What's new

Indonesia Defence Forum

There is no show of Instrumental Weapon System (Alutsista) on the TNI day, 5 October 2016 as there is no new weapons to be showed and considering current condition of Indonesia

Hmmmm........I think this is due to budget cut....

Source: http://www.cnnindonesia.com/nasiona...ukan-alutsista-pada-peringatan-hut-tni-ke-71/

73c2556c-2eab-4cbf-835e-23fa0f8fd979_169.jpg
 
There is no show of Instrumental Weapon System (Alutsista) on the TNI day, 5 October 2016 as there is no new weapons to be showed and considering current condition of Indonesia

Hmmmm........I think this is due to budget cut....

Source: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20161003072931-20-162820/tak-ada-pertunjukan-alutsista-pada-peringatan-hut-tni-ke-71/

View attachment 340135
Maybe because TNI just spend money on two large exercise within a month Armada Jaya Exercise (Navy) and the upcoming Angkasa Yudha Exercise (Air Force). Both exercise includes live fire tests..
 
Last edited:
There is no show of Instrumental Weapon System (Alutsista) on the TNI day, 5 October 2016 as there is no new weapons to be showed and considering current condition of Indonesia

Hmmmm........I think this is due to budget cut....

Source: http://www.cnnindonesia.com/nasiona...ukan-alutsista-pada-peringatan-hut-tni-ke-71/

View attachment 340135

Better to use the money to conduct more live exercises than military parades.

Maybe TNI should do a huge military parade once every two or three years instead of every year.
 
Berpotensi Rugikan Negara Rp8 Miliar, CBA: PT Dirgantara Indonesia Menuju Kebangkrutan


Jakarta, Aktual.com
– Center for Budget Analysis (CBA) meminta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk mengevaluasi dan merekomendasikan agar Direktur PT. Dirgantara Indonesia, Agus Santoso segera mengundurkan diri.

Alasannya, agar aparat hukum leluasa menyelidiki adanya potensi kerugian negara di PT. Dirgantara Indonesia sebesar Rp.8 miliar dalam 24 kasus.

“Kalau aparat hukum tidak membuka penyelidikan atas banyak kasus, maka PT. DI menuju arah kebangkrutan,” ujar Direktur CBA Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Senin (3/10).

Selain potensi kerugian negara sebesar Rp.8 miliar, lanjut Uchok, perusahaan BUMN plat merah ini juga bakal bangkrut, lantaran adanya kewajiban PT. DI yang harus membayar denda akibat keterlambatan dalam pekerjaan. Dimana, pada audit BPK tahun 2015 ditemukan denda keterlambatan pekerjaan pengadaan barang dan jasa di TNI AL (Angkatan Laut).

“Denda yang harus dibayar oleh PT. DI sebesar Rp.3.357.999.942,” jelasnya.

Uchok menambahkan, tanda-tanda kebangkrutan lain, misalnya, pada tahun 2011, TNI AL memberikan pekerjaan pengadaan Helikopter Bell.412EF tahap II dengan nilai Rp.220 Miliar oleh PT. Dirgantara Indonesia. Dalam pekerjaan ini, PT. Dirgantara sudah dibayar Rp.212.415.954.199 atau 96 persen. Tetapi pekerjaan atau kemajuan fisik baru 20 persen.

“Uang negara mereka embat atau terima, tapi seperti males-malesan menyelesaikan pekerjaan tersebut,” ketusnya.

Kemudian, CBA juga mencatat kerugian negara dalam kasus baru.
Yakni, saat TNI AU memesan helikopter Super Puma untuk memenuhi rencana strategis (renstra) pertahanan tahun 2009-2014. Tetapi realisasinya, TNI AU baru menerima sembilan dari 16 unit helikopter Super Puma yang dipesan.

“Walau TNI AU hanya menerima sembilan Helikopter super puma dari 16 unit yang dipesan, tapi pengiriman tidak tepat waktu sehingga mengganggu proses operasional. Dan sisa 7 unit lagi, dibiarkan saja oleh TNI AU,” ungkap Uchok.

Menurut Uchok, dari kasus-kasus diatas memperlihatkan bahwa manajemen PT. Dirgantara Indonesia kacau balau, atau amburadul. Uchok mengatakan, PT.Di bukan lagi perusahaan plat merah yang dipersiapkan sebagai perusahaan yang unggul untuk menyediakan alat-alat pertahanan.

“Tapi sekarang, sudah menjadi perusahaan plat merah yang mengecewakan dalam industri penerbangan,” pungkasnya.

Untuk diketahui, pada mulanya PT. Dirgantara Indonesia (persero) didirikan dengan nama PT. IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio). Pergantian nama dari PT.IPTN menjadi PT.DI berdasarkan akte yang dibuat dihadapan Notaris Hj. Imas Tarwiah Soedrajat SH Nomor.26 tanggal 9 oktober 2000.

