What's new

Indonesia Defence Forum

.
Czech companies to supply Pandur II armored fighting vehicles to Indonesia
20200205085647_pandurII.jpg


72136051_2458020087616815_2654732909293862912_o.jpg
06 / 02 / 2020, 10:00
The companies of the Czechoslovak Group (CSG) holding received another significant contract for the Indonesian armed forces in a short time. After a previously announced contract for rocket launchers, ammunition and engineer vehicles, Czech companies will newly supply, in cooperation with local companies, Indonesia with 23 Pandur II 8x8 armored fighting vehicles. The contract was concluded in December 2019.

Currently, Excalibur Army from CSG holds supplies of special floating bridge vehicles for Indonesian armed forces on the basis of a contract worth billions of Czech Crowns from 2017. Completion of deliveries is planned for the second half of 2020. Excalibur Army in cooperation with Tatra Defense Vehicle will start to perform another contract for the Indonesian Army, which the Czech companies have recently won. Between 2021 and 2022, the Indonesian army will acquire more than two dozen Pandur II 8x8 floating wheeled combat vehicles, which will be equipped with a combat turret mounted with a 30 mm cannon by Ares company.


The project is backed by Excalibur Army, which has an extensive sales network and has already achieved several business successes on the Indonesian market, in cooperation with Tatra Defense Vehicle, a leading Czech manufacturer of ground military equipment and Pandur II 8x8 production license holder. The Czech Ministry of Defence, specifically the Industrial Cooperation Department under the leadership of Tomáš Kopečný, provided very significant support in the negotiations on this contract in support of domestic industry projects. The state-owned Indonesian company PT. PINDAD (PERSERO) will also participate in the supply of vehicles. “Within the framework of industrial cooperation, the Indonesian partner will ensure the production of some technological subgroups and participate in the final assembly of vehicles. In the future, the Indonesian company is expected to be involved in the production of Pandur II 8x8 vehicles due to the possibility of extending the contract to hundreds of vehicles, ”Excalibur Army Commercial Director Richard Kuběna said.

“The latest contract for the supply of Pandur II vehicles to Indonesia is another significant commercial success of the CSG holding companies. What makes it even more important is that the Indonesian armed forces were trying for find a solution of the modernization of their armament by acquiring modern vehicles on the 8x8 chassis for several years and carefully choosing between different offers and types of vehicles,” Michal Strnad, owner of CSG holding, said. The command of the local army demanded equipment proven in operation, ideally included in the armament of the NATO armies, with very good terrain throughput, navigation capability and ballistic and anti-mine resistance corresponding to modern standards. All criteria were met by the Pandur II 8x8 vehicles, produced in the Czech Republic and serving within the Czech Army.

Excalibur Army has already made several successful projects in Southeast Asia. In addition to the current contract for special bridge and logistics vehicles, the company in recent years delivered to Indonesia, for example, RM-70 Vampire rocket launcher systems, including special support and command vehicles. The company continues to supply missile technology, spare parts for ground vehicles and also provides services for the Indonesian Army and Marine Corps.

https://www.czdjournal.com/defence/...mored-fighting-vehicles-to-indonesia-260.html
Hope marine want take pandur. Usually marine interested with ex east made weaponry. Like they buy cz 805
 
. . . . .
Apa ini masuk pertahanan? Mana yg lbh baik karantina wilayah apa darurat sipil
 
.
Elang Hitam Dirancang Sesuai Kebutuhan TNI AU

31 Maret 2020



UAV Elang Hitam (photo : BPPT)

Elang Hitam Penjaga Kedaulatan Negara

Luasnya wilayah dan besarnya ancaman yang dihadapi membuat Indonesia harus bisa segera mandiri merancang dan memproduksi pesawat udara nirawak (PUNA). Kemandirian itu penting bukan hanya untuk menghindari potensi sabotase asing dalam komunikasi data selama pengoperasian PUNA, namun juga demi ketahanan negara.

Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan (Kemhan) menginiasi pembuatan PUNA yang mampu terbang di ketinggian menengah dan terbang lama (medium altitude long endurance/MALE) pada 2015. PUNA bernama Elang Hitam itu dikerjakan konsorsium yang terdiri atas tujuh lembaga mulai 2017.

Ketujuh lembaga yang terlibat selain Balitbang Kemhan adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kemhan dan Institut Teknologi Bandung. Sedangkan industri yang terlibat adalah PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Len Industri.

