What's new

Indonesia Defence Forum

break the myth about "amles" and can't operate in jungle... :D
Also broke the myth that bridges in Indonesia can't support the weight of the Leopard 2 MBTs.

mxsuq4b1lc5dr8k4jbbr_16606.jpg


20181117_120517.jpg
 
Last edited:
  • TNI Pamer Robot Tempur Kota, Bisa Cerai Beraikan Musuh
  • Oleh
    • Amal Nur Ngazis,
    • Ridho Permana

5bee9d5b5592b-robot-tempur-kota-buatan-tni-ad_375_211.jpg

Photo :

  • VIVA/Ridho Permana
Robot tempur kota buatan TNI AD

VIVA – Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) Malang memperkenalkan inovasi robot tempur kota buatan mereka. Robot tempur ini merupakan pengganti personel perang.



Operator Poltekad, Letnan Kolonel Nur Rachman mengatakan, alat ini digunakan untuk perang kota. Tugas robot ini menerobos pertahanan musuh.

LIHAT JUGA

"Robot tempur ini digunakan untuk perang kota, khususnya melakukan penerobosan ke pasukan lawan, daripada menanggung risiko jatuhnya korban personel, makanya memerintahkan alat untuk maju ke arah depan," kata Nur Rachman di Malang, Jumat 16 November 2018.


Nur Rachman menjelaskan, robot roda empat ini bisa menjadi andalan saat medan perang tergolong sulit ditembus prajurit TNI.

"Apabila daerah pertahanan musuh itu sulit ditembus, maka satu-satunya jalan memakai ini. Kelengkapan yang dimiliki ini, selain merusak konsentrasi lawan juga bisa menembak tank lawan," ungkapnya.


5bee9f82e6c2cscreenshot-2018-11-16-17-32-39.jpg


Nur Rachman menuturkan dari aspek strategi dan taktik, robot tempur kota ini juga memiliki keuntungan, yakni tidak perlu mengerahkan personel yang banyak untuk menyerang musuh. Cukup dengan satu alat yang bisa mencerai-beraikan musuh dan merusak konsentrasi lawan.

"Contohnya saja ketika kasus bom Sarinah, ketika itu betapa banyaknya polisi atau aparat mengepung teroris. Semua kebingungan mau masuk takut ditembak, mau melihat di mana posisinya tidak bisa dipastikan. Kalau pakai ini mungkin ceritanya jadi lain," katanya.
a
 
dumai_20180709_215711.jpg
meriam-aa-35-mm-twin-gun-2-1.jpg-533x381.jpg
Arhanud-001.jpg
20131003_persiapan-hut-ke-68-tni_9796.jpg
485_2.jpg
100_7770.jpg
100_7744.jpg
1_DSC_0193.jpg
Latbak Jatrat (10).JPG
meriam2rv6.jpg
 

Attachments

  • 1425021382894.jpg
    1425021382894.jpg
    844.8 KB · Views: 34
  • IMG_0453.jpg
    IMG_0453.jpg
    434.2 KB · Views: 33
Indonesia Army to acquire medium range ADS

Peluru kendali jarak menengah akan menyusul dalam daftar arsenal TNI AD
Minggu, 18 November 2018 12:16 WIB

Pewarta: Ade P Marboen

rbs-70-saab.jpg

Peluru kendali jarak pendek RBS-70 buatan SAAB, Swedia. Korps Artileri Pertahanan Udara TNI AD mengakuisisi sistem kesenjataan ini pada akhir dasawarsa '80-an. Hingga saat ini, RBS-70 TNI AD sudah diperpanjang masa pakainya hingga lebih dari 30 tahun. ((Dinas Penerangan TNI AD).)

Batu, Jawa Timur (ANTARA News) - Dengan luas wilayah udara lebih dari lima juta kilometer persegi, Indonesia memerlukan payung udara yang mumpuni untuk melindungi kedaulatan nasionalnya.

Salah satu pemangku kepentingan di tubuh militer Indonesia adalah Korps Artileri Pertahanan Udara di TNI AD yang hari ini memperingati hari jadinya yang ke-72 di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara TNI AD di Batu, Jawa Timur.

Sejauh ini, pengadaan paling akhir persenjataan modern korps dengan warna baret coklat muda itu di antaranya baterai peluru kendali Starstreak dari Thales, Inggris, yang memakai dua pijakan, Mistral (Rheinmetal, MBDA), radar bergerak-pengendali misi CM-200 (Prancis) dan Mistral Coordination Post. Semuanya diadakan beberapa tahun sebelum 2018 pada fase kedua rencana strategis Kekuatan Esensial Minimum kedua (2014-2019).

