What's new

Indonesia Aerospace Forum

PTDI-3.jpg
Erliansyah
Jejeran Pesawat Produksi PTDI Meriahkan Acara Puncak HUT Ke-43

Posted on August 24, 2019 by Rangga B Sawiyya
AIRSPACE-REVIEW.com – Berbeda dengan acara peringatan HUT PT Dirgantara Indonesia (PTDI) tahun-tahun sebelumnya, pada perayaan ke-43 kali ini nuansanya lebih semarak dan terasa istimewa.

Tepat di hari lahirnya yang jatuh pada 23 Agustus kemarin, PTDI sukses melakukan penerbangan perdana pesawat CN235 FTB miliknya. Ini menjadi momen yang indah untuk pabrik pesawat pelat merah yang kini mulai bangkit kembali.

Lalu pada peringatan puncak acara HUT yang dilaksanakan Sabtu (24/8/2019), PTDI juga menggelar open house yang bisa dihadiri seluruh masyarakat tanpa dipungut biaya.

Beruntung bagi masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya karena bisa menyaksikan seluruh produk pesawat andalan PTDI dari dekat sembari berswafoto tentunya.

PTDI-2.jpg

Erliansyah
Berjejer di apron Hanggar Fixed Wing PTDI adalah purwarupa pesawat perintis N219 Nurtanio, CN235 FTB, dan dua pesawat udara nirawak (PUNA) Wulung yang digarap bersama BPPT.

Sayang, produk unggulan lainnya NC212i tak tampak. Namun purwarupa pesawat komuter N250 yang penuh kenangan hadir sebagai penggantinya.

PTDI-4.jpg

Erliansyah
Di stan in-door, PTDI menampilkan N219 CD (Cocpit Demonstrator). Masyarakat umum diperkenankan mencoba dan merasakan sensasi menerbangkan pesawat asli rancangan anak bangsa ini.

Hadir dalam bentuk model skala, PTDI memamerkan pesawat CN235 Gunship. Purwarupanya akan dikembangkan menggunakan platform CN235 FTB.

PTDI-5.jpg

Erliansyah
Turut menyemarakkan acara, hadir BUMN industri strategis yang tergabung dalam NDHI (National Defence & Hightech Industry).

Masyarakat yang datang bisa melihat dan mendapatkan infornmasi mengenai produk-produk unggulan dari PT Pindad, PT LEN Industri, PT Dahana, PT INTI, dan PT PAL Indonesia.

PTDI-6.jpg

Erliansyah
PTDI-8.jpg

Erliansyah
Melengkapi kemeriahan acara puncak HUT PTDI, diadakan bazar kuliner dan pameran aneka produk mitra binaan PTDI serta Festival Wirausaha Anak.

Rangga Baswara Sawiyya
all product by PT DI including submarine in display, the sub is PT PAL's anyway
 
Minggu, 15 September 2019
Pesawat CN235 flying test bed 1983 Tetuko [Indoflyer] ♣

P
residen ke-3 RI BJ Habibie meninggal dunia di usia 83 tahun, kemarin. Sepanjang hidupnya, banyak sumbangsih yang diberikan terhadap negeri ini, khususnya di bidang pengembangan teknologi.

Habibie didapuk oleh Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Presiden Direktur PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, yang didirikan pada 26 April 1976. Perusahaan yang sempat berganti nama jadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 1 Oktober 1985. Pada era IPTN ini, Habibie sukses meluncurkan uji coba terbang pesawat N250 pada 10 Agustus 1995.

Sebelum itu, Habibie sangat berperan dalam pengembangan pesawat CN235 dikembangkan sejak 1979 bersama CASA Spanyol. Pesawat tersebut telah mengalami banyak pengembangan, dan digunakan sejumlah negara. Pesawat ini awalnya dirancang bermesin turboprop dan mampu membawa 35 penumpang.

Pesawat N250 flying test bed (photo : Alain Michot)

Pesawat ini diperkenalkan kepada publik untuk pertama kalinya pada September 1983. Sejak itu, PTDI dan CASA melakukan penjualan CN235, di dalam dan luar negeri. Selain dunia dirgantara, yang membesarkannya, Habibie punya pembentukan PT IPTN, PT PAL, PT INKA, dan PT PINDAD.

Habibie juga sempat menggarap proyek kelanjutan dari N250 atau R80 Regioprop beberapa tahun lalu. Ia mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk oleh Habibie pada 2012.

Pesawat N-250 dengan R80 sangat berbeda sekali. Perbedaanya di antaranya dari ukuran, R80 jauh lebih besar dari pada N-250, karena R80 memiliki daya tampung hingga 80 kursi sementara N-250 hanya 50 kursi.