"Elang Hitam dirancang sesuai kebutuhan TNI Angkatan Udara sebagai pengguna," kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Dalam konsorsium ini, BPPT bertugas merancang dan menguji pesawatnya.

Sesuai kebutuhan, pesawat didesain untuk melakukan patroli wilayah, seperti memantau perbatasan atau mengawasi lautan dari pencurian ikan. Pesawat juga dilengkapi senjata hingga bisa melakukan tindakan awal bagi pelanggar hukum dan kedaulatan negara.

Meski pesawat tanpa awak, tantangan mewujudkan PUNA ini sangat besar. "Pembuatan PUNA MALE ini sarat teknologi tinggi," kata Manajer Program Pesawat Terbang Tanpa Awak PTDI Bona P Fitrikananda. PTDI dalam proyek ini berperan memproduksi dan mengintegrasikan berbagai sistem yang ada.

Tantangan membuat PUNA MALE itu salah satunya berasal dari ketinggian jelajah pesawat. Di ketinggian menengah (medium altitude), antara 15.000-30.000 kaki atau 4,5-9,2 kilometer dari permukaan laut, juga merupakan wilayah terbang pesawat lain, termasuk pesawat penumpang. Karena itu, PUNA harus bisa mendeteksi dan menghindar bila ada pesawat lain di dekatnya. Karena itu, pesawat harus dilengkapi dengan berbagai sensor baik untuk mengukur kecepatan, ketinggian dan kemiringan pesawat.

Selain itu, suhu dan tekanan udara pada ketinggian menengah juga sudah turun. Situasi lingkungan itu juga harus diantisipasi agar tak memengaruhi kinerja pesawat.



UAV Elang Hitam (image : BPPT)

Elang Hitam juga dirancang mampu terbang lama (long endurance) 24-30 jam. Pesawat didesain memiliki waktu terbang optimal 24 jam, sedangkan enam jam sisanya untuk mengantisipasi jika pesawat membutuhkan waktu terbang tambahan akibat adanya persoalan tertentu.

Untuk terbang selama itu, pesawat harus berukuran dan bertenaga besar. Pesawat juga harus bisa membawa banyak bahan bakar avtur. Semua itu akan berimbas pada besar dan beratnya PUNA. Dimensi besar dan berat Elang Hitam ini sudah mirip dengan pesawat berawak kecil.

Untuk mengatasi itu, lanjut Bona, pesawat dibuat menggunakan material komposit hingga 95 persen, termasuk untuk struktur utamanya, seperti rangka pesawat. Komposit itu membuat bobot pesawat menjadi lebih ringan. Untuk PUNA, belum ada aturan keharusan penggunaan logam pada rangka pesawat seperti pada pesawat penumpang.

"Bahan bakar PUNA masih menggunakan avtur yang sudah teruji, bukan listrik atau tenaga surya," ujarnya. Selain penggunaan listrik dan tenaga surya belum teruji, penggunaan baterai untuk menyimpan energinya juga akan menambah berat pesawat.

Tantangan lain membuat PUNA dibanding pesawat berawak adalah memindahkan sistem kendali dari pilot di kokpit pesawat ke pengendali di darat yang tak melihat langsung pesawat. Dengan kondisi itu, selain banyak sensor, pesawat juga harus memiliki sistem kendali terbang (flight control system/FCS) yang mumpuni.

FCS itu akan menjadi otak pesawat. Elang Hitam harus bisa lepas landas dan mendarat secara mandiri dalam berbagai kondisi laandasan pacu. Pesawat juga harus bisa mengikuti jalur terbang yang telah ditentukan dan melakukan sejumlah tindakan, termasuk saat terjadi kedaruratan.

"Sistem autopilot yang mumpuni jadi sangat penting pada PUNA," kata Bona.

Untuk tahap awal, FCS menggunakan produk buatan luar negeri. Namun, saat ini Lapan bersama PT Len Industri sedang merancang FCS sendiri yang akan digunakan pada produksi Elang Hitam berikutnya. PT Len Industri juga membuat sistem kendali di darat (ground control system/GCS) yang akan memandu pergerakan pesawat.

Menentukan misi dan memilih senjata yang akan dilekatkan pada pesawat juga jadi persoalan genting. Misi PUNA ini ditentukan oleh Ditjen Pohan Kemhan, sedangkan senjatanya dipilih berdasar kebutuhan TNI Angkatan Udara sebagai pengguna atau yang menjalankan misi.

