What's new

Indonesia Defence Forum

polisi-ntmc-latihan-menembak_20160303_165417.jpg



polwan-cantik_ghjk_20160521_214805.jpg



polwan-cantik_20170421_214128.jpg



ismi-aisyah_20170228_101601.jpg
 
Wish the army top brasses really consider adding more units. Is there any concrete plan? I heard in a news that the army is evaluating the possibility to add more leopards

the possibility is very high, considering the Army plan to standarizing all of Kavaleri battalion with four type of armed vehicles, MBT, Medium Tank, Light Tank and Fire Support Vehicle like Badak or Tarantula. And there is plan to expanding the number of Kavaleri units within Army, for all i know is one resimen will be established in Maluku and other one in East Nusatenggara.
 
Indonesian Aerospace industry ordering dozens of Aircraft engine to be used for their CN212

PTDI Pesan Mesin Honeywell untuk Mesin NC212
April 21, 2017
388


NC212-400 juga dibeli oleh Angkatan Udara Filipina. Sumber gambar: JR Nugroho
Produksi pesawat regional NC212 oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memasuki babak baru. PTDI kembali memilih mesin TPE331 buatan Honeywell untuk menerbangkan NC212. Rencananya mesin ini akan dipasang diseluruh varian N212 yang masih diproduksi PTDI, yakni NC212-400 dan NC-212i.

PTDI memesan 34 unit mesin dengab rentang pengiriman selama 4 tahun. Di tahun 2017 ini Honeywell menargetkan bisa mengirim enam unit mesin.

Tanpa menyebut harga per unit, Arie Wibowo, Direktur Produksi PTDI mengatakan harga mesin ini termasuk yang terbaik di kelasnya.

“Harga mesin ini 28 persen dari total ongkos produksi.Harganya (mesin TP331) bagus. Saya bisa menjual pesawat dengan harga yang amat bersaing,” tambahnya.

Penandatanganan kontrak pemesanan mesin TP331 dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden AS Mike Pence di sela-sela kunjungannya ke Jakarta.

Mesin TP331 sendiri sudah digunakan sejak pertama NC212 diproduksi oleh PTDI. “Sejak pertama kita pakai mesin ini, belum ada komplain serius dari pengguna,” ujar Arie.

Pihak Honeywell menyatakan, penandatanganan kontrak ini merupakan penandatanganan mesin yang terbesar tahun ini. “Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar saat ini bagi Honeywell. Jadi kami terus mencari peluang-peluang baru di Indonesia, tidak hanya di industri penerbangan,” ujar Derek Lockett, Direktur Sales Asia Pasifik Honeywell Aerospace.

Saat ini PTDI sendiri memproduksi NC212 untuk pesanan Thailand, Filipina, dan Vietnam. “Rencananya TNI AU pesan 9 unit tahun depan. Ini belum kontrak,” tambah Arie.

Author: Remigius Septian
http://angkasa.grid.id/info/penerbangan/ptdi-pesan-mesin-honeywell-untuk-mesin-nc212/

Wah, Skrg kok boleh nyetok mesin ya, biar pesenan gak telat Kali ya
 
Wah, Skrg kok boleh nyetok mesin ya, biar pesenan gak telat Kali ya

multiyears order

F/A 50 is main contender for Airforce hawk replacement programme. Hope they just adding another squadrons and put Hawk into ground attack duty.
 
As someone with Indonesian parents and whom is living in Indonesia now, I was flabbergasted at the naval and aerial coverage of the Indonesian Navy and Air Force compared to their coverage of the area. 2 weeks ago there were some demonstration from the Indonesian Air Force on the Palm Sunday, with 2 Su-27SKM(or Su-30MK2?) and 2 F-16 maneuvering on top of our district that evokes an elation from the mass-goers, but from what I've read on the internet and from Indonesian newspapers, these Su-27/30s are based in Sulawesi and not in Java. I wonder how good could the reaction time be if a potential adversary approach from the Northern tip of Sumatra.
 
As someone with Indonesian parents and whom is living in Indonesia now, I was flabbergasted at the naval and aerial coverage of the Indonesian Navy and Air Force compared to their coverage of the area. 2 weeks ago there were some demonstration from the Indonesian Air Force on the Palm Sunday, with 2 Su-27SKM(or Su-30MK2?) and 2 F-16 maneuvering on top of our district that evokes an elation from the mass-goers, but from what I've read on the internet and from Indonesian newspapers, these Su-27/30s are based in Sulawesi and not in Java. I wonder how good could the reaction time be if a potential adversary approach from the Northern tip of Sumatra.

just pray to the god they are run out of fuel

thats the strategic deterrence being large country
 
Commercial Deliverables for Commercial Signing Ceremony

.......

Lockheed Martin
Under this agreement, the Indonesian Air Force will acquire Lockheed Martin’s Sniper Advanced Targeting Pods (ATP). This state-of-the-art technology for the F-16A/B fighters stationed at Iswahyudi Air Base will enhance Indonesia’s maritime and territorial defenses while operating seamlessly with the United States and other regional partners. Lockheed Martin will produce Sniper ATPs at its Missiles and Fire Control facility in Orlando, Florida, and work closely with the Indonesian Air Force to train a cadre of pilots and maintainers.

