What's new

Indonesia Defence Forum

SMX Ocean .
Too big for coastal operation and too heavy.
The req is for 1800 ton - 2800 ton coastal submarine with AIP and missile.

Scorpene : 1500 - 1800 ton, AIP, exocet.
214 : 1600 ton, AIP, subharpoon.
A26 : 1900 ton (+500 ton for vls), AIP.
DSME 2000 : 2000 ton, AIP, AShM.

And also, seken submarine huh?
 
https://news.bellflight.com/en-US/1...i-yB7ZjvNpjyZcTF1fOECy2UfQL4_6CB2tAJoAkH4sz2g


How the Bell Boeing V-22 Osprey Redefines Humanitarian Aid and Disaster Relief Missions
5 October 2020, 13:49 (CDT)

Tested in combat and other military operations worldwide, the Bell Boeing V-22 Osprey shines through every mission as an invaluable machine, ready to serve warfighters in any environment. With long-range, a large payload, and spacious fuselage, the platform is designed to move people and cargo wherever it’s needed as quickly as possible. That’s why this renowned military aircraft has had remarkable success during humanitarian aid and disaster relief efforts. Looking at how it can be used for a potential natural disaster that affects the sprawling islands of Indonesia, WBB consultants examined just how useful this aircraft can be in times of distress.
Web_Hero-MV-22_34113470632_beddc7eff6_o.jpg

In a completed report commissioned by Bell that analyzes the effect of an earthquake and tsunami off the Indonesian southern coasts of Lombok and West Sumbawa, the Bell Boeing V-22 stands out as the most capable aircraft to support disaster relief over a far distance. In this scenario, the aircraft would work from Bali’s Ngurah Rai International Airport (DPS) for 24-48 hours while assessing the disaster impact on Lombok and Sumbawa. It would then transition to relief operations to the immediate vicinity of the disaster area, delivering critical supplies and evacuating at-risk personnel.
Bell_V22 Indo HADR Graphic_1280x800px_200915_R03_PROOF_WEB.jpg

Compared to other platforms, the MV-22 can deploy directly to disaster area without little to any fuel stops. Its range, speed and endurance result in nearly twice as many cargo delivery sorties and over twice as many passengers evacuated as comparable medium lift helicopters. The V-22 Osprey has proven its success as a humanitarian and medical evacuation asset in actual, critical scenarios. This study further reinforces that the V-22 is the ideal aircraft for disaster relief missions over a large amount of terrain.
 
https://news.bellflight.com/en-US/1...i-yB7ZjvNpjyZcTF1fOECy2UfQL4_6CB2tAJoAkH4sz2g


How the Bell Boeing V-22 Osprey Redefines Humanitarian Aid and Disaster Relief Missions
5 October 2020, 13:49 (CDT)

Tested in combat and other military operations worldwide, the Bell Boeing V-22 Osprey shines through every mission as an invaluable machine, ready to serve warfighters in any environment. With long-range, a large payload, and spacious fuselage, the platform is designed to move people and cargo wherever it’s needed as quickly as possible. That’s why this renowned military aircraft has had remarkable success during humanitarian aid and disaster relief efforts. Looking at how it can be used for a potential natural disaster that affects the sprawling islands of Indonesia, WBB consultants examined just how useful this aircraft can be in times of distress.
Web_Hero-MV-22_34113470632_beddc7eff6_o.jpg

In a completed report commissioned by Bell that analyzes the effect of an earthquake and tsunami off the Indonesian southern coasts of Lombok and West Sumbawa, the Bell Boeing V-22 stands out as the most capable aircraft to support disaster relief over a far distance. In this scenario, the aircraft would work from Bali’s Ngurah Rai International Airport (DPS) for 24-48 hours while assessing the disaster impact on Lombok and Sumbawa. It would then transition to relief operations to the immediate vicinity of the disaster area, delivering critical supplies and evacuating at-risk personnel.
Bell_V22 Indo HADR Graphic_1280x800px_200915_R03_PROOF_WEB.jpg

Compared to other platforms, the MV-22 can deploy directly to disaster area without little to any fuel stops. Its range, speed and endurance result in nearly twice as many cargo delivery sorties and over twice as many passengers evacuated as comparable medium lift helicopters. The V-22 Osprey has proven its success as a humanitarian and medical evacuation asset in actual, critical scenarios. This study further reinforces that the V-22 is the ideal aircraft for disaster relief missions over a large amount of terrain.

What a fine and discreet advertising ... :drag:
 
the only VLS/Cruise missile capable on that tonnage range i could think is , A26 Oceanic extended and SMX Ocean .
View attachment 683548
View attachment 683549
View attachment 683550
Im more interested in the "littoral requirement", same as coastal submarine spec? Max 1k tonage with 50M? hmm....interesting 8-)
Good to hear tho it would be nicer if it translate into actual action. As long as America first policy diplomacy is still in effect its hard to predict the rebound of US-Indonesia relation. Well, but we always hope for the best right?
 