Dengan perubahaan nama perusahaan dari PT.IPTN dengan PT.DI ini, diharapkan perusahaan plat merah ini punya kinerja yang baik, dan daya saing tinggi di publik.

“Namun, hanya harap hanya mimpi. Kinerja PT. DI juga sangat lambat dan mengecewakan,” tandas Uchok.

(Nailin)

http://www.aktual.com/317571-2/
 
Berpotensi Rugikan Negara Rp8 Miliar, CBA: PT Dirgantara Indonesia Menuju Kebangkrutan


Jakarta, Aktual.com
– Center for Budget Analysis (CBA) meminta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk mengevaluasi dan merekomendasikan agar Direktur PT. Dirgantara Indonesia, Agus Santoso segera mengundurkan diri.

Alasannya, agar aparat hukum leluasa menyelidiki adanya potensi kerugian negara di PT. Dirgantara Indonesia sebesar Rp.8 miliar dalam 24 kasus.

“Kalau aparat hukum tidak membuka penyelidikan atas banyak kasus, maka PT. DI menuju arah kebangkrutan,” ujar Direktur CBA Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Senin (3/10).

Selain potensi kerugian negara sebesar Rp.8 miliar, lanjut Uchok, perusahaan BUMN plat merah ini juga bakal bangkrut, lantaran adanya kewajiban PT. DI yang harus membayar denda akibat keterlambatan dalam pekerjaan. Dimana, pada audit BPK tahun 2015 ditemukan denda keterlambatan pekerjaan pengadaan barang dan jasa di TNI AL (Angkatan Laut).

“Denda yang harus dibayar oleh PT. DI sebesar Rp.3.357.999.942,” jelasnya.

Uchok menambahkan, tanda-tanda kebangkrutan lain, misalnya, pada tahun 2011, TNI AL memberikan pekerjaan pengadaan Helikopter Bell.412EF tahap II dengan nilai Rp.220 Miliar oleh PT. Dirgantara Indonesia. Dalam pekerjaan ini, PT. Dirgantara sudah dibayar Rp.212.415.954.199 atau 96 persen. Tetapi pekerjaan atau kemajuan fisik baru 20 persen.

“Uang negara mereka embat atau terima, tapi seperti males-malesan menyelesaikan pekerjaan tersebut,” ketusnya.

Kemudian, CBA juga mencatat kerugian negara dalam kasus baru.
Yakni, saat TNI AU memesan helikopter Super Puma untuk memenuhi rencana strategis (renstra) pertahanan tahun 2009-2014. Tetapi realisasinya, TNI AU baru menerima sembilan dari 16 unit helikopter Super Puma yang dipesan.

“Walau TNI AU hanya menerima sembilan Helikopter super puma dari 16 unit yang dipesan, tapi pengiriman tidak tepat waktu sehingga mengganggu proses operasional. Dan sisa 7 unit lagi, dibiarkan saja oleh TNI AU,” ungkap Uchok.

Menurut Uchok, dari kasus-kasus diatas memperlihatkan bahwa manajemen PT. Dirgantara Indonesia kacau balau, atau amburadul. Uchok mengatakan, PT.Di bukan lagi perusahaan plat merah yang dipersiapkan sebagai perusahaan yang unggul untuk menyediakan alat-alat pertahanan.

“Tapi sekarang, sudah menjadi perusahaan plat merah yang mengecewakan dalam industri penerbangan,” pungkasnya.

Untuk diketahui, pada mulanya PT. Dirgantara Indonesia (persero) didirikan dengan nama PT. IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio). Pergantian nama dari PT.IPTN menjadi PT.DI berdasarkan akte yang dibuat dihadapan Notaris Hj. Imas Tarwiah Soedrajat SH Nomor.26 tanggal 9 oktober 2000.

Dengan perubahaan nama perusahaan dari PT.IPTN dengan PT.DI ini, diharapkan perusahaan plat merah ini punya kinerja yang baik, dan daya saing tinggi di publik.

“Namun, hanya harap hanya mimpi. Kinerja PT. DI juga sangat lambat dan mengecewakan,” tandas Uchok.

(Nailin)

http://www.aktual.com/317571-2/

Mungkin pak Silmy Karim harusnya dioper dulu ke sini....
 
Maybe because TNI just spend money on two large exercise within a month Armada Jaya Exercise (Navy) and the upcoming Angkasa Yudha Exercise (Air Force). Both exercise includes live fire tests..

Better to use the money to conduct more live exercises than military parades.

Maybe TNI should do a huge military parade once every two or three years instead of every year.

Agreed..it's better to show how destructive the weapons could be than just showing them in parade..This could add more deterent effect and could be more effective to bring more pride to Indonesian people... However, some say the parade is part of TNI's responsibility to people...

Airforce and Navy brave old Fighter.....

View attachment 340170 View attachment 340171

Still thinking...can these not be scrapped first? At least they can add more power for some time once we upgrade them..
 
