What's new

Indonesia Defence Forum

Err your eQuation is wrong from the beginning

It is JosaPhat is part of our military reasearch programme to begin with? What i can see it is him under Chiba univ. Authoritative who cooperate with Indonesian agencies like Lapan

Meanwhile spica is a kri, so please give more efforts for better equation

And there is one false pressumption to think we are will be a capable nation since we had thousands of people like josaphat. Thats a fine example of brain drain. For godsake what i am mean right now is dont fixated your attention and effort into a lost cause like him. We had thousands maybe more talents in which had truly served our country directly in their own home country. It is them who actually need our and gov support mostly. I will be damned if some of them become like Josaphat in near future

Try to see in from different perspective.
I agree that his research budget is not part of Indonesian mindef budget; his research goals also not part of Indonesian mindef programs.

But his SAR research can be used by military topography.
He also has full access to his patent and his budget.

Professor in Indonesian is just ceremonial title without budget authority. In Indonesia research budget is tightly controlled by the faculty and yearly basis.
While in japan, a professor is title for head of laboratory, he has full authority of his lab, research, and budget.
He is free to take any Indonesian researcher to join him in his research.
When he is no longer head of lab, he is no longer a professor.

I think, not all research which has military prospect should be funded by government.
I am sure we had thousands maybe more talents, I am also sure they are willing to served our country. But I am not sure they are able to do their research here.
 
tetuko-1.jpg


tetuko-2.jpg


tetuko-3.jpg


tetuko-4.jpg


Mr. Josaphat said that this UAV will start operating in Indonesia next year.
https://www.facebook.com/3742500832...74250083237/10154215593103238/?type=3&theater
 
Last edited:
Indonesian Air Force Academy
12357023_10200983544587639_4994120080415780046_o.jpg


GROUND FORMATION at IWY-AFB
10923820_4898665161279_3192556343421677365_o.jpg


Borders Patrol
antarafoto-patroli-perbatasan-indonesia-081215-kye-1.jpg
 
Last edited:
Indonesia send 1,169 personnel of Indonesian Armed Force Garuda Contingent for UNIFIL mission in Lebanon. The departing ceremonial was held today in Jakarta, 11 Dec 2015

12360207_10205629480644840_5820908666536993113_n.jpg

12373385_10205629480724842_4405077058394072312_n.jpg

12376569_10205629481484861_8034225822965811021_n.jpg

12373252_10205629480684841_7226388135968067003_n.jpg
 
"Tip of the Spear" #TheGhostWhoWalks
-----------------------
Indonesian Army SF, Kopassus Para-Commando

photo credit : febi_adrianto
12299015_1693035844251727_1364621787_n.jpg
 
Is this part of sukhoi mro?

Ini tahun 2010 kaitannya dengan Su 30, sebenernya udah ditawari MRO tapi gak ada yg sanggup nerima, klo dpt MRO gak mungkin sukhoi smp diangkut lg ke russia. All about money :sleep:
 
Ini tahun 2010 kaitannya dengan Su 30, sebenernya udah ditawari MRO tapi gak ada yg sanggup nerima, klo dpt MRO gak mungkin sukhoi smp diangkut lg ke russia. All about money

ah, parah.. kirain bagian dari klausul kontrak yang baru buat SU35...
 
Some one who has time can translate this, fresh news from PT Dirgantara Indonesia official website. It is about N 245 and N 270 program.

(websitenya udah keren sekarang, gitu dong kalau mau kelas dunia)


PRESS RELEASE
SETELAH N219 DIRGANTARA INDONESIA DAN LAPAN GARAP N245
11 Desember 2015 | 15:40
462607_620.jpg



TEMPO.CO, Bandung - PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) masih menyimpan rencana pengembangan sederet pesawat lainnya setelah sukses merancang pesawat N219 yang diperkenalkan perdana Kamis, 10 Desember 2015.

“Selanjutnya, N234 untuk 50 penumpang. Ini sudah mulai disiapkan. Berikutnya generasi N270 untuk 70 penumpang,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin di Bandung, Kamis, 10 Desember 2015.

Thomas mengatakan, lembaganya ditunjuk pemerintah lewat Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional sebagai lembaga riset dan pengembangan pesawat terbang, lalu PT Dirgantara menjadi pengembang manufaktur pesawat.

“Pada 2011, Lapan secara resmi membentuk Pusat Teknologi Penerbangan,” katanya. Pembuatan N219 menjadi kerja sama perdana Lapan dan Dirgantara Indonesia.

Thomas memperkirakan, pengembangan N219 bersama PT Dirgantara Indonesia menyedot dana Rp 500 miliar hingga pesawat itu mendapat sertifikasi laik terbang dari pemerintah yang ditargetkan pada 2017. Pengembangan N219 juga masih terus berlanjut dengan pengembangan variasi lainnya. “Sesuai kebutuhan user,” ujarnya.

Thomas mengatakan, rencana pembuatan N245 sudah memasuki tahap desain lewat pengujian di fasilitas wind-tunnel atau terowongan angin. “Sudah mulai konsep desain awal, beberapa sudah mulai pengujian,” katanya.

Dia mengaku, biaya yang dikeluarkan masih terhitung kecil. Namun Thomas enggan memerincinya. Lembaganya bersama PT Dirgantara berencana mengajukan pendanaan khusus pada pemerintah untuk membiayai pembuatan prototipe N245.

Thomas mengaku belum bisa menaksir dana yang dibutuhkan untuk pembuatan pesawat N245. “Belum ada gambaran, tapi yang jelas lebih mahal dari ini (N219),” katanya.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana, mengatakan, pesawat N245 merupakan generasi terbaru dari pesawat CN235 yang sudah diproduksi PT Dirgantara. “Kami lagi membangun pesawat CN235 yang dimodifikasi menjadi N245,” kata Andi di Bandung, Kamis, 10 Desember 2015.

Andi mengatakan, perbedaan mencolok dengan pesawat CN235 ada pada bagian ekornya. Pesawat N245 dirancang dengan memodifikasi bagian ekor pesawat CN235 yang memiliki ramp-door atau pintu belakang yang bisa dibuka. “Pintu belakang itu dicopot sehingga bisa membawa penumpang yang tadinya 42 penumpang menjadi 50 penumpang,” katanya.

Menurut Andi, ramp-door atau pintu belakang itu menjadi kelebihan CN235 untuk memenuhi fungsi ganda pesawat tersebut, yakni sebagai pesawat sipil sekaligus pesawat militer. “Pintu belakangnya besar sehingga bisa nerjuni orang. Nah, N245 itu dicabut supaya lebih ringan karena pintu itu berat,” ujarnya.

Andi mengatakan, dengan mencabut pintu besar itu, N245 dirancang lebih ringan kendati ukurannya bakal lebih panjang agar memuat penumpang hingga 50 orang.

Dia optimistis pengembangan pesawat N245 bakal lebih cepat dibandingkan saat mengembangkan N219. “Basisnya sudah ada. Tahun 2019 itu diharapkan sudah selesai dan bisa dijual,” kata Andi.

AHMAD FIKRI

Dirgantara Indonesia
 

Latest posts

Back
Top Bottom