What's new

Indonesia Defence Forum

Aneh Kodam Zonder Batalyon Zeni
Kurang sekali jika Kodam di Ibu Kota hanya memiliki satu Detasemen Zeni Tempur.
Red: Erik Purnama Putra


Dispenad
Kapusziad Mayjen Mayjen TNI M Munib meletakkan tunggul (bendera perang) Yonzikon 11 disaksikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Mabesad, Jumat (23/10).

Kapusziad Mayjen Mayjen TNI M Munib meletakkan tunggul (bendera perang) Yonzikon 11 disaksikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Mabesad, Jumat (23/10).


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Akhirnya Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya/Jayakarta memiliki Batalyon Zeni (Yonzi). Hal ini setelah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin pengalihan komando dan pengendalian (alih kodal) Batalyon Zeni Konstruksi (Yonzikon) 11 dari Pusat Zeni Angkatan Darat (Pusziad) kepada Kodam Jaya.
Kepala Pusziad Mayjen TNI Muhammad Munib menyerahkan tunggul Durdhaga Wighra (bendera perang Yonzikon 11) kepada Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jumat (23/10) lalu. Inspektur Jenderal Angkatan Darat (Irjenad) Letjen TNI Mochamad Effendi pernah menjadi Komandan Yonzikon 11 pada tahun 2001-2002.
“Saya memang ingin secepatnya Kodam Jaya memiliki Batalyon Zeni. Untuk mengamankan Ibu Kota kami membutuhkan Batalyon Zeni yang memiliki kemampuan penjinak bahan peledak (jihandak),” kata Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman, baru-baru ini.
Menurutnya, kurang sekali jika Kodam di Ibu Kota hanya memiliki satu Detasemen Zeni Tempur (Denzipur). Ke depan, Denzipur 3 Kodam Jaya juga segera dibesarkan menjadi Batalyon Zeni dengan kemampuan penjinak bahan peledak (jihandak) dan nuklir biologi kimia (nubika). Jelang ulang tahun ke-71, Kodam Jaya akhirnya memiliki Yonzi.
Padahal selama ini Yonzikon 11, Yonzikon 13, dan Yonzikon 14 yang bermarkas di Jakarta, senantiasa berada di bawah komando operasi (BKO) Kodam Jaya sebagai pasukan huru-hara sejak tahun 1965, jika menghadapi masalah instabilitas di Jakarta. Sedangkan Yonzikon 12 berada di Sumatra Selatan kerap berada dalam BKO Kodam Sriwijaya, bersama Yonzipur 2.
Trikora
Awalnya pada Juli 1962, berdasarkan keputusan Menteri Hankam/Kepala Staf ABRI Jenderal TNI AH Nasution, satuan-satuan Yonzikon berada di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Dibentuk untuk Operasi Trikora (Tiga Komando Rakyat) merebut Irian Barat pada 1962-1963.
Saat itu Kostrad memiliki enam Yonzi, yakni Yonzipur 7 (lintas medan), Yonzipur 9 lintas udara (Para), dan Yonzipur 10 Amfibi. Selain itu juga memiliki Yonzikon 1, Yonzikon 2 Yonzikon 3. Kemudian pada November 1963, Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani mengalih-kodal-kan tiga Yonzikon dari Kostrad ke Komando Pusziad.
Namanya diganti menjadi Yonzikon 11, Yonzikon 12, dan Yonzikon 13. Lalu Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani membentuk lagi Yonzikon 14 dan Yonzikon 15 untuk menghadapi Dwikora Ganyang Malaysia. Akhirnya lima Yonzikon ditugaskan membantu menumpas Gerakan 30 September (G30S) 1965/Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pasalnya, Kodam Jayakarta belum memiliki satuan lapangan zeni. Sehingga tiga Yonzikon berada dalam BKO Kodam Jayakarta. Yonzikon 15 menempati markas bekas Yonzipur 8 di Lenteng Agung. Yonzipur 8 dipindahkan dari Jakarta ke Makassar menjadi bagian dari Kodam Hasanuddin.
Usai seluruh Yonzi mengikuti Operasi Seroja Timor Timur tahun 1975-1978, TNI Angkatan Darat melakukan perampingan organisasi satuan lapangan. Tiga Yonzi dilikuidasi, yakni Yonzipur 6, Kowilhan III Kalimantan, Yonzipur 7 Resimen Zipur 1, Kostrad dan Yonzikon 15 Resimen Zikon 3 Pusziad.
