What's new

Indonesia Defence Forum

Camar Emas TNI Angkatan Udara Kini Didukung MX-20HD EO/IR
April 1, 2017
23


Pesawat intai strategis Boeing 737-200 'Camar Emas' milik Skadron Udara 5. Sumber gambar: Ery
Skadron Udara 5 satu-satunya satuan di tubuh TNI Angkatan Udara yang memiliki tugas untuk melaksanakan operasi pengintaian dan pengamatan udara, baik di udara, laut (maritim), maupun di darat. Saat ini, beberapa armada di Skadron ini sedang melakukan modifikasi dari perangkat lama yang memiliki kemampuan SLAMMER (Side Loocking Airborn Multimission Radar), dan sekarang sedang tingkatkan dengan disematkan kamera resolusi tinggi WESCAM MX-20HD Electro Optical and Infrared (EO/IR).

“Sekarang dalam proses instalasi dan sedang ditinjau oleh para pejabat Mabesau. Kemudian kami juga punya Searching Radar Target yang sedang di-install,” terang Letkol Pnb Akal Juang, Komandan Skadron Udara 5, Rabu (29/3/2017) lalu.

Dengan dilakukannya modifikasi tersebut, pesawat Boeing 737-200 ‘Camar Emas’ yang dimiliki oleh Skadron Udara 5 akan mampu memiliki spesifikasi yang diharapkan untuk melaksanakan tugas pengintaian maupun pengamatan maritim.

Saat ini, Skadron Intai Strategis yang bermarkas di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, memiliki kekuatan sebanyak lima pesawat, terdiri dari empat pesawat Boeing 737-200 dan satu pesawat CN235 MPA. Khusus pesawat Boeing 737 dilengkapi mesin console dan kamera yang mampu mengambil gambar maupun data dari ketinggian sampai dengan 35.000 feet.

Dengan modernisasi peralatan yang mereka lakukan, Camar Emas kini mampu mengirimkan data target, baik gambar maupun data-data yang lain secara real time ke darat.

“Kami punya empat pesawat Boeing, yang mempunyai kemampuan intai secara full ada tiga pesawat. Sekarang akan dimodifikasi tiga pesawat. Sekarang baru proses satu pesawat (nomor ekor 7303), nanti bertahap akan menyusul 7301 dan 7302,” jelas sang komandan.

Untuk tugas pengamatan dan pengintaian, Skadron 5 tiap tahun rutin melaksanakan tugas tersebut. Wilayah yang menjadi target operasi mereka mulai dari sekitar wilayah pulau Ambalat hingga ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) I, hingga ALKI III.

“Jadi kami di benteng Ambalat, di sekitar pulau Ambalat kami melaksanakan pengamatan secara rutin. Kemudian di ALKI I, ALKI II, ALKI III, semua alur laut kepulauan kami melaksanakan operasi sepanjang tahun,” paparnya.

Author: Fery Setiawan

http://angkasa.grid.id/info/militer/camar-emas-tni-angkatan-udara-kini-didukung-mx-20hd-eoir/
 
kopaska-21.jpg

Kopaska TNI AL

compared with

pinterest_ecf3620663e577-2.jpg


US NAVY SEAL team six

dont know where is the look we are lacking in, US Special operator always had we are "two step ahead" aura in coolness, tech savvy and thoughness in their looks
 
View attachment 388047
Kopaska TNI AL

compared with

View attachment 388048

US NAVY SEAL team six

dont know where is the look we are lacking in, US Special operator always had we are "two step ahead" aura in coolness, tech savvy and thoughness in their looks

Tbh I prefer the first pic... IMO it's scarier... and more badass...
As for Navy seals.. they seems too heavy, like Rambo heavy style... Muscles but no brain..smthing like that...

See spetsnaz they are the way ahead of the seals.. in coolness... it's a combo of those 2 pics...
 
Tbh I prefer the first pic... IMO it's scarier... and more badass...
As for Navy seals.. they seems too heavy, like Rambo heavy style... Muscles but no brain..smthing like that...

See spetsnaz they are the way ahead of the seals.. in coolness... it's a combo of those 2 pics...

actually, to use all of the modern gear properly (GPS, life sensor, portable radio comm, laser designator devices and other high tech stuff) u need a capable brain.

Got no idea bout Spetznas, but they still lack of funding in several critical items to match their western counterpart like reliable comm devices, and such stuff.
 

Attachments

  • 04a01697dc8d8d21eff27bfa41806c11.jpg
    04a01697dc8d8d21eff27bfa41806c11.jpg
    89.2 KB · Views: 92
actually, to use all of the modern gear properly (GPS, life sensor, portable radio comm, laser designator devices and other high tech stuff) u need a capable brain.