Can those VLS tubes be fitted with other types of missiles other than Yakhont?

i think it cannot, because the tube is designed to be fitted with yakhont...about size and fin shape, and must be the electronic connection.

Still thinking...can these not be scrapped first? At least they can add more power for some time once we upgrade them..

Brazil doing modernization for their F5 so their plane still operational for next 10 years.., maybe for indonesian F5 condition not very well maintenanced, so our decision maker choose to replace them other than doing MLU.

In my thought, it can be modified to be drone for A to A missile target. so our pilot can doing practice to live firing the air to air missile.

For VS frigate, it can be shifted to be bakamla inventory or to be reserved warship.

Just IMHO
 
Last edited:
"
From the article PT DI official said that "...However, there has been a delay in the integration and certification of the aircraft's auto-pilot system." Who must responsible for this matter?


It is still PTDI's responsibility because PAF did not buy the auto-pilot system on their own. AFAIK that system is part of the integral system of NC212i which PTDI offered. It is PTDI's responsibility to get every systems, every nuts & bolts certified by the local authorities. In this deal, PAF made contact AND contract to no other parties except PTDI, so to see that PTDI is pointing finger to other party is just PATHETIC.

Better to use the money to conduct more live exercises than military parades.

Maybe TNI should do a huge military parade once every two or three years instead of every year.

Agree! Yearly parade is useless because it's not every year ANY military has a significant addition to their arsenal. TNI should instead make roadshows after some military exercises to various regions in the country. That way the people can see the hardware up-close and personal, and interact directly with the soldiers. I love seeing adults and kids having joy ride on top our tanks. People just love it. Military parades? Only VIPs get the best views.
 
i think it cannot, because the tube is designed to be fitted with yakhont...about size and fin shape, and must be the electronic connection.



Brazil doing modernization for their F5 so their plane still operational for next 10 years.., maybe for indonesian F5 condition not very well maintenanced, so our decision maker choose to replace them other than doing MLU.

In my thought, it can be modified to be drone for A to A missile target. so our pilot can doing practice to live firing the air to air missile.

For VS frigate, it can be shifted to be bakamla inventory or to be reserved warship.

Just IMHO

the number of F-5 airframe is not sufficient to made upgrading cost feasible
 
20160205antarafoto-kenalkan-alustista-kepada-pelajar-040216-adb-1.jpg

Dokumentasi anggota TNI AD dari Kodim 0613 Ciamis menunjukkan cara kerja dan penggunaan senjata kepada pelajar pada pameran Alat Utama Sistim Persenjataan, di SMA 2 Ciamis, Jawa Barat, Kamis (4/2). Alustista yang dipamerakan dilingkungan sekolah itu untuk mendekatkan institusi TNI dengan masyarakat, serta menjelaskan nilai-nilai kebangsaan, nasioanalisme dan dunia kemiliteran kepada pelajar. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
 
Indonesia to conduct largest-ever military exercises in South China Sea
Ridzwan Rahmat, Singapore - IHS Jane's Defence Weekly
03 October 2016


1451228_-_main.jpg

The Todak-class (PB 57) missile craft KRI Layang will fire Chinese-made C-802 anti-ship missiles at a repeat of 'Armada Jaya' in October 2016. Source: TNI-AL
Key Points
  • Indonesia is conducting its largest ever military exercises in the South China Sea
  • Drills will include attempts to fire another China-made missile after recent failures
The Indonesian Armed Forces (TNI) will conduct a series of large scale military exercises that will involve all three service branches in the Natuna Islands region in the South China Sea, sources at the TNI's headquarters told IHS Jane's on 3 October.

The exercise will start from 6 October and will begin with a drill involving Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara's, or TNI-AU's) fighter jets, transport aircraft, utility helicopters, and ground special forces in an exercise known as 'Angkasa Yudha'.

The drill will simulate an air raid and the seizure of a captured runway, and will take place on Pulau Natuna Besar. The island lies close to the 'nine-dashed' line demarcation that has been unilaterally declared by Beijing as part of its territory. Angkasa Yudha was originally planned to take place on Belitung Island, in Eastern Sumatra, but it has been moved to the Natuna islands region for reasons that have not officially been made clear.

The air serials will be followed by a repeat of Exercise 'Armada Jaya', which took place earlier in September 2016. Like Angkasa Yudha, the drills will also be conducted in and around waters of the Natuna Islands region.

IHS Jane's understands that TNI chief General Gatot Nurmantyo has ordered for 'Armada Jaya' to be repeated after attempts to successfully launch Chinese-made C-705 anti-ship missiles during the serial failed.

For the repeat exercise, the Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL) will attempt to launch a C-802 anti-ship missile, which has also been acquired from China, from the Todak-class missile attack craft KRI Layang (805).

This will be followed by land-based exercises that will be undertaken by the Indonesian Army on the same island.

http://www.janes.com/article/64248/...st-ever-military-exercises-in-south-china-sea
 

Pakistan Affairs Latest Posts

Country Latest Posts

Back
Top Bottom