Untuk pengintaian, PUNA dilengkapi dengan kamera resolusi tinggi yang bisa bekerja siang dan malam serta radar bukaan sintetis (synthetic aperture radar/SAR). Sedangkan senjata untuk penindakan awal itu masih berupa pilihan, antara roket yang dikendalikan atau bom pintar (smart bomb).

Pesawat dirancang setidaknya mampu membawa empat roket yang masing-masing memiliki berat 30-40 kilogram. Jika dipilih roket, tambah Wahyu, roket akan dilengkapi sistem pemandu laser agar bisa pas mencapai target.

"Pemilihan jenis dan peletakan senjata itu akan sangat memengaruhi performa terbang pesawat," katanya. Penghidupan (firing) senjata pun juga akan memengaruhi stabilitas pesawat.



UAV Elang Hitam (image : Tempo)

Uji terbang

Elang Hitam pertama kali diperkenalkan ke publik (roll out) pada 30 Desember 2019 di hanggar PTDI di Bandung, Jawa Barat. Rencananya, pesawat ini akan terbang perdana pada akhir 2020.

Menurut Wahyu, karena pesawat ini tanpa awak, uji terbang perdana akan dilakukan di daerah yang jauh dari kepadatan penduduk guna menghindari kemungkinan gagal terbang. Meski belum ditentukan lokasinya, namun sejumlah daerah yang memiliki lapangan terbang sudah menjadi pilihan seperti Cirebon dan Pangandaran di Jawa Barat atau Natuna di Kepulauan Riau.

Tahun ini juga, konsorsium akan membuat dua purwarupa Elang Hitam lainnya hingga total ada tiga pesawat yang digunakan untuk keperluan berbeda. Satu pesawat akan digunakan untuk uji pengembangan sebelum sertifikasi, satu pesawat untuk uji terbang dan sertifikasi, serta satu pesawat lain untuk uji struktur dan kekuatan di laboratorium uji milik BPPT.

Pesawat akan disertifikasi sebagai pesawat militer yang membawa senjata (unmaned combat aerial vehicle/UCAV) oleh Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA) yang ada di Kemhan.

Jika nanti Elang Hitam dimodifikasi untuk keperluan sipil, misalkan untuk pemetaan atau pemantauan wilayah bencana, maka PUNA akan disertifikasi ulang di Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementerian Perhubungan. Proses sertifikasi pesawat militer dan sipil memang berbeda.

Pada 2022, proses sertifikasi sebagai UCAV diharapkan bisa selesai. Proses sertifikasi memang membutuhkan waktu lama, terutama akibat adanya persenjataan yang dibawa. Namun, "Pemerintah komitmen untuk menyelesaikan PUNA MALE Elang Hitam itu sebelum 2024," tegas Wahyu.

Sertifikasi di dalam negeri itu dipilih karena Elang Hitam akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang sangat besar. Luasnya wilayah Indonesia dan banyak pangkalan udara TNI AU membuat kebutuhan PUNA MALE sangat besar. Dibanding penggunaan pesawat tempur, pemakaian PUNA pun akan menekan biaya dan meminimalkan risiko operasi. Kalaupun pemerintah mengizinkan inovasi teknologi anak bangsa itu diekspor, maka pasar Asia Afrika sangat menjanjikan.

Wahyu berharap proyek konsorsium PUNA MALE ini berhasil, Elang Hitam benar-benar bisa digunakan, diproduksi, dan dipasarkan. "Sudah saatnya Indonesia masuk dalam jajaran negara-negara maju yang bisa memproduksi teknologi tinggi," tambahnya.

(Kompas)
 
.
f-16-ts-1620.jpg

INDONESIA
LANUD ISWAHJUDI BERLAKUKAN STATUS PARTIALLY LOCKDOWN
30 MARET 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Terhitung mulai Senin (30/03/2020) Lanud Iswahjudi memberlakukan status Partially Lockdown atau pembatasan keluar/ masuk ksatrian Lanud Iswahjudi secara Parsial karena kondisi darurat terkait dengan penyebaran Covid-19.

Sejumlah protokol tentang pemberlakuan status ini wajib dipatuhi oleh siapa saja yang yang memiliki kepentingan di Lanud Iswahjudi, termasuk protokol tentang pelaksanaan tugas-tugas kedinasan.