Rancangan pesawat N2130 (image : Kaskus Militer)

Selain itu, sayap pesawat jauh lebih besar dan panjang, karena ukurannya lebih besar jadi diperlukan sayap yang besar untuk mengangkat beban. Landing Gear juga jauh lebih besar dikarenakan badan pesawat lebih besar dari pada N-250. Pesawat ini ditargetkan terbang pada 2022.

Sebelumnya Habibie juga belum menuntaskan proyek pengembangan pesawat jet N2130 sebagai pengembangan N250 yang bermesin baling-baling.

Namun, warisan-warisan Habibie masih banyak lagi, seperti paten-paten di bidang teknologi termasuk dunia aviasi. Tak ayal, banyak kenangan yang dirasakan oleh orang-orang terdekat BJ Habibie antara lain di PT Dirgantara Indonesia (DI). Termasuk Elfien Goentoro sebagai Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang menjadi murid dari Habibie di PT DI.

Desain pesawat R80 (image : R80)

"Beliau adalah menjadi founding father kami, tanpa ada beliau maka tak ada PT DI. Dia sosok pekerja keras. Beliau sosok panutan kami, kami yang ada di PT DI mudah-mudahan meneruskan cita-cita beliau dalam membangun kedirgantaraan," kata Elfien kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/9)

Ia mengatakan Habibie adalah panutan bapak dalam ilmu kedirgantaraan Indonesia. Habibie masih menyempatkan diri menjadi profesor di Jerman untuk tetap berbagi ilmu kedirgantaraan.

"Yang paling berkesan bagi saya, beliau orang yang merendah tak menyombong, bagai sebuah padi yang semakin berisi semakin merunduk," katanya.

Pesawat N219 (Rizky Aditya)

Elfien bercerita, Habibie selalu jadi sosok yang selalu diminta pertimbangan dalam hal kedirgantaraan. Habibie tetap bersemangat membagikan ilmunya. Habibie terkenal dengan teori keretakan pesawat.

"Kalau bicara pada beliau lebih dari satu jam dengan kondisi beliau kurang sehat selalu melayani. Bagaimana ingin bekerja terus demi mengembangkan ilmu kedirgantaraan," katanya.

Ia mengatakan PT DI tentu tak akan mengecewakan Habibie, karena cita-cita Habibie Indonesia bisa merancang bangun pesawat sendiri sudah terwujud. Pesawat N219 yang dikembangkan PT DI sudah mendapatkan sertifikat terbang dan siap dipasarkan mulai tahun depan.

CNBC


Thank you sir, may you rest in peace
 
PT DI Akan Bentuk JV Untuk Produksi Pesawat N219



✈ N219 [PTDI]

PT Dirgantara Indonesia mulai tahun 2019 akan segera memproduksi pesawat N219.

Menurut Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro dalam proyek N219 ini PT DI akan bekerja sama joint venture dengan perusahaan lain, dimana dibutuhkan dana USD 119 juta untuk memproduksi sekitar 36 pesawat per tahun.

Sehingga melalui pesawat N219 ini, diharapkan PT DI dapat mewujudkan mimpi BJ Habibie agar Indonesia dapat membuat dan mengkomersialkan pesawat karya anak bangsa.

BUMN pabrikan pesawat dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia (Persero) akan memproduksi pesawat N219 mulai tahun depan. Targetnya, pesawat tersebut dapat mengisi 25% pasar dunia atau setara 532 unit hingga 11 tahun ke depan.

Bahkan beberapa pihak dari dalam dan luar negeri sudah menyampaikan minat pembelian dan kerja sama produksi dengan PTDI.

Penjualan 2019

Dalam 2 tahun ini PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah melakukan transformasi di bidang bisnis dan SDM serta penyelesaian pesanan dimana untuk 2019 perusahaan dapat mengirim 9 pesawat.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro juga menyampaikan bahwa perusahaan juga fokus untuk dapat meningkatkan efisiensi dan perubahan bisnis sistem sehingga di akhir 2019 target penjualan dapat mencapai Rp 4 triliun.

CNBC
 
is a good gesture from boeing since they take resposibility for damage effected from their product and not always see operator and pasanger as pigy bank
Menu

Lion-Air-737-MAX-8.jpg
Paulus Iskandar
Kabar Baik, Boeing Akan Cairkan Dana Santunan Korban Kecelakaan 737 MAX 8

Posted on September 24, 2019 by Roni Sontani
AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Boeing menyatakan akan segera mencairkan dana santunan korban kecelakaan pesawat 737 MAX 8. Dana 50 juta dolar AS akan dikucurkan pabrik pesawat terbesar Amerika Serikat ini untuk santunan kepada para ahli waris atas musibah jatuhnya dua 737 MAX 8 milik Lion Air dan Ethiopian Airlines.