Bekas markas Yonzikon 15, kini menjadi Kompi Zeni Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Pusziad. Dengan alihkodal Yonzikon 11, kini hanya Kodam Jaya yang memiliki Yonzikon. Sedangkan kodam lainnya memiliki Yonzipur. Belum jelas apakah Yonzikon 11 akan berganti nama menjadi Yonzipur 11. Sebab Yonzikon menjadi ciri khas Pusziad yang bertanggung jawab kepada Mabesad.
Dua kodam
Kini hanya Kodam Pattimura dan Kodam Cendrawasih yang belum memiliki Yonzipur atau Yonzikon. Kodam Pattimura wilayahnya meliputi Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Kodam ini hanya memiliki Denzipur 5. Kodam Cendrawasih memiliki tiga Denzipur, yakni Denzipur 10, Denzipur 11, dan Denzipur 12. Padahal jika dua Denzipur digabung sudah memenuhi syarat menjadi satu Yonzipur.
Kodam Kasuari belum lama memiliki Yonzipur 20. Batalyon ini embrionya dari Denzipur 13. Begitu juga dengan Kodam Merdeka, kini memiliki Yonzipur 19. Embrionya dari Denzipur 4. Pemekaran Denzipur menjadi Yonzipur diawali dari Yonzipur 16 Kodam Iskandar Muda. Embrionya dari Denzipur 1.
Kemudian Yonzipur 17 Kodam Mulawarman. Embrionya dari Denzipur 7. Lalu, Yonzipur 18 Kodam Udayana. Embrionya dari Denzipur 9. Yonzipur 6 Kodam Tanjungpura yang sudah dilikuidasi tahun 1978 dihidupkan kembali. Embrionya dari Denzipur 6.
Kini Divif 3/Kostrad juga belum memiliki Yonzipur. Belum jelas apakah akan menghidupkan kembali Yonzipur 7 Kostrad yang sudah dilikuidasi tahun 1978, seperti dihidupkannya kembali Yonzipur 6. Atau akan mengambilalih Kodal Yonzipur 8 Kodam Hasanuddin. Sebab markas Yonzipur 8 lebih dekat posisinya dengan Markas Divif 3/Kostrad di Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Aneh jika Kodam zonder (tidak memiliki) Batalyon Zeni. Sebagai korps, Zeni memiliki fungsi teknis militer, baik di daerah pertempuran maupun pangkalan. Sehingga diklasifikasikan sebagai satuan bantuan tempur. Memiliki sembilan tugas pokok, yakni konstruksi, destruksi, rintangan, samaran, penyeberangan, penyelidikan, perkubuan, jihandak, serta nubika pasif.
Personel korps Zeni merupakan kedua terbesar di Angkatan Darat setelah korps Infanteri.
Kini rencananya, menurut Kapusziad Mayjen M Munib, korps Zeni akan membentuk sejumlah Kompi Jihandak Nubika serta Yonzi Jihandak Nubika. Termasuk Pusat Zeni Nubika.
Selain itu dengan luasnya wilayah, ke depan sejumlah Denzipur juga akan dimekarkan menjadi Yonzipur. Misalnya, Denzipur 2 berada di Provinsi Sumatra Barat, Denzipur 5 berada di Provinsi Maluku, Denzipur 8 di Provinsi Kalimantan Selatan, serta tiga Denzipur di Kodam Cendrawasih.
Sebaran Yonzi:
Yonzipur 1 Kodam Bukit Barisan
Yonzipur 2 Kodam Sriwijaya
Yonzipur 3 Kodam Siliwangi
Yonzipur 4 Kodam Diponegoro
Yonzipur 5 Kodam Brawijaya
Yonzipur 6 Kodam Tanjungpura
Yonzipur 7 Kostrad (dilikuidasi 1978)
Yonzipur 8 Kodam Hasanuddin
Yonzipur 9 Divif 1/Kostrad
Yonzipur 10 Divif 2/Kostrad
Yonzikon 11 Kodam Jayakarta
Yonzikon 12 Pusziad
Yonzikon 13 Pusziad
Yonzikon 14 Pusziad
Yonzikon 15 Pusziad (dilikuidasi 1978)
Yonzipur 16 Kodam Iskandar Muda
Yonzipur 17 Kodam Mulawarman
Yonzipur 18 Kodam Udayana
Yonzipur 19 Kodam Merdeka
Yonzipur 20 Kodam Kasuari
Sebaran Denzipur:
Denzipur 2 Kodam Bukit Barisan di Padang.
Denzipur 3 Kodam Jaya di Jakarta.
Denzipur 5 Kodam Pattimura di Ambon.
Denzipur 8 Kodam Mulawarman di Banjarmasin.
Denzipur 10 Kodam Cendrawasih di Jayapura
Denzipur 11 Kodam Cendrawasih di Merauke.