Got no idea bout Spetznas, but they still lack of funding in several critical items to match their western counterpart like reliable comm devices, and such stuff.

Full HIgh tech stuff does not make you a high skilled/capable soldier... and vice versa
As for spe forces... they don't lack equipment in any way. those spe forces have what they need... they are no "simple" soldiers sent to die for free
11379156_1631671080381772_612062340_n.jpg
 
Last edited:
Don't know where is the look we are lacking in, US Special operator always had we are "two step ahead" aura in coolness, tech savvy and thoughness in their looks

I think our soldiers lack consistency in their camo. It doesn't blends really well with its surrounding compared to US or Russian counterpart. Their gears and accesories also looks like a mismatch with random items slap together. :D
 
Last edited:
I think our soldiers lack consistency in their camo. It doesn't blends really well with its surrounding compared to US or Russian counterpart. Their gears and accesories also looks like a mismatch with random items slap together. :D

this, maybe the answer. Even Kopassus is still like that, compared to their SAS counterpart when conduct join training

13549428_740388515997626_1908091096_n.jpg

kopassus.jpg
 
bom-p-100-live-pt-sari-bahari-1.jpg

FROM INDONESIA
ANGGOTA KOMISI I DPR RI KUNJUNGI PT SARI BAHARI
2 APRIL 2017 DIANEKO_LC LEAVE A COMMENT
Sebelas Anggota Komisi I DPR RI melakukan kunjungan kerja ke pabrik pembuatan bom dan rudal PT Sari Bahari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur untuk mengetahui lebih dekat proses pembuatan alutsista pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Jumat.

“Ini sebagai kunjungan kerja dan menyerap aspirasi, serta melihat proses pembuatan alat utama sistem persenjataan pesanan Kemenhan RI, sekaligus hasil kunjungan akan kami jadikan bahan Raker dengan Kemenhan,” kata salah satu Anggota Komisi I dari Partai Gerindra Rachel Maryam ditemui di sela kunjungan di Malang.

Dalam kunjungan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I Mayjen (Purn) Asril Hamzah Tanjung itu, juga bertujuan mendorong produk alutsista dalam negeri berkembang, karena secara kualitas tidak kalah dengan luar negeri.

“Produk alutsista dalam negeri harus diberi ruang secara lebar untuk berkembang, agar ketika negara terkena embargo tidak kebingungan dalam memproduksi senjata,” ujar Asril yang merupakan politisi asal Partai Gerindra tersebut.

Ia mengatakan, selama ini ketergantungan Indonesia dengan produk alutsista luar negeri masih sangat tinggi, sekitar 90 persen dari total kebutuhan yang ada.

“Oleh karena itu, dalam kunjungan ini kami mengimbau kepada pemerintah untuk tidak ketergantungan dengan alutsista pihak luar, dan TNI bisa memaksimalkan keberadaan pabrik-pabrik pembuatan alutsista dalam negeri seperti PT Sari Bahari,” ucapnya.

Sementara itu Direktur PT Sari Bahari, Ricki Hendrik Egam mengapresiasi kunjungan sebelas Anggota Komisi I DPR RI ke pabriknya, dan berharap adanya dorongan dari anggota legislatif agar pabriknya terus mampu memproduksi alutsista.

“Sampai saat ini, penjualan bom atau rudal produksi kami masih ke TNI, meski tahun lalu telah menerima permintaan dan ekspor ke Chili,” katanya.

Ia mengatakan, Kemenhan RI pada tahun 2016 telah memesan bom dan rudal ke pabriknya sebanyak 2.200 unit, dan tahun 2017 ada peningkatan sekitar 500 unit.

Ia menjelaskan, salah satu kendala produksi alutsista dalam negeri berkembang adalah kurangnya kepercayaan dan terbatasnya anggaran negara dalam pembeli, meski secara kualitas sangat bagus dan tidak kalah dengan negara lain.

“Oleh karena itu, kunjungan ini menjadi semangat bagi kami untuk tetap berproduksi, dan kami meminta agar ada kontrak jangka panjang dalam memproduksi alutsista, sehingga bisa berkesinambungan,” tuturnya.

Dalam kunjungan itu yang hadir antara lain Meutya Hafid Wakil Ketua Komisi I dari Partai Golkar, dan beberapa Anggota Komisi I seperti Elnino M Husaen dan Rachel Maryam.