Seperti diketahui, sebanyak 346 orang meninggal dunia akibat dua kecelakaan 737 MAX 8 pada Oktober 2018 dan Maret 2019 itu.

Boeing menyebut, setiap korban akan mendapatkan santunan 144.500 dolar AS (sekira Rp2 miliar). Dana santunan akan diberikan terakhir pada 31 Desember 2019.

Meski demikian, masih ada keluarga korban yang menolak dana tersebut karena menganggap Boeing belum memberikan jawaban yang memuaskan.

“$144,000 doesn’t come close to compensating any of our families or any of the families,” kata Nomaan Husain, pengacara di Texas yang mewakili 15 keluarga.

This is not something that is going to satisfy the families. The families really want answers,” lanjutnya sebagaimana diwartakan BBC (24/9/2019).

Juli lalu, Boeing telah berjanji akan meberikan dana bantuan senilai 100 juta dolar AS untuk keluarga yang dan komunitas yang terdampak kecelakaan 737 MAX 8.

737-MAX-8-Ethiopian.jpg

Boeing
Boeing menjelaskan, setengah dari dana itu akan digunakan untuk penyaluran langsung kepada keluarga. Sementara setengah lainnya akan digunakan sebagai dana bantuan pendidikan dan pembangunan wilayah yang terdampak kecelakaan.

Sementara itu Wall Street Journal (WSJ) pada Senin (23/9) memberitakan, kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 di Indonesia pada Oktober 2018 disebabkan oleh sejumlah faktor. Di antara yang dominan adalah kesalahan desain dan kesalahan regulator Amerika Serikat yang mengesahkan pesawat ini.

WSJ memberitakan hal itu berdasar hasil investigasi para investigator kecelakaan pesawat Indonesia.

Menanggapi pemberitaan ini, juru bicara Boeing tidak mau mengomentari. Ia hanya mengatakan bahwa Boeing terus menawarkan dukungan kepada pihak investigator untuk menyelesaikan laporan investigasi mereka.

Senada dengan Boeing, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono tidak mau memberikan komentarnya saat dikonfirmasi Reuters. Ia mengatakan, hasil investigasi final baru akan disampaikan kepada publik pada awal November 2019. (Al Jazeera, 24/9)

Roni Sontani


Roni Sontani
https://www.angkasareview.com
 
Pemerintah Cari Investor Kembangkan Proyek Pesawat BJ Habibie
Rabu, 2 Oktober 2019 | 12:28 WIB
1731552IMG-20161110-122147780x390.jpg

Akhdi Martin Pratama
|
Editor: Sakina Rakhma Diah Setiawan


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana mengembangkan industri aviasi nasional. Salah satunya, dengan meneruskan pengembangan pesawat R80 yang digagas oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pengembangan pesawat R80 masuk dalam tiga program industri pemerintah.

“Ada program pesawat terbang, ada yang akan dikembangkan oleh Kemenperin, ada yang dikembangkan oleh almarhum Pak Habibie," ujar Darmin di Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Darmin menjelaskan, dalam mengembangkan proyek tersebut pemerintah mengajak pihak swasta terlibat dalam mendanai proyek tersebut. Proyek tersebut direncanakan mulai digarap pada 2023.

Baca juga: Ilham Habibie: Donasi Buktikan Dukungan Rakyat untuk R80

Berdasarkan data dari Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) pengembangan pesawat terbang R80 membutuhkan dana sebesar Rp 6,75 triliun.


“Kita bangun infrastruktur, kita bisa kumpulkan dana, tapi kepemilkan tetap punya pemerintah sehingga kita bisa tambah pembangunan itu sendiri,” kata Darmin.

KPPIP sendiri mencatat saat ini pemerintah memiliki 223 Proyek Strategis Nasional (PSN) dan tiga program dengan nilai investasi mencapai Rp 4.180 triliun.

Untuk mendanai proyek tersebut pemerintah akan menggandeng para investor.

Agar investor tertarik, pemerintah telah menyiapkan beberapa program, yakni Viability Gap Fund (VGF), availability payment dan insentif pajak.

“Sebetulnya ada lagi yang kami kembagkan tapi perumusannya agak lambat. Namanya LCS (limited concession scheme),” ucap dia

Penulis: Palupi Annisa Auliani
|
Editor: Muhammad Fajar Marta

BJ HABIBIE. “Dengan pesawat ini, buatan mereka sendiri, seluruh pulau di Indonesia bisa terhubung. Bayangkan infrastruktur yang berkembang, kemajuan ekonomi di pulau-pulau itu. Mereka bisa mandiri. Tapi ternyata bangsa ini tidak mau.”