Denzipur 12 Kodam Cendrawasih di Nabire.

Denzipur 14 Kodam Sriwijaya di Bengkulu (segera diresmikan)




BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Persepektif Republika.co.id, Klik di Sini

20 strong Battalion zeni and 8 strong detachment units zeni
 
Defense expert Al Araf said allowing private enterprises into the nation’s defense industry could be harmful as it would spur competition that could obstruct strategic military affairs and weaken defense-related state-owned enterprises (SOEs), which already faced mismanagement, budget shortages and a lack of locally sourced components.

This article was published in thejakartapost.com with the title "Omnibus law stirs debate on defense industry self-sufficiency". Click to read: https://www.thejakartapost.com/news...ate-on-defense-industry-self-sufficiency.html.

If SOE can't compete then they need to improve, better product quality and management.
 
Aneh Kodam Zonder Batalyon Zeni
Kurang sekali jika Kodam di Ibu Kota hanya memiliki satu Detasemen Zeni Tempur.
Red: Erik Purnama Putra


Dispenad
Kapusziad Mayjen Mayjen TNI M Munib meletakkan tunggul (bendera perang) Yonzikon 11 disaksikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Mabesad, Jumat (23/10).

Kapusziad Mayjen Mayjen TNI M Munib meletakkan tunggul (bendera perang) Yonzikon 11 disaksikan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Mabesad, Jumat (23/10).


