond? PTDI has to respond to these articles because they're one of the manufacturers. These are mainstream aviation magazines distributed all around the world. Bukan tabloid aviasi murahan. Bisa cari di toko buku sekelas Periplus. Di bandara Changi, Kansai, di-mana2x ada. Kalo ada majalah setara TIME Magazine bikin artikel salah tentang Indonesia, masak kita nggak respon? Kalo ada TV setara CNN, BBC bikin laporan salah ttg Indonesia, masak pemerintah nggak respon?

Oh, sorry to say my friend, pendapat sy tetap sama, klo untuk masalah pemberitaan mengenai status cn235 yg disebutkan under-license, sy rasa itu bukan masalah besar yg musti direspon secara berlebihan. Dan mengenai kebiasaan media asing yg terkesan sering meremehkan kemampuan pihak lain terutama negara yg masih dianggap sebagai "third world country", itu memang betul dan sudah menjadi rahasia umum. Lantas apakah kita harus merespon? Ya mesti dilihat dulu kasus per-kasus, apakah pemberitaan tersebut merugikan atau tidak, menyebabkan dampak yg buruk atau tidak. Klo setiap pemberitaan itu semuanya harus direspon, bisa habis pikiran dan energi kita cm buat ngurusin hal2 semacam itu..
Dan kembali ke kasus cn235, apakah dgn pemberitaan tersebut selama ini telah merugikan PTDI? Apakah pemberitaan tersebut telah menyebabkan terjadinya penurunan pesanan produk PTDI? Rasanya kok tidak, justru sy melihat terjadinya peningkatan pesanan terutama utk produk pesawat cn235. Dan klo pun memang kita mengharapkan sebuah pengakuan, sebetulnya dengan adanya pesanan dari negara lain itu secara tidak langsung sudah mengakui akan kemampuan industri dirgantara Indonesia melalui PTDI. Dan seluruh dunia pun tahu kemana mereka harus memesan ketika membutuhkan pesawat sejenis cn235, klo gak ke Airbus ya ke PTDI, tergantung dari market share masing2 pihak..
Jadi menurut sy, ketimbang PTDI harus sibuk ngurusin hal2 semacam itu lebih baik mereka fokus dgn program kerja yg sudah direncanakan dan menunjukan kemampuan mereka kepada dunia melalui inovasi dan hasil karya mereka.
Dan kita disini cm bisa melihat apakah PTDI pernah ataukah akan melayangkan surat protes? Karena mereka sebetulnya yg bisa mengkalkulasi dampak dari pemberitaan tersebut.

..Kalo ada majalah setara TIME Magazine bikin artikel salah tentang Indonesia, masak kita nggak respon? Kalo ada TV setara CNN, BBC bikin laporan salah ttg Indonesia, masak pemerintah nggak respon?
Wait., tunggu dulu mas, ini pemberitaannya yg seperti apa dulu, ini kasusnya yg seperti apa? Jangan menyama-ratakan bahwa setiap kasus itu harus diperlakukan sama, karena masing2 butuh perlakuan dan respon yg berbeda tergantung dari analisis dampak yg ditimbulkan., Sebagai contoh, seperti kasus twit dari jurnalis BBC yg memberikan laporan salah tentang bantuan KLB di Asmat, Papua? Tentu pemberitaan semacam ini harus langsung direspon dan ditindak! Karena akan memberikan dampak negatif terhadap pandangan Internasional yg menganggap seolah2 bahwa negara kita gak serius dalam menangani kasus KLB di Papua.. Sekali lg harus dilihat dulu kasus pemberitaannya seperti apa, soalnya yg lg kita bahas ini tentang cn235, jadi biar bahasannya gak melebar kemana-mana.

Btw, sorry if I should to use Bahasa, soale lg ribet n kepanjangan.
 
Back
Top Bottom