Last edited:
antarafoto-latihan-gabungan-kri-bimasuci-kri-teuku-umar-291020-app-5.jpg

Sejumlah prajurit KRI Teuku Umar-385 mengirimkan paket logistik ke KRI Bima Suci-945 dalam latihan 'replenishment at sea' (RAS) di perairan utara Pulau Bengkalis, Selat Malaka, Kamis (29/10/2020). Latihan RAS yang menjadi bagian dari latihan praktek (Lattek) Kartika Jala Krida (KJK) 2020 itu bertujuan untuk memindahkan logistik, obat-obatan, dan dokumen. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
antarafoto-latihan-gabungan-kri-bimasuci-kri-teuku-umar-291020-app-7.jpg

Sejumlah prajurit melakukan peran parade dalam latihan 'replenishment at sea' (RAS) antara KRI Bima Suci-945 dengan KRI Teuku Umar-385 di perairan utara Pulau Bengkalis, Selat Malaka, Kamis (29/10/2020). Latihan RAS yang menjadi bagian dari latihan praktek (Lattek) Kartika Jala Krida (KJK) 2020 itu bertujuan untuk memindahkan logistik, obat-obatan, dan dokumen. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
antarafoto-berhala-pulau-terluar-di-selat-malaka-271020-app-20.jpg

Foto aerial Pulau Berhala di perairan Selat Malaka, Sumatera Utara, Selasa (27/10/2020). Pulau Berhala merupakan satu dari 12 pulau terluar Indonesia yang mendapatkan status perhatian khusus karena berbatasan langsung dengan wilayah negara Malaysia dan berada di jalur pelayaran internasional Selat Malaka. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

antarafoto-berhala-pulau-terluar-di-selat-malaka-271020-app-15.jpg

Prajurit TNI berjalan di dermaga Pulau Berhala di perairan Selat Malaka, Sumatera Utara, Selasa (27/10/2020). Pulau Berhala merupakan satu dari 12 pulau terluar Indonesia yang mendapatkan status perhatian khusus karena berbatasan langsung dengan wilayah negara Malaysia dan berada di jalur pelayaran internasional Selat Malaka. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
 
Last edited:
Yep, Antara Scorpene dan Type 214
Turki : boycott barang prancis, beli barang kita, terjamin dan pasti ga nimbulin kributan

:D
Aneh Kodam Zonder Batalyon Zeni
Kurang sekali jika Kodam di Ibu Kota hanya memiliki satu Detasemen Zeni Tempur.
Red: Erik Purnama Putra


Dispenad
Kapusziad Mayjen Mayjen TNI M Munib meletakkan tunggul (bendera perang) Yonzikon 11 disaksikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Mabesad, Jumat (23/10).

Kapusziad Mayjen Mayjen TNI M Munib meletakkan tunggul (bendera perang) Yonzikon 11 disaksikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Mabesad, Jumat (23/10).