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika
Akhirnya Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya/Jayakarta memiliki Batalyon Zeni (Yonzi). Hal ini setelah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin pengalihan komando dan pengendalian (alih kodal) Batalyon Zeni Konstruksi (Yonzikon) 11 dari Pusat Zeni Angkatan Darat (Pusziad) kepada Kodam Jaya.
Kepala Pusziad Mayjen TNI Muhammad Munib menyerahkan tunggul Durdhaga Wighra (bendera perang Yonzikon 11) kepada Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jumat (23/10) lalu. Inspektur Jenderal Angkatan Darat (Irjenad) Letjen TNI Mochamad Effendi pernah menjadi Komandan Yonzikon 11 pada tahun 2001-2002.
“Saya memang ingin secepatnya Kodam Jaya memiliki Batalyon Zeni. Untuk mengamankan Ibu Kota kami membutuhkan Batalyon Zeni yang memiliki kemampuan penjinak bahan peledak (jihandak),” kata Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman, baru-baru ini.
Menurutnya, kurang sekali jika Kodam di Ibu Kota hanya memiliki satu Detasemen Zeni Tempur (Denzipur). Ke depan, Denzipur 3 Kodam Jaya juga segera dibesarkan menjadi Batalyon Zeni dengan kemampuan penjinak bahan peledak (jihandak) dan nuklir biologi kimia (nubika). Jelang ulang tahun ke-71, Kodam Jaya akhirnya memiliki Yonzi.
Padahal selama ini Yonzikon 11, Yonzikon 13, dan Yonzikon 14 yang bermarkas di Jakarta, senantiasa berada di bawah komando operasi (BKO) Kodam Jaya sebagai pasukan huru-hara sejak tahun 1965, jika menghadapi masalah instabilitas di Jakarta. Sedangkan Yonzikon 12 berada di Sumatra Selatan kerap berada dalam BKO Kodam Sriwijaya, bersama Yonzipur 2.
Trikora
Awalnya pada Juli 1962, berdasarkan keputusan Menteri Hankam/Kepala Staf ABRI Jenderal TNI AH Nasution, satuan-satuan Yonzikon berada di bawah Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Dibentuk untuk Operasi Trikora (Tiga Komando Rakyat) merebut Irian Barat pada 1962-1963.
Saat itu Kostrad memiliki enam Yonzi, yakni Yonzipur 7 (lintas medan), Yonzipur 9 lintas udara (Para), dan Yonzipur 10 Amfibi. Selain itu juga memiliki Yonzikon 1, Yonzikon 2 Yonzikon 3. Kemudian pada November 1963, Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani mengalih-kodal-kan tiga Yonzikon dari Kostrad ke Komando Pusziad.
Namanya diganti menjadi Yonzikon 11, Yonzikon 12, dan Yonzikon 13. Lalu Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani membentuk lagi Yonzikon 14 dan Yonzikon 15 untuk menghadapi Dwikora Ganyang Malaysia. Akhirnya lima Yonzikon ditugaskan membantu menumpas Gerakan 30 September (G30S) 1965/Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pasalnya, Kodam Jayakarta belum memiliki satuan lapangan zeni. Sehingga tiga Yonzikon berada dalam BKO Kodam Jayakarta. Yonzikon 15 menempati markas bekas Yonzipur 8 di Lenteng Agung. Yonzipur 8 dipindahkan dari Jakarta ke Makassar menjadi bagian dari Kodam Hasanuddin.
Usai seluruh Yonzi mengikuti Operasi Seroja Timor Timur tahun 1975-1978, TNI Angkatan Darat melakukan perampingan organisasi satuan lapangan. Tiga Yonzi dilikuidasi, yakni Yonzipur 6, Kowilhan III Kalimantan, Yonzipur 7 Resimen Zipur 1, Kostrad dan Yonzikon 15 Resimen Zikon 3 Pusziad.