Kutipan di atas muncul dalam salah satu adegan film Habibie dan Ainun yang tayang pada 2012. Diperankan Reza Rahardian, Habibie terlihat mendatangi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), perusahaan yang sekarang sudah berganti nama jadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Momentum dalam adegan tersebut terjadi setelah pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden Indonesia ditolak MPR pada 20 Oktober 1999. Di situ, Habibie menyambangi pesawat N-250. Kutipan di atas dia ucapkan setelah mengusap debu yang ada di permukaan pesawat tersebut.

(Baca juga: Habibie: Kalau Saya Bisa Produksi N 250 atau R 80 Tiap Hari...)

Ketika Kompas.com sempat bertemu Habibie pada 2013, kesan yang sama masih terpancar saat bicara pesawat. Menurut Habibie, momentum N-250 seharusnya sangat tepat untuk titik tolak kejayaan industri dirgantara Indonesia, andai proyek pesawat itu berjalan sesuai rencana.

Visi, tegas Habibie, yang semestinya menuntun arah langkah bangsa ini. Dia menolak menggunakan kata “mimpi”, karena buat dia diksi itu identik dengan angan-angan. Namun, nasi telah menjadi bubur.

Pesawat N-250, ujar dia, sudah kehilangan momentum. Pasar pesawat berpenumpang sampai 60-an orang sudah banyak pesaing dan atau tak lagi ekonomis. Bila hendak kembali berjaya di industri dirgantara, kata dia, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.

1638119N250780x390.jpg

Pesawat N219 Resmi Terbang Perdana)



3170883217.jpg

R80 yang digagas Habibie sejatinya adalah peluang untuk memastikan generasi dirgantara Indonesia berlanjut. Dia yang sebelumnya berkiprah di IPTN ini pun bertutur tentang salah satu koleganya yang memilih bertahan di dalam negeri lalu berakhir jadi sopir taksi setelah pensiun.

(Baca juga: Ribuan Engineer Terlibat Dalam Proyek Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie)

Padahal, ujar Desra, sang kolega itu pernah jadi manajer material untuk proyek N-250. Dia juga pernah terlibat dalam penggarapan mobil nasional Maleo. Ilmunya yang tak dikuasai sembarang orang akhirnya mangkrak, bahkan berbayang penyesalan karena tak ikut eksodus ketika ada kesempatan pada 20-25 tahun yang lalu.

1731552IMG-20161110-122147780x390.jpg

bagian III dan IV tulisan berseri ini, dan simak pula bagian pertama serial tulisan yaitu "Patung Pancoran, Visi Dirgantara, dan Proyek R80 Habibie".

4 Pesawat BJ Habibie yang Bikin Indonesia Bangga
Oleh Agustin Setyo Wardani pada 12 Sep 2019, 07:33 WIB
036687000_1568202574-43119100_1954592738167876_4413880493345270755_n.jpg



Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berduka atas meninggalnya Bapak Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie. Presiden ke-3 RI ini tutup usia pada Rabu, 11 September 2019 di usia 83 tahun.

BJ Habibie merupakan tokoh yang dikenal karena kepintarannya, terutama dalam inovasi di bidang penerbangan. Berikut adalah sejumlah pesawat hasil karya BJ Habibie.






1. Pesawat N-250

Pesawat N-250 merupakan pesawat penumpang sipil rancangan asli IPTN yang kini berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia.

Pesawat ini menggunakan kode N, yang tidak lain adalah Nusantara, memperlihatkan desain, produksi, dan segalanya dikerjakan di Indonesia. Pesawat ini merupakan ide dari BJ Habibie.

Habibie mempertimbangkan pembuatan pesawat tersebut, salah satunya karena pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi disebabkan perusahaan industrinya, Fokker Aviation telah gulung tikar pada 1996.

Pesawat N-250 diluncurkan pada 1995 dan menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.


2 of 4
2. Pesawat R-80
056838100_1429532620-bj-habibie-menerangkan-keunggulan-pesawat-r80-pada-presiden.jpg

Habibie mempresentasikan R-80 di depan Presiden Jokowi (Antara)
Pesawat R-80 dirancang oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI). PT Regio Aviasi Industri (RAI) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang.

Perusahaan ini didirikan oleh BJ Habibie bersama putra sulungnya Ilham Akbar Habibie.

Perusahaan ini khusus mengembangkan pesawat R80 yang merupakan lanjutan dari pesawat N250 yang juga hasil ciptaan Habibie.