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Akhirnya Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya/Jayakarta memiliki Batalyon Zeni (Yonzi). Hal ini setelah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin pengalihan komando dan pengendalian (alih kodal) Batalyon Zeni Konstruksi (Yonzikon) 11 dari Pusat Zeni Angkatan Darat (Pusziad) kepada Kodam Jaya.
Kepala Pusziad Mayjen TNI Muhammad Munib menyerahkan tunggul Durdhaga Wighra (bendera perang Yonzikon 11) kepada Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jumat (23/10) lalu. Inspektur Jenderal Angkatan Darat (Irjenad) Letjen TNI Mochamad Effendi pernah menjadi Komandan Yonzikon 11 pada tahun 2001-2002.
“Saya memang ingin secepatnya Kodam Jaya memiliki Batalyon Zeni. Untuk mengamankan Ibu Kota kami membutuhkan Batalyon Zeni yang memiliki kemampuan penjinak bahan peledak (jihandak),” kata Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman, baru-baru ini.
Menurutnya, kurang sekali jika Kodam di Ibu Kota hanya memiliki satu Detasemen Zeni Tempur (Denzipur). Ke depan, Denzipur 3 Kodam Jaya juga segera dibesarkan menjadi Batalyon Zeni dengan kemampuan penjinak bahan peledak (jihandak) dan nuklir biologi kimia (nubika). Jelang ulang tahun ke-71, Kodam Jaya akhirnya memiliki Yonzi.
Padahal selama ini Yonzikon 11, Yonzikon 13, dan Yonzikon 14 yang bermarkas di Jakarta, senantiasa berada di bawah komando operasi (BKO) Kodam Jaya sebagai pasukan huru-hara sejak tahun 1965, jika menghadapi masalah instabilitas di Jakarta. Sedangkan Yonzikon 12 berada di Sumatra Selatan kerap berada dalam BKO Kodam Sriwijaya, bersama Yonzipur 2.
Trikora
Awalnya pada Juli 1962, berdasarkan keputusan Menteri Hankam/Kepala Staf ABRI Jenderal TNI AH Nasution, satuan-satuan Yonzikon berada di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Dibentuk untuk Operasi Trikora (Tiga Komando Rakyat) merebut Irian Barat pada 1962-1963.
Saat itu Kostrad memiliki enam Yonzi, yakni Yonzipur 7 (lintas medan), Yonzipur 9 lintas udara (Para), dan Yonzipur 10 Amfibi. Selain itu juga memiliki Yonzikon 1, Yonzikon 2 Yonzikon 3. Kemudian pada November 1963, Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani mengalih-kodal-kan tiga Yonzikon dari Kostrad ke Komando Pusziad.
Namanya diganti menjadi Yonzikon 11, Yonzikon 12, dan Yonzikon 13. Lalu Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani membentuk lagi Yonzikon 14 dan Yonzikon 15 untuk menghadapi Dwikora Ganyang Malaysia. Akhirnya lima Yonzikon ditugaskan membantu menumpas Gerakan 30 September (G30S) 1965/Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pasalnya, Kodam Jayakarta belum memiliki satuan lapangan zeni. Sehingga tiga Yonzikon berada dalam BKO Kodam Jayakarta. Yonzikon 15 menempati markas bekas Yonzipur 8 di Lenteng Agung. Yonzipur 8 dipindahkan dari Jakarta ke Makassar menjadi bagian dari Kodam Hasanuddin.
Usai seluruh Yonzi mengikuti Operasi Seroja Timor Timur tahun 1975-1978, TNI Angkatan Darat melakukan perampingan organisasi satuan lapangan. Tiga Yonzi dilikuidasi, yakni Yonzipur 6, Kowilhan III Kalimantan, Yonzipur 7 Resimen Zipur 1, Kostrad dan Yonzikon 15 Resimen Zikon 3 Pusziad.
Bekas markas Yonzikon 15, kini menjadi Kompi Zeni Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Pusziad. Dengan alihkodal Yonzikon 11, kini hanya Kodam Jaya yang memiliki Yonzikon. Sedangkan kodam lainnya memiliki Yonzipur. Belum jelas apakah Yonzikon 11 akan berganti nama menjadi Yonzipur 11. Sebab Yonzikon menjadi ciri khas Pusziad yang bertanggung jawab kepada Mabesad.
Dua kodam
Kini hanya Kodam Pattimura dan Kodam Cendrawasih yang belum memiliki Yonzipur atau Yonzikon. Kodam Pattimura wilayahnya meliputi Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Kodam ini hanya memiliki Denzipur 5. Kodam Cendrawasih memiliki tiga Denzipur, yakni Denzipur 10, Denzipur 11, dan Denzipur 12. Padahal jika dua Denzipur digabung sudah memenuhi syarat menjadi satu Yonzipur.
Kodam Kasuari belum lama memiliki Yonzipur 20. Batalyon ini embrionya dari Denzipur 13. Begitu juga dengan Kodam Merdeka, kini memiliki Yonzipur 19. Embrionya dari Denzipur 4. Pemekaran Denzipur menjadi Yonzipur diawali dari Yonzipur 16 Kodam Iskandar Muda. Embrionya dari Denzipur 1.
Kemudian Yonzipur 17 Kodam Mulawarman. Embrionya dari Denzipur 7. Lalu, Yonzipur 18 Kodam Udayana. Embrionya dari Denzipur 9. Yonzipur 6 Kodam Tanjungpura yang sudah dilikuidasi tahun 1978 dihidupkan kembali. Embrionya dari Denzipur 6.
Kini Divif 3/Kostrad juga belum memiliki Yonzipur. Belum jelas apakah akan menghidupkan kembali Yonzipur 7 Kostrad yang sudah dilikuidasi tahun 1978, seperti dihidupkannya kembali Yonzipur 6. Atau akan mengambilalih Kodal Yonzipur 8 Kodam Hasanuddin. Sebab markas Yonzipur 8 lebih dekat posisinya dengan Markas Divif 3/Kostrad di Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Aneh jika Kodam zonder (tidak memiliki) Batalyon Zeni. Sebagai korps, Zeni memiliki fungsi teknis militer, baik di daerah pertempuran maupun pangkalan. Sehingga diklasifikasikan sebagai satuan bantuan tempur. Memiliki sembilan tugas pokok, yakni konstruksi, destruksi, rintangan, samaran, penyeberangan, penyelidikan, perkubuan, jihandak, serta nubika pasif.
Personel korps Zeni merupakan kedua terbesar di Angkatan Darat setelah korps Infanteri.
Kini rencananya, menurut Kapusziad Mayjen M Munib, korps Zeni akan membentuk sejumlah Kompi Jihandak Nubika serta Yonzi Jihandak Nubika. Termasuk Pusat Zeni Nubika.
Selain itu dengan luasnya wilayah, ke depan sejumlah Denzipur juga akan dimekarkan menjadi Yonzipur. Misalnya, Denzipur 2 berada di Provinsi Sumatra Barat, Denzipur 5 berada di Provinsi Maluku, Denzipur 8 di Provinsi Kalimantan Selatan, serta tiga Denzipur di Kodam Cendrawasih.
Sebaran Yonzi:
Yonzipur 1 Kodam Bukit Barisan
Yonzipur 2 Kodam Sriwijaya
Yonzipur 3 Kodam Siliwangi
Yonzipur 4 Kodam Diponegoro
Yonzipur 5 Kodam Brawijaya
Yonzipur 6 Kodam Tanjungpura
Yonzipur 7 Kostrad (dilikuidasi 1978)
Yonzipur 8 Kodam Hasanuddin
Yonzipur 9 Divif 1/Kostrad
Yonzipur 10 Divif 2/Kostrad
Yonzikon 11 Kodam Jayakarta
Yonzikon 12 Pusziad
Yonzikon 13 Pusziad
Yonzikon 14 Pusziad
Yonzikon 15 Pusziad (dilikuidasi 1978)
Yonzipur 16 Kodam Iskandar Muda
Yonzipur 17 Kodam Mulawarman
Yonzipur 18 Kodam Udayana
Yonzipur 19 Kodam Merdeka
Yonzipur 20 Kodam Kasuari
Sebaran Denzipur:
Denzipur 2 Kodam Bukit Barisan di Padang.
Denzipur 3 Kodam Jaya di Jakarta.
Denzipur 5 Kodam Pattimura di Ambon.
Denzipur 8 Kodam Mulawarman di Banjarmasin.
Denzipur 10 Kodam Cendrawasih di Jayapura
Denzipur 11 Kodam Cendrawasih di Merauke.

