Palm oil solid wood as substitute for tropical woods, Indonesia can export palm oil woods in large number
Menggali Potensi Kayu Sawit
Berita Lintas |05 August 2019 , 08:28 WIB |Hit : 13960 |by : Administrator
InfoSAWIT, BOGOR - Tidak bisa dipungkiri saat ini industri perkayuan mengalami mati suri lantaran pasokan bahan baku dari hutan alam semakin menipis.
Indonesia setiap tahun diperkirakan defisit kayu sebesar 50 juta m³/tahun, padahal ketika tahun 1980an dimasa jayanya dulu mampu memproduksi kayu hingga 70 juta m³/tahun.
Tidak diimbanginya permintaan kayu hutan alam dengan penanaman secara intensif menghantarkan pada masalah lingkungan dan defisiensi kayu nasional, akibatnya sekarang kayu hutan semakin sulit didapat, disamping menimbulkan kecemasan pada semua pihak pengguna kayu.
Salah satu imbasnya pada industri playwood, yang ditandai dengan banyaknya penutupan perusahaan playwood akibat kekurangan bahan baku. Sementara bahan pengganti kayu seperti baja, aluminium, plastik, dan bahan lainnya bersifat nonbio degradable, ternyata dikemudian hari malah akan menimbulkan masalah lingkungan.
Bahan baku menjadi kunci penting berkembangnya industri pengolahan kayu di Indonesia, oleh karenanya mesti dicari solusi pengganti kayu yang kian defisit.
Salah satunya ialah kayu sawit yang merupakan solusi terbaik sebagai alternatif untuk menyuplai bahan baku kayu nasional. “Prospek bisnis kayu sawit ke depan sangat terbuka, disaat terbatasnya kayu dunia sekitar 300 juta m³/tahun. Sementara bahan bakunya semakin langka, sehingga bahan baku alternatif dengan jumlah besar adalah kayu sawit,” ujar Peneliti Teknologi Kayu Badan Litbang Departemen Kehutanan, Jamal Balfas.
Masih menurut Jamal, banyak manfaat yang diperoleh dari kayu sawit diantaranya: Pertama, potensi kayu sawit terdapat dalam jumlah besar dan akan terus meningkat di masa mendatang, sehingga memberikan jaminan ketersediaan bahan baku dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Kedua, produk kayu sawit secara utuh (solid wood) belum pernah diproduksi secara komersial oleh negara manapun di dunia, sehingga produk ini bersifat unik dan spesifik Ketiga, pemanfaatan kayu sawit sebagai substitusi kayu tropis memiliki aspek lingkungan yang sangat baik dalam kaitannya dengan peningkatan upaya nasional dan internasional dalam penyelamatan hutan tropis.
Bila dihitung, peluang kayu sawit sebagai bahan baku kayu sangat besar, berdasarkan perhitungan Jamal, satu hectare (ha) kebun kelapa sawit berpotensi menyediakan 220 m³ atau mencapai 60-70 ton/ha kayu dengan asumsi terdapat 120 pohon/ha.
Sementara bila setiap tahun dilakukan peremajaan seluas 50.000 ha maka berdasar perhitungan matematis akan didapat kayu sawit sebanyak 11.000.000 m³.
Ternyata permintaan untuk kayu sawit saat ini cukup besar, selain untuk memenuhi kebutuhan kayu di dalam negeri, banyak pula permintaan yang datang dari pihak luar negeri seperti Eropa dan negaranegara Timur Tengah.
“Dahulu ketika baru menguji coba produksi di PT Inhutani I ada permintaan besar dari Belgia untuk belasan ribu unit rumah. Selain itu permintaan juga dating dari negara Saudi Arabia, Qatar, Oman, dan Jepang,” ungkap Jamal kepada
InfoSAWIT.
Selain pasar yang cukup menjanjikan rupanya dari segi harga kayu sawit lebih murah ketimbang harga hutan kayu alam. Kayu sawit bisa dijual seharga Rp 200.000/ m³, sementara kayu sengon saat ini mencapai Rp 700.000/m³ (catatan: harga berdasarkan harga tahun 2009).
Secara umum penggunaan kayu sawit paling besar digunakan untuk komponen barang konstruksi rumah seperti kusen, jendela, partisi, dan furniture. Selain itu keunggulan yang dimiliki kayu sawit diantaranya; harga kayu atau biaya eksploitasi sangat rendah, tidak mengandung mata kayu, mudah diberi perlakuan fisis, mekanis dan kimia, serta jaminan pasokan yang terus meningkat di masa mendatang.
Apalagi jika diolah dengan treatment yang baik maka daya tahan kayu sawit bisa mencapai 50 tahun. Sedangkan kekurangan kayu sawit ini adalah kandungan air pada kayu segar sangatlah tinggi, dapat mencapai 500%, kandungan zat pati sangat tinggi (pada jaringan parenkim dapat mencapai 45%), keawetan alami sangat rendah dan dalam proses pengeringan terjadi kerusakan parenkim yang disertai dengan perubahan dan kerusakan fisis secara berlebihan terutama pada bagian kayu yang struktur kerapatannya rendah.
Namun, kini sudah ditemukan cara menangani permasalahan tersebut yakni dengan memberikan perlakuan khusus seperti mencampurkan atau menyuntikkan bahan liquid ke dalam kayu sawit berupa resin. Resin sendiri adalah zat kimia dari getah pinus untuk menyempurnakan sifat kayu sawit karena tanpa treatment itu tidak bisa diolah lebih lanjut.
(T2)
Terbit pada majalah InfoSAWIT cetak Edisi Juni 2009