Dilansir dari laman TNI AU (30/ 03/ 2020), Danlanud Iswahjudi, Marsma TNI Widyargo Ikoputra, S.E., M.M, menyampaikan bahwa, Partially Lockdown diberlakukan atas pertimbangan semakin meningkatnya tingkat penyebaran virus Corona di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Magetan dan Madiun, Jawa Timur.

“Kita terus berupaya mencegah semakin meluasnya penyebaran Covid-19, penetapan Lockdown secara parsial ini kita harapkan mampu menekan tingkat penyebaran virus Corona, khususnya di lingkungan Lanud Iswahjudi,” demikian disampaikan Marsma Iko.

Meskipun diberlakukan Lockdown secara parsial, sebagai satuan operasional tempur TNI Angkatan Udara, Lanud Iswahjudi dan Insub selalu siap dalam melaksanakan setiap perintah operasi udara maupun pelaksanaan latihan penerbangan. Hal ini menjadi salahsatu pertimbangan khusus, guna menjamin tetap tegaknya kedaulatan dan keamanan wilayah udara NKRI.

“Khusus dalam bidang operasi dan latihan, kita tetap menjaga kesiapan satuan tempur yang ada, karena tugas dalam menjaga kedaulatan wilayah udara NKRI harus tetap berjalan sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang ada,” tegas Marsma Iko.

Photo: Jet tempur F-16 TNI AU (TNI AU)

Editor: (D.E.S)

https://lancerdefense.com/2020/03/30/lanud-iswahjudi-berlakukan-status-partially-lockdown/

___________________________________________

DIKKUALSUS TEKNISI PEMELIHARAN PESAWAT TEMPUR SUKHOI
30 MARET 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
pesawat-tempur-su-30mk2-dengan-tail-number-ts-3004-milik-tni-au-menjalani-pemeliharaan-bmpd.livejournal.com_.jpg

Photo Ilustrasi: Pesawat tempur Su-30MK2 dengan tail number TS 3004 milik TNI AU menjalani pemeliharaan (bmpd.livejournal.com)

Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Widyargo Ikoputra, S.E., M.M., secara resmi membuka Pendidikan Kualifikasi Khusus (Dikkualsus) Teknisi Pemeliharan Pesawat Tempur Sukhoi SU-27/30 Level 1 bertempat di hanggar Skadron Udara 14, Wing 3, Lanud Iswahjudi, Jumat (27/03/2020).

Dilansir dari laman TNI AU (27/03/2020), Dikkualsus Skill Level 1 pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 ini, bertujuan menyiapkan teknisi agar memiliki kemampuan tingkat lanjut terkait pelaksanaan pemeliharaan dan sistem pesawat, serta dapat melepas dan memasang bagian-bagian pesawat tempur Sukhoi SU-27/30.

Selain itu, melalui dikkualsus ini dapat terbentuk teknisi-teknisi Skadron Udara 14 yang dapat menganalisa permasalahan teknis pesawat, serta memiliki pengetahuan lebih spesifik tentang keselamatan terbang dan kerja, administrasi teknik serta Technical Order.

Pendidikan kualifikasi khusus Skill Level 1 pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 ini, diikuti oleh lima belas personel Skadron Udara 14 dan akan berlangsung selama tiga bulan.

Melalui pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan teknisi Skadron Udara 14 untuk mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan pesawat tempur Sukhoi SU-27/30.

Editor: (D.E.S)

https://lancerdefense.com/2020/03/30/dikkualsus-teknisi-pemeliharan-pesawat-tempur-sukhoi/
 
. .
from museum peta Bogor, Credit pics to original owner. This Japanese weapons leftover we can preserve is actually great in number from this museum alone you can arming a full brigade infantry unit, not so sure about the lost and written off due to wear and tear and maintenance neglect during war not to mention some still lingering in dust in Army armory. , thats should be more larger. Our myth while fighting against dutch with bamboo should be dispelled

IMG_3026.JPG
IMG_3018.JPG
IMG_3047.JPG
IMG_2998.JPG
Travelblogid-Koleksi-Senjata-di-Museum-PETA-696x928.jpeg
berita_420215_800x600_IMG_7655.jpeg
berita_420215_800x600_IMG_7653.jpeg
senjata.jpg
 
. .
from museum peta Bogor, Credit pics to original owner. This Japanese weapons leftover we can preserve is actually great in number from this museum alone you can arming a full brigade infantry unit, not so sure about the lost and written off due to wear and tear and maintenance neglect during war not to mention some still lingering in dust in Army armory. , thats should be more larger. Our myth while fighting against dutch with bamboo should be dispelled