Photo : P-100 Live Sari Bahari (istimewa)

Sumber : Antara
 
its hard to choose... i like fremm.. but its so expensive... iver not to expensive like fremm and plus ToT

What's inexpensive from Iver is the hull, if we consider all the weapons, sensors and electronics, the cost is comparable. Plus with recent MOU between PT.PAL and DCNS on sub and surface warship, i think TOT would be included if we ever choose FREMM. But Iver sure is a strong contender.

this, maybe the answer. Even Kopassus is still like that, compared to their SAS counterpart when conduct join training
I know, right..
 
Last edited:
the summary of Indonesian France LOI last week,

Melalui LoI ini, kedua negara sepakat untuk memperluas ruang lingkup kerja sama dari Pengaturan Teknis yang ditandatangani pada tahun 2012 dalam bidang pelatihan dan penddikan serta latihan militer.

Kedua negara juga sepakat meningkatkan dialog tentang keamanan maritim seperti memerangi pembajakan, perompakan bersenjata di laut dan penangkapan ikan yang illegal. Meningkatkan kapasitas masing-masing kedua negara dalam menjaga dan memelihara perdamaian dan keamanan termasuk stabilitas di samudera dan laut.

Selanjutnya, mendorong kerjasama yang lebih dalam di bidang kelautan, kapabilitas udara dan angkasa dalam bentuk yang tepat. Melanjutkan dialog tentang perang melawan terorisme internasional.

Selain itu, kedua negara juga sepakat untuk meningkatkan pembangunan kapasitas termasuk didalamnya melalui pelatihan Pasukan Pemeliharaan Perdamaian Indonesia dalam memahami dan melaksanakan operasi di wilayah dan lingkungan yang menggunakan bahasa Perancis. (BDI)

In industrial and military procurement talks is about Airbus A400M, Airbus A330MRTT, VL MICA, Scorpene S2000 Submarines, several type of Airbus Helicopter, Space and defence satellite and talks about surface combatant ships in AAW frigate class.

menhan-ri-terima-menhan-perancis.jpg
1-menhan-ri-terima-menhan-perancis.jpg
 
In industrial and military procurement talks is about Airbus A400M, Airbus A330MRTT, VL MICA, Scorpene S2000 Submarines, several type of Airbus Helicopter, Space and defence satellite and talks about surface combatant ships in AAW frigate class.

That's a lot of money to be spent on. If SBY was honored by the Brits with title "Knight Grand Cross of the Order of the Bath" for advancing trade and bilateral relation, would France follow that step with JKW?

And once again, looks like Kilo would be eliminated from the game :D
 
PT Len Industri Kembangkan Combat Data Link System Untuk Skadron Udara 5
April 2, 2017
109


Pesawat Boeing 737-200 intai strategis di hanggar Skadron Udara 5. Sumber gambar: Ery
PT Len Industri kini tengah melakukan pengembangan combat data link system untuk mendukung misi intai strategis Skadron Udara 5. Pengembangan sistem tersebut akan memberikan layanan jaringan nasional, sehingga dapat mengirimkan data secara real time ke operator yang ada di darat.

“Seperti yang dijelaskan oleh Kadispenau, jadi kita ada national network, kita juga punya combat data link system yang sedang dikembangkan oleh PT LEN. Sehingga data-data maupun foto-foto yang kami dapat selama pelaksanaan operasi itu bisa kami transfer ke darat secara real time,” terang Komandan Skadron Udara 5, Letkol Pnb Akal Juang, kepada Angkasa, Rabu (29/3/2017) lalu.

Dengan adanya sistem tersebut, data-data yang di dapat saat melakukan operasi pengintaian dan pengamatan dapat diolah dan dianalisa oleh pihak berwenang yang ada di darat untuk kemudian diambil tindakan, dalam hal ini TNI Angkatan Laut melalui Koarmatim ataupun Koarmabar. Semantara wilayah yang menjadi cakupan operasi Skadron Udara 5 yakni meliputi Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, ALKI II, ALKI III dan wilayah pulau Ambalat.

Baca Juga: Lulus Kaptensi, Dua Penerbang Skadron Udara 5 Dapat Wing Intai Strategis

Indonesia memiliki wilayah laut yang begitu luas, sehingga cukup memakan waktu bagi TNI AL untuk melakukan patroli. Untuk itu, Skadron Udara 5 pun memikul tugas operasi untuk membantu patroli wilayah maritim Indonesia yang begitu luas untuk membantu dan mendukung pelaksanaan tugas pengintaian dan pengamatan yang dilakukan TNI AL.