Bekas markas Yonzikon 15, kini menjadi Kompi Zeni Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Pusziad. Dengan alihkodal Yonzikon 11, kini hanya Kodam Jaya yang memiliki Yonzikon. Sedangkan kodam lainnya memiliki Yonzipur. Belum jelas apakah Yonzikon 11 akan berganti nama menjadi Yonzipur 11. Sebab Yonzikon menjadi ciri khas Pusziad yang bertanggung jawab kepada Mabesad.
Dua kodam
Kini hanya Kodam Pattimura dan Kodam Cendrawasih yang belum memiliki Yonzipur atau Yonzikon. Kodam Pattimura wilayahnya meliputi Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Kodam ini hanya memiliki Denzipur 5. Kodam Cendrawasih memiliki tiga Denzipur, yakni Denzipur 10, Denzipur 11, dan Denzipur 12. Padahal jika dua Denzipur digabung sudah memenuhi syarat menjadi satu Yonzipur.
Kodam Kasuari belum lama memiliki Yonzipur 20. Batalyon ini embrionya dari Denzipur 13. Begitu juga dengan Kodam Merdeka, kini memiliki Yonzipur 19. Embrionya dari Denzipur 4. Pemekaran Denzipur menjadi Yonzipur diawali dari Yonzipur 16 Kodam Iskandar Muda. Embrionya dari Denzipur 1.
Kemudian Yonzipur 17 Kodam Mulawarman. Embrionya dari Denzipur 7. Lalu, Yonzipur 18 Kodam Udayana. Embrionya dari Denzipur 9. Yonzipur 6 Kodam Tanjungpura yang sudah dilikuidasi tahun 1978 dihidupkan kembali. Embrionya dari Denzipur 6.
Kini Divif 3/Kostrad juga belum memiliki Yonzipur. Belum jelas apakah akan menghidupkan kembali Yonzipur 7 Kostrad yang sudah dilikuidasi tahun 1978, seperti dihidupkannya kembali Yonzipur 6. Atau akan mengambilalih Kodal Yonzipur 8 Kodam Hasanuddin. Sebab markas Yonzipur 8 lebih dekat posisinya dengan Markas Divif 3/Kostrad di Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Aneh jika Kodam zonder (tidak memiliki) Batalyon Zeni. Sebagai korps, Zeni memiliki fungsi teknis militer, baik di daerah pertempuran maupun pangkalan. Sehingga diklasifikasikan sebagai satuan bantuan tempur. Memiliki sembilan tugas pokok, yakni konstruksi, destruksi, rintangan, samaran, penyeberangan, penyelidikan, perkubuan, jihandak, serta nubika pasif.
Personel korps Zeni merupakan kedua terbesar di Angkatan Darat setelah korps Infanteri.
Kini rencananya, menurut Kapusziad Mayjen M Munib, korps Zeni akan membentuk sejumlah Kompi Jihandak Nubika serta Yonzi Jihandak Nubika. Termasuk Pusat Zeni Nubika.
Selain itu dengan luasnya wilayah, ke depan sejumlah Denzipur juga akan dimekarkan menjadi Yonzipur. Misalnya, Denzipur 2 berada di Provinsi Sumatra Barat, Denzipur 5 berada di Provinsi Maluku, Denzipur 8 di Provinsi Kalimantan Selatan, serta tiga Denzipur di Kodam Cendrawasih.
Sebaran Yonzi:
Yonzipur 1 Kodam Bukit Barisan
Yonzipur 2 Kodam Sriwijaya
Yonzipur 3 Kodam Siliwangi
Yonzipur 4 Kodam Diponegoro
Yonzipur 5 Kodam Brawijaya
Yonzipur 6 Kodam Tanjungpura
Yonzipur 7 Kostrad (dilikuidasi 1978)
Yonzipur 8 Kodam Hasanuddin
Yonzipur 9 Divif 1/Kostrad
Yonzipur 10 Divif 2/Kostrad
Yonzikon 11 Kodam Jayakarta
Yonzikon 12 Pusziad
Yonzikon 13 Pusziad
Yonzikon 14 Pusziad
Yonzikon 15 Pusziad (dilikuidasi 1978)
Yonzipur 16 Kodam Iskandar Muda
Yonzipur 17 Kodam Mulawarman
Yonzipur 18 Kodam Udayana
Yonzipur 19 Kodam Merdeka
Yonzipur 20 Kodam Kasuari
Sebaran Denzipur:
Denzipur 2 Kodam Bukit Barisan di Padang.
Denzipur 3 Kodam Jaya di Jakarta.
Denzipur 5 Kodam Pattimura di Ambon.
Denzipur 8 Kodam Mulawarman di Banjarmasin.
Denzipur 10 Kodam Cendrawasih di Jayapura
Denzipur 11 Kodam Cendrawasih di Merauke.