View attachment 619427 View attachment 619428 View attachment 619429 View attachment 619430 View attachment 619431 View attachment 619432 View attachment 619433 View attachment 619434
Nut just Japanese, you can see Lee-Enfields and Brens as well
 
.
Czech companies to supply Pandur II armored fighting vehicles to Indonesia
20200205085647_pandurII.jpg


72136051_2458020087616815_2654732909293862912_o.jpg
06 / 02 / 2020, 10:00
The companies of the Czechoslovak Group (CSG) holding received another significant contract for the Indonesian armed forces in a short time. After a previously announced contract for rocket launchers, ammunition and engineer vehicles, Czech companies will newly supply, in cooperation with local companies, Indonesia with 23 Pandur II 8x8 armored fighting vehicles. The contract was concluded in December 2019.

Currently, Excalibur Army from CSG holds supplies of special floating bridge vehicles for Indonesian armed forces on the basis of a contract worth billions of Czech Crowns from 2017. Completion of deliveries is planned for the second half of 2020. Excalibur Army in cooperation with Tatra Defense Vehicle will start to perform another contract for the Indonesian Army, which the Czech companies have recently won. Between 2021 and 2022, the Indonesian army will acquire more than two dozen Pandur II 8x8 floating wheeled combat vehicles, which will be equipped with a combat turret mounted with a 30 mm cannon by Ares company.


The project is backed by Excalibur Army, which has an extensive sales network and has already achieved several business successes on the Indonesian market, in cooperation with Tatra Defense Vehicle, a leading Czech manufacturer of ground military equipment and Pandur II 8x8 production license holder. The Czech Ministry of Defence, specifically the Industrial Cooperation Department under the leadership of Tomáš Kopečný, provided very significant support in the negotiations on this contract in support of domestic industry projects. The state-owned Indonesian company PT. PINDAD (PERSERO) will also participate in the supply of vehicles. “Within the framework of industrial cooperation, the Indonesian partner will ensure the production of some technological subgroups and participate in the final assembly of vehicles. In the future, the Indonesian company is expected to be involved in the production of Pandur II 8x8 vehicles due to the possibility of extending the contract to hundreds of vehicles, ”Excalibur Army Commercial Director Richard Kuběna said.

“The latest contract for the supply of Pandur II vehicles to Indonesia is another significant commercial success of the CSG holding companies. What makes it even more important is that the Indonesian armed forces were trying for find a solution of the modernization of their armament by acquiring modern vehicles on the 8x8 chassis for several years and carefully choosing between different offers and types of vehicles,” Michal Strnad, owner of CSG holding, said. The command of the local army demanded equipment proven in operation, ideally included in the armament of the NATO armies, with very good terrain throughput, navigation capability and ballistic and anti-mine resistance corresponding to modern standards. All criteria were met by the Pandur II 8x8 vehicles, produced in the Czech Republic and serving within the Czech Army.

Excalibur Army has already made several successful projects in Southeast Asia. In addition to the current contract for special bridge and logistics vehicles, the company in recent years delivered to Indonesia, for example, RM-70 Vampire rocket launcher systems, including special support and command vehicles. The company continues to supply missile technology, spare parts for ground vehicles and also provides services for the Indonesian Army and Marine Corps.

https://www.czdjournal.com/defence/...mored-fighting-vehicles-to-indonesia-260.html
meaning, year 2022, indonesian army will equiped with 23+(24+)=47+ Cobra IFV sir?
 
.
from museum peta Bogor, Credit pics to original owner. This Japanese weapons leftover we can preserve is actually great in number from this museum alone you can arming a full brigade infantry unit, not so sure about the lost and written off due to wear and tear and maintenance neglect during war not to mention some still lingering in dust in Army armory. , thats should be more larger. Our myth while fighting against dutch with bamboo should be dispelled

View attachment 619427 View attachment 619428 View attachment 619429 View attachment 619430 View attachment 619431 View attachment 619432 View attachment 619433 View attachment 619434
Arisaka, SMLE also american enfield, much japaese MG and bren
Bamboe roentjing used by bunch militia not professional tkr/tni. Also bamboe rontjinggers likely just militia and make chaos like bersiap ....
 
.

Latest posts

Back
Top Bottom