Denzipur 12 Kodam Cendrawasih di Nabire.

Denzipur 14 Kodam Sriwijaya di Bengkulu (segera diresmikan)




BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Persepektif Republika.co.id, Klik di Sini

20 strong Battalion zeni and 8 strong detachment units zeni
Speaking of size, detachment and batallion is in same size right? Lead by pamen?
 
Too big for coastal operation and too heavy.
The req is for 1800 ton - 2800 ton coastal submarine with AIP and missile.

Scorpene : 1500 - 1800 ton, AIP, exocet.
214 : 1600 ton, AIP, subharpoon.
A26 : 1900 ton (+500 ton for vls), AIP.
DSME 2000 : 2000 ton, AIP, AShM.

And also, seken submarine huh?
Maybe its only candidate for subs
1.U214
2.A26
3.Scorpene
 

I would read such statement with prudence. For all purpose and intent "Support" could simply mean financing, humanitarian aid. or diplomatic support without any tangible action to back it up. Keep in mind that Trump administration policies has been based upon withdrawing from Europe, West Pacific, Central Asia (a-stan), and Middle East
 
Too big for coastal operation and too heavy.
The req is for 1800 ton - 2800 ton coastal submarine with AIP and missile.

Scorpene : 1500 - 1800 ton, AIP, exocet.
214 : 1600 ton, AIP, subharpoon.
A26 : 1900 ton (+500 ton for vls), AIP.
DSME 2000 : 2000 ton, AIP, AShM.

And also, seken submarine huh?
for coastal/littoral would be this one .
1604041309473.png
 
Turki : boycott barang prancis, beli barang kita, terjamin dan pasti ga nimbulin kributan

:D
Ooo.. tidak bisa, penawaramu bagaimana?
Mau pakai misil apa?
Yakin elu gak kena sangsi jerman kalo ugal ugalan gini terus? Klo gw terlanjur pesan 214 elu nanti jadinya gimana?
 
Ooo.. tidak bisa, penawaramu bagaimana?
Mau pakai misil apa?
Yakin elu gak kena sangsi jerman kalo ugal ugalan gini terus? Klo gw terlanjur pesan 214 elu nanti jadinya gimana?

Currently Turkey is developing gezgin missile, alternative options for TNI if they want LACM but can't get it from the US or Europe.

Kalau ambil kasel mereka mungkin ntar boleh beli rudal gezgin, atau kalau bisa cuman beli rudalnya aja dan beli kasel lain.
 

Back
Top Bottom