Follow along with the video below to see how to install our site as a web app on your home screen.
Note: This feature may not be available in some browsers.
Indonesia wants to renegotiate KFX fighter project
Jon Grevatt, Bangkok - IHS Jane's Defence Industry
01 May 2018
Indonesia is looking to renegotiate the financial agreement through which it is participating in a programme with South Korea to develop the Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) aircraft.
Brigadier General Totok Sugiharto, official spokesman of the Indonesian Ministry of Defence (MoD), said in comments published by the state-run Antara news agency on 1 May that the renegotiation is necessary to review the technological benefits that Indonesia is attaining through the programme.
He also confirmed Indonesia’s access to related technologies had been restricted due to export controls applied by the US government.
“The renegotiation is necessary to make clear Indonesia’s gain from the programme [because] the project is financed with funds from the state budget,” Brig Gen Sugiharto said. Commenting on US restrictions, he added, “There is equipment that should not be given to us.”
Despite the barriers, Brig Gen Sugiharto said he expected the joint programme to continue.
Under a finance agreement signed by the governments of Indonesia and South Korea in 2015, Indonesia is committed to pay for 20% of the total development costs of the KFX/IFX, which are estimated at about USD8 billion. The South Korean government will pay for 60% of the development programme, with prime contractor Korea Aerospace Industries (KAI) covering 20%.
In return for its investment, Indonesia has joint developer status on the programme and has integrated engineers from its state-owned aerospace company, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), into the project in South Korea.
The KFX/IFX project envisages the production of six fighter aircraft prototypes by 2021, followed by four years of trials and the completion of development by mid-2026.
http://www.janes.com/article/79727/indonesia-wants-to-renegotiate-kfx-fighter-project
.
New Recruit
So, welcome Pandur?RI-Ceko bidik volume perdagangan dua kali lipat
Rabu, 2 Mei 2018 21:04 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan, Staf Khusus Menperin Benny Sutrisno, serta Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Ceko Aulia Rahman berfoto bersama dengan Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Ceko, Vladimir Bratl seusai melakukan pertemuan di Praha, Rabu. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Ceko sepakat untuk meningkatkan volume perdagangan kedua negara, terutama melalui penguatan kerja sama di sektor industri.
“Seharusnya kerja sama perdagangan yang terjadi saat ini bisa lebih ditingkatkan. Untuk itu, Indonesia menargetkan peningkatan volume perdagangan antar kedua negara sebanyak dua kali lipat,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sesuai keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Hal ini mengemuka dari hasil pertemuan bilateral antara Airlangga dengan Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Ceko, Vladimir Bratl di Praha, Rabu pagi (2/5) waktu setempat.
Ceko merupakan mitra dagang Indonesia terbesar keempat di kawasan Eropa Tengah dan Timur setelah Rusia, Ukraina dan Polandia.
Selama tahun 2010-2015, total nilai investasi Ceko di Indonesia mencapai USD34,35 juta. Sedangkan, periode 2016-2017, investasi Ceko di sektor manufaktur mencapai 499,5 ribu dolar AS untuk tiga proyek yang meliputi industri logam dasar, barang logam, serta mesin dan elektronik.
Airlangga menyebutkan, potensi kerja sama industri kedua negara yang masih berpeluang untuk segera dikembangkan, di antaranya adalah industri pertahanan, gelas, keramik, pembangkit listrik tenaga air, serta pesawat terbang (komponen dan MRO).
“Kami meyakini kolaborasi Indonesia dan Ceko di sektor industri bisa saling melengkapi dan menguntungkan bagi kedua belah pihak,” ungkapnya.
Selain itu, Menperin menyampaikan, Pemerintah Ceko juga ingin bermitra dengan Indonesia dalam pengembangan industri berbasis mineral.
Hal ini sejalan dengan fokus Kementerian Perindustrian dalam upaya mendorong hilirisasi di dalam negeri agar meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal.
“Kami telah memfasilitasi melalui pembangunan sejumlah kawasan industri terpadu, khususnya di luar Jawa,” tuturnya.
Daerah yang dimaksud di antaranya, Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan, dan Kawasan Industri Konawe Sulawesi Tenggara.
Di samping itu, lanjut Airlangga, kedua negara sepakat untuk menjadikan masing-masing negara sebagai gerbang masuknya produk dan investasi.
”Indonesia ingin Ceko juga sebagai gerbang untuk pasar Uni Eropa, sementara Ceko ingin Indonesia sebagai gerbang pasar ke Asean,” jelasnya.
Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Ceko, Vladimir Bratl mengatakan, Ceko mempunyai kekuatan dalam pengembangan pesawat perintis.
Untuk itu, ceko berharap bisa berkolaborasi dengan Indonesia yang memiliki potensi untuk pengembangan di sektor industri tersebut.
Hal senada juga disampaikan sebelumnya oleh Wakil Menteri Luar Negeri Ceko, Martin Tlapa, bahwa Ceko sangat terbuka jika ada kesempatan untuk kerja sama dengan Indonesia di sektor industri kedirgantaraan terutama manufaktur pesawat jet.
Pemerintah Indonesia sedang mendorong tumbuhnya industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair, and overhaul (MRO).
Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan sektor ini yang diintegrasikan dengan beberapa bandara di dalam negeri.
Apalagi, industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.
Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar delapan persen dan Indonesia adalah merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India.
Summary: The Czech Republic wants to have more trade and industrial cooperation with Indonesia. Some opportunities are opened here are defense and aircraft industry, including jets.
Indonesian Light Strike Vehicle (ILSV) by PT Jala. First batch of 20 units ordered.
Probably..I hope so because Pindad will learn a lot from Pandur products..So, welcome Pandur?