Bersama dengan sistem man-portable air-defense systems (MANPADS) RBS-70 buatan SAAB, Swedia, yang diadakan pada awal dasawarsa ’90-an, mereka masuk ke dalam kelas peluru kendali anti serangan udara alias darat-ke-udara jarak pendek, dengan jangkauan di bawah 12 kilometer.

“Proyeksi ke depan, kami akan mengembangkan satuan artileri pertahanan udara di perbatasan dan cakupan-cakupan kekuatan akan masuk ke Indonesia timur. Peluru kendali jarak pendek sudah ada dan akan dilengkapi dengan peluru kendali jarak menengah,” kata Komandan Pusat Kesenjataan Artileri.Pertahanan Udara TNI AD Brigjen Toto Nugroho.

“Kami sudah mengajukan spesifikasi teknis kepada satuan atas dan instansi terkait, dan sudah mulai melakukan kajian,” kata dia.

Dalam daftar arsenal peluru kendali kelas menengah —jarak tempuh sekitar 100 kilometer— terdapat banyak pilihan, di antaranya ASTER 30 dari MBDA (Prancis), Medium Extended Defence System dari Amerika Serikat, Italia dan Jerman (meliputi THAADS dari Boeing Company, Amerika Serikat), NASAMS 2 (Norwegian Advanced Surface to Air Missile System) yang berbasis AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air-to-Air Missile), dan kemudian dinamai SLAMRAAM (Surfaced Launched AMRAAM), juga S-300 dari Rusia.

Dia katakan, sistem pertahanan titik bergerak itu akan ditempatkan di kawasan pintu-pintu masuk Indonesia atau terkait dengan itu dan dalam operasinya mampu beroperasi secara gabungan dengan korps lain di TNI AD ataupun matra lain TNI.

Pengadaan peluru kendali jarak menengah, kata dia, sesuai dengan paradigma baru tentang hakekat dan pengertian ancaman nasional dari udara. “Dulu, pengertiannya adalah pesawat udara, namun kini meliputi peluru kendali, mortir dan UAV. Semua berpotensi menjadi ancaman dan kita harus melakukan lompatan besar dengan cara menguasasi dan memiliki teknologi-teknologi terkait,” katanya.

Dia juga menekankan akan keperluan peluru kendali jarak pendek yang mampu bergerak bersama satuan bergerak di lingkungan TNI AD, mulai dari batalion infantri dan infantri mekanis, kavaleri hingga zeni.

Hingga saat ini, arsenal yang mendukung misi itu adalah RBS-70 —yang telah diremajakan kedua kali hingga mampu dioperasikan melewati batas paling maksimal usia pakainya, yaitu 30 tahun— dan kini sudah dikembangkan generasi terbarunya, RBS-70 NG.

Sistem peluru kendali buatan SAAB, Swedia, ini sangat kompak dan mobil, bahkan tiga personel dengan memakai kekuatan ototnya bisa memindahkan dia secara senyap ke puncak-puncak gedung tinggi.

“Kami juga sudah melakukan kajian, apakah yang berbasis kendaraan roda penggerak rel sehingga mampu mengikuti pergerakan satuan manuver ataupun yang dioperasikan perorangan secara mandiri,” katanya.
Editor: Sri Muryono

COPYRIGHT © ANTARA 2018
https://m.antaranews.com/berita/769...gah-akan-menyusul-dalam-daftar-arsenal-tni-ad

The contender

Aster30.jpg
39914478_403.jpg
missilelauncher77849709_teaser-e1488969454110.jpg
vidutinio-nuotolio-prieslektuviniu-raketu-sistema-nasams-2-566bfa38e6654.jpg
The-THAAD-Missile-System.jpg
 
Sejauh ini, pengadaan paling akhir persenjataan modern korps dengan warna baret coklat muda itu di antaranya baterai peluru kendali Starstreak dari Thales, Inggris, yang memakai dua pijakan, Mistral (Rheinmetal, MBDA), radar bergerak-pengendali misi CM-200 (Prancis) dan Mistral Coordination Post. Semuanya diadakan beberapa tahun sebelum 2018 pada fase kedua rencana strategis Kekuatan Esensial Minimum kedua (2014-2019).
I think he forgot that the NASAMS already procured in that time frame.
 

Latest posts

Back
Top Bottom