By U.S. Embassy Jakarta | 21 April, 2017 |


Source: https://id.usembassy.gov/commercial-...ning-ceremony/

sniper ATP, so in near future Indonesia will operating smart bombs and paveaway family
 
3 More LST Will be built @ Lampung
by DRU

IMG_5246%2BWEB.jpg


TNI AL Bangun Kembali Tiga Kapal Angkut Tank Di Lampung


Lampung, Lindo - Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut (Aslog Kasal) Laksamana Muda TNI Mulyadi, S.Pi., M.A.P. melaksanakan kunjungan kerja ke galangan kapal PT. Daya Radar Utama (DRU) di Panjang, Bandar Lampung dalam rangka pemotongan plat pertama (first steel cutting) pembangunan tiga unit kapal angkut tank, Jumat (21/04).

Kedatanganya di bandara Radin Intan II Lampung, Aslog Kasal beserta rombongan disambut oleh Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Lampung Kolonel Laut (P) Kelik Haryadi, S.H., M.Si. dengan Danbrigif 3 Mar Kolonel Mar Hermanto, S.E., M.M. dan beberapa Perwira.

First Steel Cutting merupakan sebagai tanda dimulainya fabrikasi pembangunan tiga unit kapal TNI AL jenis LST, yaitu AT- 5, AT-6 dan AT-7 sesuai kontrak kerja yang yang telah ditandatangani pada bulan Januari 2017.

“Terima kasih kami sampaikan kepada TNI AL yang telah memberikan kepercayaan untuk membangun tiga unit kapal angkut tank, sebelumnya kami telah banyak belajar dari membangun kapal LST AT-3 KRI Teluk Bintuni dan saat ini kami juga sedang proses membangun kapal LST AT-4, komitmen kami adalah menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu dan tepat mutu” kata Agus Gunawan selaku Dirut PT. DRU dalam sambutannya.

Dalam sambutannya, Aslog Kasal menyampaikan “Pembangunan kapal AT-5, 6 dan 7 oleh PT. DRU merupakan hasil realisasi dari renstra pembangunan kekuatan TNI AL, pembangunan kapal-kapal TNI AL di galangan dalam negeri merupakan bentuk komitmen TNI AL dalam mendukung pemerintah dalam pemberdayaan potensi nasional yang tertuang dalan undang-undang nomer 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan”

“Tahapan First Steel Cutting merupakan awal kegiatan fabrikasi, masih panjang teknis pembangunan sebuah kapal, masih ada tahap keep laying, launching dan pengetesan-pengetesan lainya, harapanya seluruh kegiatan dapat diselesaikan dengan baik dan dibutuhkan kerja keras, kerja serius dan kerja cerdas”.

Acara First Steel Cutting dilaksanakan di workshop CNC PT. DRU ditandai dengan penekanan tombol sirine dilanjutkan dengan penandatangan berita acara oleh Kadisadal dan Dirut PT. DRU serta penyerahan siluet kapal AT-5, 6 dan 7 dari Dirut PT. DRU kepada Aslog Kasal, Kadisadal dan Kadismatal yang diahiri dengan foto bersama.

Hadir dalam acara tersebut Kadisadal Laksma TNI Prasetya Nugraha, S.T., Kadismatal Laksma TNI Aziz Ikhsan Bachtiar, Pati Itjenal Laksma TNI Dadi Hartanto, M.Tr (Han) dan beberapa Pamen dari Mabesal serta Manager dari PT. DRU.

IMG_5264%2BWEB.jpg

2017-04-21_IMG_5241%20WEB.jpg

http://www.liputanindonesianews.com...n-tiga-unit-kapal-angkut-tank-di-lampung.html

LST AT3 KRI Teluk Bintuni 520
04-MV-BINTUNI-DIBAJAK-DI-LAUT-JAWA-1-800x445.jpg

Bintuni%204.jpg

lpd-lcu.jpg
 
PTDI CN-235 Special Mission Update

22 April 2017


CN-235 ASW of the Turkish Navy (photo : Marco Papa)

PTDI CN-235 Update

PTDI was energetically marketing its CN-235 turboprop special mission aircraft. The firm builds the CN-235 under licence from Airbus. The Indonesian company has worked on two batches of CN-235MPA maritime patrol aircraft under the Indonesian government’s Maritime Patrol-1 (MARPAT-1) and MARPAT-2 contracts in recent years. Tackling piracy, smuggling, people-trafficking and illegal fishing is now a top priority for a country boasting the biggest archipelago in the world.


PTDI experienced in MPA/MSA (image : PTDI)

The first batch of three CN-235MPAs for the Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut/TNI-AL) have been integrated with a FLIR Systems Star Safire-III optronics payload and Thales AMASCOS mission system. All three of these aircraft are now operational with the TNI-AL’s 800 Squadron in Surabaya, East Java. Work on a second batch of three aircraft started in 2014, which saw the integration of the the Telephonics AN/APS-143C(V)3 Ocean Eye X-band (8.5 Gigahertz/GHz to 10.68GHz) airborne surveillance radar and a Star Safire-III system onto two navy CN-235MPAs and a single example for the Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara/TNI-AU).