Denzipur 12 Kodam Cendrawasih di Nabire.

Denzipur 14 Kodam Sriwijaya di Bengkulu (segera diresmikan)




BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Persepektif Republika.co.id, Klik di Sini

20 strong Battalion zeni and 8 strong detachment units zeni

So what's the ideal number? Minimal 1 Yonzipur & 1 Yonzikon per-Kodam/Divisi Kostrad/Pasmar?
 
So what's the ideal number? Minimal 1 Yonzipur & 1 Yonzikon per-Kodam/Divisi Kostrad/Pasmar?

In US army Division structure,there is at least a brigade sized Engineering Battalion
 
The most likely playing ground for those monster is in South China Sea, wish BAKAMLA got more appropriate vessels to match them, if anything the idea of Susi Pudjiastuti to use Makassar class basic design as mothership vessels to other patrol vessels is quite feasible

EkQAv4yUYAAuDY9.jpeg
 
Do they still consider Scorpene in this high tension?
(Kayaknya sih iya... jangankan baguette, barang kosher aja dijabanin kok :omghaha: )
Australia_RAN_Sea_1000_submarine_collins_replacement_Soryu_2.jpg

- No Kilo class with AIP so that is out for brand new option.
- scopene still seems like the best option afterall (range, endurance, sub missile capability, and so on)
- Why Soryu has shorter range than Scopene or 214?
(I got this logic that bigger sub, mean more fuel, mean longer range)
 
Last edited:
Do they still consider Scorpene in this high tension?
(Kayaknya sih iya... jangankan baguette, barang kosher aja dijabanin kok :omghaha: )
Australia_RAN_Sea_1000_submarine_collins_replacement_Soryu_2.jpg

- No Kilo class with AIP so that is out for brand new option.
- scopene still seems like the best option afterall (range, endurance, sub missile capability, and so on)
- Why Soryu has shorter range than Scopene or 214?
(I got this logic that bigger sub, mean more fuel, mean longer range)
the only VLS/Cruise missile capable on that tonnage range i could think is , A26 Oceanic extended and SMX Ocean .
1603943071648.png

1603943114875.png

1603943185693.png
 
Do they still consider Scorpene in this high tension?
(Kayaknya sih iya... jangankan baguette, barang kosher aja dijabanin kok :omghaha: )
Australia_RAN_Sea_1000_submarine_collins_replacement_Soryu_2.jpg

- No Kilo class with AIP so that is out for brand new option.
- scopene still seems like the best option afterall (range, endurance, sub missile capability, and so on)
- Why Soryu has shorter range than Scopene or 214?
(I got this logic that bigger sub, mean more fuel, mean longer range)
Yep, Antara Scorpene dan Type 214
 
(Kayaknya sih iya... jangankan baguette, barang kosher aja dijabanin kok :omghaha: )

emang berani apa pemerintah terang2x-an bilang beli barang kosher?

(I got this logic that bigger sub, mean more fuel, mean longer range)

Generally speaking yes. However it aalso came down to how the designer estimating the design. Furthermore different energy storage & propulsion matter a lot. Example, Diiesel - Li-ion battery powered sub will have more energy density (thus endurance) compare to that of Diesel -AIP
 
Do they still consider Scorpene in this high tension?
(Kayaknya sih iya... jangankan baguette, barang kosher aja dijabanin kok :omghaha: )
Australia_RAN_Sea_1000_submarine_collins_replacement_Soryu_2.jpg

- No Kilo class with AIP so that is out for brand new option.
- scopene still seems like the best option afterall (range, endurance, sub missile capability, and so on)
- Why Soryu has shorter range than Scopene or 214?
(I got this logic that bigger sub, mean more fuel, mean longer range)
Scorpene AM2000
 
emang berani apa pemerintah terang2x-an bilang beli barang kosher?



Generally speaking yes. However it aalso came down to how the designer estimating the design. Furthermore different energy storage & propulsion matter a lot. Example, Diiesel - Li-ion battery powered sub will have more energy density (thus endurance) compare to that of Diesel -AIP
Yg penting masih bisa diusahain.
 
Back
Top Bottom