“Kalau kami hanya melaporkan pengamatan di alur laut tersebut, kalau ada hal-hal mencurigakan, kapal-kapal mencurigakan, kami berkoordinasi dengan Armatim ataupun Armabar, sesuai dengan alur laut mana yang kami laksanakan operasi. Mereka akan menentukan tindakannya menggunakan kapal-kapal yang mereka miliki. Kami hanya bisa deteksi kapal-kapal yang tidak teridentifikasi saja,” jelas sang komandan.

Berita Terkait: Camar Emas TNI Angkatan Udara Kini Didukung MX-20HD EO/IR

Berdasarkan penuturannya, di selat Malaka, penemuan target kapal-kapal yang belum teridentifikasi relatif lebih banyak ketimbang daerah lainnya. “Kalau jumlahnya memang relatif lebih banyak di ALKI II maupun ALKI III. Itu kapal-kapal yang kadang tidak teregister ditempat kami, tapi kami konfirmasi ke darat,” papar Akal.

Ketika dari rekan-rekan memverifikasi hal tersebut, lanjut Akal, Skadron Udara 5 kemudian menyerahkan kepada TNI AL untuk tahap penindakannya. “Kami hanya menyampaikan data-data yang ada secara pengamatan kami dari udara,” tegasnya.

Baca Juga: Yuk Kenali Lebih Dalam Jeroan TNI Angkatan Udara

Di wilayah selat Malaka banyak ditemukan target-target kapal belum teridentifikasi oleh Skadron Udara 5 dikarenakan wilayahnya rata-rata dekat dengan darat. Hal tersebut membuat sinyal dari kapal-kapal itu lebih mudah terdeteksi.

Author: Fery Setiawan

in short PT LEN will designing combat data link system to be used on squadron 5 of Indonesian Air Forces

That's a lot of money to be spent on. If SBY was honored by the Brits with title "Knight Grand Cross of the Order of the Bath" for advancing trade and bilateral relation, would France follow that step with JKW?

And once again, looks like Kilo would be eliminated from the game :D

by any means our armed forces task is very monumental and great, meanwhile their is still largely illequipped and not up to date to today standards.
 
DCNS signed a memorandum of understanding to modernize the Indonesian navy

Posted in Asia-Pacific, Naval Forces, Industry by Laurent Lagneau Le 01-04-2017

With its GDP growth of 5% in 2016, Indonesia is undoubtedly one of the most economically dynamic countries in Southeast Asia. At the same time, after years of arms embargo imposed by the United States between 1991 and 2005, due to the situation in Timor, the needs of the Indonesian armed forces are significant. Hence, the goal of Jakarta to bring its military spending to $ 20 billion by the end of the decade. According to the Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), they have already increased by 150% between 2006 and 2015.

Also, the Indonesian defense market has something to appeal to European and French weapons manufacturers. Recently, Nexter was awarded a new contract to deliver an additional 18 CAESARs (truck equipped with an artillery system) after a first order for 37 aircraft. And, a few days ago, Jakarta confirmed its intention to acquire A400M Atlas transport aircraft from Airbus.

In the maritime sector, DCNS is no exception. On the sidelines of President Hollande's visit to Indonesia on 30 March, the French industrialist signed a memorandum of understanding with the PT PAL shipbuilding company to strengthen their cooperation in submarine and surface The framework of the Franco-Indonesian Defense Dialogue (IFDD).

It has now been a few years since DCNS hopes to deliver Scorpene 1000 submarines to Jakarta. This ship "is particularly suitable for the Indonesian navy, given that it is an archipelago", explained the French shipbuilder in October 2015. "This submarine was designed to navigate And it is very difficult to detect because of the shallow depth of the coastal waters, "he also said.

Currently, the Indonesian Navy has two Type 209 submarines of German origin. And three more, acquired from South Korea, will soon be put into operation.

In a statement announcing the signing of this Memorandum of Understanding, DCNS recalls that it has already cooperated with PT PAL in recent years to "identify the best industrial solution for today offering a multi-purpose submarine Of the last generation of the Scorpene class ". It is now a question of going further by studying new possibilities concerning corvettes and frigates, ie the Gowind 2500, the FREMM, and even the intermediate size frigates (FTI).

"As a European leader in naval combat systems, warship designer and builder, DCNS is committed to establishing long-term partnerships with Indonesian industry to enhance its capabilities and capabilities on high-tech systems "Commented Hervé Guillou, the CEO of DCNS.

"Our cooperation with the biggest PT PAL shipyard in Indonesia illustrates this ambition and we look forward to bringing our strong expertise in technology transfers to complex naval programs to develop industrial and The operational capacity of the Indonesian Navy. "

http://www.opex360.com/2017/04/01/d...ccord-pour-moderniser-la-marine-indonesienne/
 

Country Latest Posts

Back
Top Bottom