Pesawat buatan Habibie direncanakan akan diterbangkan pertama kali di Bandar Udara Internasional Kertajati, Jawa Barat, yang masih dalam tahap pembangunan.

Pesawat ini dirancang dengan teknologi terbaru dan super canggih dengan tingkat keamanan yang tinggi bagi penumpang. Tak seperti pesawat pada umumnya, Pesawat R80 dilengkapi dengan teknologi fly by wire yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.

Fly by wire adalah sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.


3 of 4
3. Pesawat C-130 Hercules
086856800_1538658863-Hercules_C130.jpg

Hercules C130 milik Amerika Serikat. (Public Domain)
BJ Habibie disebut juga pernah ikut mendesain pesawat angkut militer TRANSALL C-130.

Pesawat tempur ini punya empat turboprop sayap tinggi (high wing) yang bertugas sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia. Mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek.

Awalnya pesawat ini adalah sebuah pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara.

Sekarang ini ada lebih dari 40 model Hercules, termasuk beberapa kapal senapan, dan juga digunakan lebih dari 50 negara.


4 of 4
4. Dornier Do 31
002801000_1568204292-20190911-Bj-Habibie-Ketika-Menjadi-Menristek-AP-5.jpg

BJ Habibie yang menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) menghindari pertanyaan awak media selama upacara perpisahan kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, 1 Maret 1998. (AP Photo/Muchtar Zakaria)
BJ Habibie juga andil dalam pembuatan pesawat Do 31. Pesawat ini merupakan jet transportasi eksperimental VTOL Jerman Barat yang dibangun oleh Dornier.

Pesawat ini adalah pesawat transportasi berbaling-baling tetap pertama yang mampu tinggal landas dan mendarat secara vertikal.

(Tin/Ysl)
 
Recent rocket static test by Lapan (July). According to the plan, there will be rocket tests in 14 October (RX 320) and 23 December (RX 450) this year.

D_1yov7VAAEt_Ck.jpg:large


Click the picture for full size version.
 
Recent rocket static test by Lapan (July). According to the plan, there will be rocket tests in 14 October (RX 320) and 23 December (RX 450) this year.

D_1yov7VAAEt_Ck.jpg:large


Click the picture for full size version.
What rocket or missile similar to RX 320 & 450 in diameter? Do you think RX 320 & 450 will be developed similar to those rockets?
 
What rocket or missile similar to RX 320 & 450 in diameter? Do you think RX 320 & 450 will be developed similar to those rockets?

Iran Nazeat rocket artillery.

RX 320 Lapan is similar in diameter with Nazeat H-6 rocket and RX 450 Lapan is similar in diameter with Nazeat H-10 rocket which has 130 km range. Yup, it is currently being developed to be a ground to ground rocket artillery. RX 450 Lapan itself has reached 140 km range in 2014, latest range is not known.

Iran Nazeat H -10 rocket
Nazeat-10H_rocket.jpg


In the future I think it will be developed to be like Fateh 110 tactical SRBM with guided system and 300 km range. It uses solid fuel jut like Lapan RX rocket family. I think it needs another 8-10 years to be able to make exactly like fourth generation Fateh 110 (610 mm in diameter and 3500 kg in weigh). Lapan it self has officially said that it has mastered rocket guidance system particularly for point to point guidance.

Fateh 110
 
Last edited:
Iran Nazeat rocket artillery.

RX 320 Lapan is similar in diameter with Nazeat H-6 rocket and RX 450 Lapan is similar in diameter with Nazeat H-10 rocket which has 130 km range. Yup, it is currently being developed to be a 100 km range ground to ground rocket artillery.

Iran Nazeat H -10 rocket
Iranian_army_launched_two_Nazeat-10_surface-to-surface_missiles_during_military_exercise_640_001.jpg


In the future I think it will be developed to be like Fateh 110 tactical SRBM with guided system and 300 km range. It uses solid fuel jut like Lapan RX rocket family. I think it needs another 8-10 years to be able to make exactly like fourth generation Fateh 110 (610 mm in diameter and 3500 kg in weigh). Lapan it self has officially said that it has mastered rocket guidance system particularly for point to point guidance.

Fateh 110
What about Rhan 122? Can or will they be developed into a missile with ship or plane platform?
 
What about Rhan 122? Can or will they be developed into a missile with ship or plane platform?

Ya, It could be but Lapan still needs more time to perfect rocket guidance system for supersonic speed. It has tested guided supersonic rockets but we cannot find the latest result publicly, it is still top secret. From what we can see from Lapan program that is available for public is that it is developing a cruise missile.
 
Back
Top Bottom