CN-235 MPA of the TNI AU (photo : Marchel)

Work to this effect commenced in 2015 and was completed by late 2016. However, the TNI-AU example has also been fitted with a Leonardo SAGE electronic support measure. The SAGE system allows the TNI-AU to detect and locate potentially threatening radar systems. There is a requirement for the first TNI-AU CN-235MPA delivered in 2007 to be upgraded now, probably with a similar systems, possibly including SAGE, but so far no contract has been signed. This aircraft was one of three ordered in 1996 which were to be fitted with the Thales AMASCOS system. However only a single airframe was ever delivered (in 2007) because of the 1997 Asian financial crisis which saw the devaluation of the Indonesian rupiah. The balance of two aircraft were delivered in a transport configuration.




CN-235 MPA of the TNI AL (photo : Prime Kurniawan)

Meanwhile PTDI’s Ade Yuyu Wahyuna, vice president of business development and marketing was keen to point out to asianmilitaryreview.com recent successes in other areas of CN-235 business. The company continues to market the CN-235ASW anti-submarine warfare aircraft with which it collaborated with Turkish Aerospace Industries on a Turkish Navy contract for six CN-235ASWs. It carried out the aircraft modifications and assembly of the aircraft’s magnetic anomaly detector boom; the only CN235s fitted with such a system.


CN-235 MSA of the Korea Coast Guard (photo : Jan Seba)

Moreover, in the unlikeliest of partnerships, PTDI worked with Israel Aerospace Industries’ (IAI) ELTA Systems division on a Republic of Korea Coast Guard acquisition for four CN-235-220MSA maritime surveillance aircraft between 2011 and 2012. PTDI built the aircraft’s radome which housed the IAI EL/M2022 X-band airborne surveillance radar.

(Asian Military Review)
 
  • Heroic Story of Air Force Fighter , Save Sukhoi

Well-Done-For-Sioux.jpg

Penyerahan sertifikat Well Done oleh KSAU [Angkasa]

Kisah Heroik Penerbang TNI AU, Selamatkan Sukhoi

Penerbang TNI Angkatan Udara, Letkol Pnb Anton Palaguna dan Lettu Pnb Ahmad Finandika berhasil menyelamatkan diri bersama Sukhoi-30 MK setelah salah satu mesin pesawatnya mendadak bermasalah karena ditabrak seekor burung.

Penerbang dari Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin Makassar itu mengalami kejadian tersebut pada saat gladi bersih HUT TNI AU, 7 April 2017 lalu di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.

Anton menjelaskan, kejadian itu dialaminya pada saat Sukhoi yang dibawanya itu berada di ketinggian 700-800 kaki. Menurutnya, mesin sebelah kiri ditabrak burung, setelah Sukhoi yang dibawanya itu baru saja melakukan take off.

"Kami take off dengan benar, yaitu dengan daya dorong yang maksimum, tapi pada saat kami sudah melaksanakan clean konfiguration, tiba-tiba di ketinggian kurang lebih 700-800 feet, ada sesuatu yang menabrak kami," kata Anton di Mabesau Cilangkap, Jakarta, Jumat (21/4/2017).

Setelah mengetahui mesin sebelah kiri Sukhoi itu mengalami masalah, Anton kemudian meminta Ahmad yang berada di belakangnya untuk mengecek keadaan. Ternyata, mesin itu sudah mengalami ledakan api sebanyak lima kali.

Anton kemudian segera mengambil tindakan untuk menghindari resiko besar yang bakal terjadi. Dia memutuskan, untuk mematikan mesin sebelah kiri sambil mempertahankan yang kanan untuk menyelamatkan diri dan pesawat yang dibawanya.

"Karena kalau kami tidak mematikan engine itu, maka pesawat ini akan meledak. Kami matikan," ujarnya.

Anton menegaskan, bisa saja keduanya melakukan penyelamatan diri dengan keluar melalui kursi lontar dari pesawat tersebut. Namun apabila itu dilakukan, katanya, maka Sukhoi-30 yang merupakan alutsista milik TNI AU dan juga masyarakat yang ada di sekitarnya akan mengalami bahaya.

Anton kemudian memutuskan untuk tetap melakukan landing dengan satu mesin sebelah kanan. Ia mencoba mengurangi bahan bakar dengan memutar-mutar dulu untuk memudahkan mendarat.

"Ini sulit, karena biasanya pada saat landing pilot akan mengurangi power, tapi kita harus dengan full power," ungkap dia.

Keberhasilan kedua perwira TNI AU itu kemudian mendapatkan apresiasi dari Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Keduanya langsung diberikan 'Penghargaan Welldone' atas tindakan berani dan tepat yang dilakukannya tersebut.

"Semoga penghargaan ini dapat memberikan motivasi yang baik bagi seluruh personel TNI AU," kata Hadi.

Rilis
 

Pakistan Defence Latest Posts

Back
Top Bottom